Kamis, 18 September 2014

Hello Sunset! -New Fanfiction-


Judul             : Hello Sunset!

Author          : Aleastri

Cast               : Keke, Gabriel, Rio, Acha, Oik, Alvin, Cakka, etc

Sipnosis:  Pesan terakhir sang ayah membawa Keke menjadi murid di SMA Bintang untuk mengembalikan seseorang yang telah lama pergi dari hidupnya. Tapi SMA Bintang adalah sekolahnya para preman yang suka tawuran. Membuat di awal kehidupan SMA Keke sudah tak aman. Ia terjebak dalam tawuran sekolah dan tanpa sengaja diselamatkan oleh Gabriel dan Rio, dua pentolan sekolah yang merupakan most wanted juga. Namun karena itu hidup Keke justru tiap harinya akan dipenuhi FourG, geng Gabriel dkk. Belum selesai mencari seseorang yang hilang itu, Keke malah harus dihadapkan dengan kasarnya Gabriel, cueknya Rio, garingnya Alvin, atau centilnya Cakka.  Tidak, tidak. Ia sama sekali tidak merasa dijaga. Justru merasa tersiksa!




*****


Hello Sunset!

Keke menatap papan nama sekolah yang mulai terlihat. Sekolah barunya. SMA Bintang. Keke diam-diam tersenyum samar, menyadari selangkah lagi ia akan bisa bertemu dengan orang yang sangat ia rindukan. Walaupun sekolah ini jauh dari rumahnya. Walaupun tak ada teman SMPnya dulu yang masuk sini. Walaupun sekolah ini terkenal sering berperang dengan sekolah lain. Keke tak peduli. Yang ia tahu, sekolah inilah. Tempatnya bisa bertemu dengan seseorang di masa lalunya.



"Ke."



Sebuah panggilan membuat Keke menoleh. Tantenya, Rina, sudah menginjak rem tepat di depan gerbang sekolah. Keke tersenyum sambil memperbaiki posisi tas di pundaknya. Ia melepaskan safety belt, lalu mencium tangan tantenya.



"Hati-hati di sekolah ya, Ke. Baik-baik," pesan Rina. Keke tersenyum dan mengangguk. Rina diam sejenak, lalu tