Judul
: Hello Sunset!
Author
: Aleastri
Cast
: Keke, Gabriel, Rio, Acha, Oik, Alvin, Cakka, etc
Sipnosis:
Pesan terakhir sang ayah membawa Keke menjadi murid di SMA Bintang untuk
mengembalikan seseorang yang telah lama pergi dari hidupnya. Tapi SMA Bintang
adalah sekolahnya para preman yang suka tawuran. Membuat di awal kehidupan SMA
Keke sudah tak aman. Ia terjebak dalam tawuran sekolah dan tanpa sengaja
diselamatkan oleh Gabriel dan Rio, dua pentolan sekolah yang merupakan most
wanted juga. Namun karena itu hidup Keke justru tiap harinya akan dipenuhi
FourG, geng Gabriel dkk. Belum selesai mencari seseorang yang hilang itu, Keke
malah harus dihadapkan dengan kasarnya Gabriel, cueknya Rio, garingnya Alvin,
atau centilnya Cakka. Tidak, tidak. Ia
sama sekali tidak merasa dijaga. Justru merasa tersiksa!
*****
Hello Sunset!
Keke menatap papan nama sekolah yang mulai terlihat.
Sekolah barunya. SMA Bintang. Keke diam-diam tersenyum samar, menyadari
selangkah lagi ia akan bisa bertemu dengan orang yang sangat ia rindukan.
Walaupun sekolah ini jauh dari rumahnya. Walaupun tak ada teman SMPnya dulu
yang masuk sini. Walaupun sekolah ini terkenal sering berperang dengan sekolah
lain. Keke tak peduli. Yang ia tahu, sekolah inilah. Tempatnya bisa bertemu
dengan seseorang di masa lalunya.
"Ke."
Sebuah panggilan membuat Keke menoleh. Tantenya,
Rina, sudah menginjak rem tepat di depan gerbang sekolah. Keke tersenyum sambil
memperbaiki posisi tas di pundaknya. Ia melepaskan safety belt, lalu mencium
tangan tantenya.
"Hati-hati di sekolah ya, Ke.
Baik-baik," pesan Rina. Keke tersenyum dan mengangguk. Rina diam sejenak,
lalu tersenyum tipis, "kamu... ingat pesan orangtua kamu, kan?"
Keke mengangkat alis, lalu tersenyum dan
mengangguk. "Pasti tante. Keke bakal bawa dia kembali kok," ucapnya
meyakinkan.
Rina tersenyum, "tapi bukankah kamu lupa
mukanya Ke?"
Keke diam sejenak, lalu mendesah pelan.
"Entahlah, tan. Kan dulu itu aku masih kecil. Tapi tante tenang aja. Aku
pasti berusaha cari dia."
Rina tersenyum, walau matanya sudah berkaca-kaca.
Ia merengkuh keponakan kesayangannya itu beberapa saat. Lalu tersenyum dan
melepaskan pelukan sambil membelai rambut ikal Keke. "Bawa dia pulang ya
Ke. Mama kamu menunggu," pesan Rina, terdengar seperti memohon.
Keke mengangguk dan tersenyum. "Aku pergi ya
tante," pamitnya, lalu membuka pintu mobil, dan melangkah keluar.
Keke melangkah memasuki SMA Bintang yang sudah
ramai orang-orang yang juga berdandan sama dengannya. Rambut siswi diikat
kecil-kecil dengan ikat warna-warni, kaus kaki berbeda warna kanan-kiri, tali
sepatu bertali rafia, papan nama dari kardus, serta mahkota dari dedaunan. Ya.
Itulah peraturan MOS sekolah ini. Para calon siswa hanya bisa pasrah
menerimanya.
Sabtu kemarin, para murid baru itu memang sudah
masuk. Tapi hanya diberitahu syarat MOS, perlengkapan MOS, dan jadwal MOS. Dan
hari ini, Senin, dimulainya MOS pertama. Dan juga dimana semua murid sekolah
ini hadir, menonton jalannya MOS.
"Aduh, permisi," ucap seseorang
membentur pundak Keke pelan membuat gadis itu menoleh. Seorang anak perempuan
berambut panjang gelombang sedang kesusahan memakai sepatu ketsnya. Sepertinya
tali rafia di sepatunya longgar dan terlepas, membuat sepatunya yang sepertinya
mudah dilepas itu terlepas dari kakinya. Perempuan itu berjalan sambil memakai
sepatunya kembali, lalu membenarkan mahkota daunnya yang bergeser, dan segera
berlari kecil memasuki lapangan, mengikuti para peserta MOS lain yang berada di
sana.
Keke mengangkat salah satu alis memandang gadis
itu, tapi lalu mengikuti memasuki lapangan yang sudah mulai disesaki para calon
siswa. Keke memilih berdiri di samping perempuan tadi yang belum bisa diam mencari
tempat. Tapi...
"Huaaahh," pekik gadis itu, dan...
BUK
"Aduh," rintih Keke sambil mengusap
belakangnya yang sudah menghantam tanah. Karena lagi-lagi gadis itu menabraknya
dan sampai menimpa tubuh Keke. Gadis itu membelalakkan mata, lalu segera duduk
tegak.
"Maaf, maaf. Gue nggak sengaja. Maaf,"
ucap gadis itu panik sambil menunduk berkali-kali.
Keke mengangkat alis, tapi lalu mengangguk dan
ikut terduduk di depan gadis itu.
"Aduh, ini mahkotamu," kata perempuan
itu cemas sambil mengambil mahkota Keke yang jatuh, "hhh... syukur deh
nggak rusak," ucapnya lega.
Keke tersenyum tipis sambil menerimanya. Lalu
perempuan itu berdiri, dan membantu Keke berdiri juga.
"Maaf ya. Tadi gue nggak sengaja," ucap
perempuan itu benar-benar merasa bersalah.
Keke tersenyum, "mungkin lo harus ikat tali
sepatu lo dulu, biar nanti nggak jatuh lagi," saran Keke sambil menunjuk
sepatu anak itu.
Perempuan itu refleks menunduk, memandang tali
sepatunya yang tak terikat. Ia lalu mendongak, menatap Keke malu sambil
meringis. Keke hanya tersenyum geli melihat kecerobohan gadis itu. Perempuan
itupun berjongkok, lalu mengikat tali rafia di sepatunya dengan erat. Setelah
itu ia berdiri kembali.
"Keke," Keke tersenyum dan menjulurkan
tangan, menyebutkan namanya.
Perempuan di depan Keke itu mengangkat alis, tapi
lalu membalas uluran tangan Keke sambil tersenyum lebar, "Acha!"
"SEMUA PESERTA MOS DI HARAPKAN SEGERA
BERKUMPUL DI LAPANGAN UPACARA," suara dari speaker sekolah membuat semua
calon siswa tersentak, tapi lalu menurut.
Lapangan lalu mulai ramai dan gaduh. Para calon
siswa berbaris tak karuan di lapangan. Keke memilih tetap berdiri di samping
Acha.
"Em... Keke," panggil Acha membuat Keke
menoleh, "lapangan upacara dimana?"
Keke sedikit melotot kecil, lalu menatap Acha tak
percaya. Acha balas tatapannya dengan sepasang mata polos yang tidah tahu
apa-apa.
Keke terkikik geli sambil menutup mulut dengan
telapak tangannya, "ini lapangan upacaranya! Makanya, semua pada ngumpul
di sini. Tuh liat deh, ada tiang bendera kan?" ucap Keke menujuk tiang
bendera di depan lapangan.
Acha manggut-manggut. Sementara Keke
geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil. Gadis satu ini bener-bener deh.
Seorang guru dari dalam kantor yang terdapat di
depan lapangan upacara, melangkah keluar. Ia lalu berdiri di atas podium kecil
di depan lapangan, samping tiang bendera. Guru itu, Pak Duta, selaku guru
kepengurusan siswa SMA Bintang. Ia lalu memimpin para pasukan peserta MOS.
Barisan para siswa MOS mulai teratur. Pak Duta mulai membuka acara MOS dengan rentetan
kalimat-kalimat panjangnya.
Keke mengedarkan pandangan, melihat sekitar
lapangan. Keke melihat ke arah bangunan sekolah di depannya. Ke arah lantai
dua, di mana mulai terlihat beberapa murid berseragam SMA memerhatikan para
calon adik kelas mereka. Keke memerhatikan wajah-wajah itu, berharap menemukan
yang ia cari. Namun gadis itu mendesah pelan, lalu kembali mengedarkan
pandangan, mengabaikan suara Pak Duta yang masih terdengar. Keke melihat ke
samping lapangan upacara, di mana adanya parkiran yang luas dan di ujung sana
ada gerbang sekolah yang menjulang tinggi. Parkiran itu memanjang, sampai ke
belokan di ujung bangunan sekolah. Sekolah ini berbentuk kotak. Di depannya
adalah parkiran yang panjang sampai ujung bangunan. Dan di sisi baratnya adalah
lapangan upacara, tempat mereka berbaris.
Suara mesin mobil melaju membuat para siswa
menoleh. Bahkan Pak Duta juga ikut menoleh. Para murid yang berada di balkon
lantai dua juga mengalihkan perhatian menuju gerbang sekolah. Dan para siswi
wajahnya langsung merekah.
Dari gerbang sekolah, sebuah Mercy hitam dan Jazz
merah mulai menampakkan diri. Mereka mengarah ke lapangan parkir, namun karena
sudah penuh, mereka memilih memarkirkan mobilnya di depan, menyebabkan mereka
berada di samping lapangan upacara tepat. Semua mata memandang ke arah dua
mobil itu. Pak Duta mengangkat alis, lalu tak bisa menahan wajah geramnya
melihat dua mobil yang merusak suasana hening. Keke terus memusatkan perhatian
pada Mercy hitam itu. Entahlah. Ada yang bergerak di dadanya kala melihat mobil
mengkilat itu.
Dengan kompak, pintu mobil terbuka. Pintu
pengemudi dan juga pintu penumpang di sampingnya. Para peserta MOS dan seluruh
siswa memandang mereka tanpa berkedip. Dari sepatu-sepatu kets yang berwarna,
dan naik perlahan ke seragam SMA masing-masing dan wajah mereka. Layaknya drama
televisi, angin seakan berhembus membuat keempat pemuda jangkung itu terlihat
rupawan.
"Waw..." desah para peserta MOS kagum.
Acha bahkan sambil tenganga takjub. Keke ikut terpaku.
"Akhirnya... FourG muncul juga," pekik
seorang siswi pelan yang berada di samping Keke, membuat Keke sedikit melirik
dengan kening berkerut.
Si pengemudi Mercy hitam tadi menutup pintu mobil
dan melangkah ke depan bersama siswa yang semobil dengannya. Si pengemudi Jazz
merah tadi ikut menutup pintu dan menyusul, dan yang berada di kursi samping
pengemudi Jazz merah itu melepas kacamata hitam yang tadi bertengger di hidung
mancungnya, membuat para peserta MOS, khususnya siswi, menatapnya dengan mata
berbinar. Mereka melangkah mengikuti dua temannya yang lebih dulu.
Dari kanan, anak yang tadi melepas kacamata
hitamnya itu, berpakaian seragam SMA yang di keluarkan tak rapi. Dasinya
dilonggarkan, dengan wajahnya yang memang tampan. Ia terus saja menebarkan
pesona ke arah para peserta MOS. Namanya Cakka.
Lalu di sampingnya, yang tadi duduk di samping
pengemudi Mercy hitam. Wajah tampan dengan kulit sawo matangnya. Seragamnya
dimasukkan, tapi tidak ada dasi di kerah seragamnya. Berbanding terbalik dengan
Cakka, ia berjalan cuek dan tidak peduli dengan tatapan-tatapan kagum para
siswa. Yang itu bernama Mario, atau biasa dipanggil Rio.
Kemudian si pengemudi Honda Jazz merah tadi. Ia
terlihat paling berbeda. Seragamnya masih rapi dan dimasukkan. Dasinya juga ada
di kerah seragamnya terpasang dengan rapi. Rambutnya sedikit panjang lurus
dengan wajah orientalnya yang membuatnya terlihat sangat keren. Kulitnya putih,
dengan sepasang mata agak sipitnya. Alvin, kapten futsal sekolah.
Dan terakhir, laki-laki pengemudi Mercy hitam
tersebut. Seragamnya juga dikeluarkan tanpa dasi menggantung di kerah. Hari ini
rambutnya yang sedikit ikal dijadikan jigrak, membuatnya sungguh terlihat
memesona. Ia berjalan cool selangkah lebih depan dari tiga lainnya, seakan
menjadi pemimpin. Pemuda tampan itu, Gabriel.
Mereka F4nya SMA Bintang, FourG. Itu bukanlah
nama geng atau apalah. Tapi memang julukan yang didapat dari para murid di
sini. Empat cowok tampan nan keren yang bersahabat dekat. Mereka melangkah acuh
menuju tangga di ujung koridor, tanpa memedulikan tatapan-tatapan yang terus
tertuju pada mereka. Walaupun Cakka sempat melemparkan senyuman manis ke arah
para peserta MOS yang menatapnya, membuat para siswi melting tak karuan.
Para calon siswa berbisik-bisik kecil. Para calon
siswi tak sedikit yang mencicit-cicit kecil senang. Keke terus memerhatikan
bayang keempat itu sampai menghilang. Ia menggigit bibir, seperti ada yang
berbisik di hatinya, menyebutkan bahwa salah satu dari mereka itu adalah yang
Keke cari. Tapi... apa mungkin?
*****
Kemarin bilang bakal post ulang bccb, kok malah
post cerbung baru?
Katanya mau fokus selesaiin Mario’s, kok post
cerbung baru?
PMB belum bener-bener tamat, kok ngepost cerbung
baru?
KOK NGEPOST CERBUNG BARU?
HM… OKE. Jadi gini, aku udah nanya sana-sini
enaknya post ulang bccb atau post cerbung baru. Dan banyak yang bilang post
cerbung baru aja. Why? Karena BCCB udah pernah dipost, kalian bisa baca ulang
walau tulisan dan gaya penulisannya alay. Aku emang udah ada new bccb, tapi aku
belum ngerasa bener-bener srek. Aku pengan benerin lagi jadi kalau mau baca
lagi mending baca ulang di note fb.
Apa link fbnya? Monggo cek twitter ALders aja
biar enak.
Kenapa peran utamanya Keke lagi? Lah begimana ya
udah sreknya sama Keke nggak bisa move on. Tapi please baca ini karena cerita,
bukan hanya tokoh semata.
Kapan next part? Dua hari lagi inshaa Allah. Tapi
ya monggo atuh dibantu promote gitu tengkyu.
Btw ini dipost di blog dan fb. Sok atuh ayo
dikomen
Sincerely, Jodoh Gabriel Yang Tertunda
Aleastri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar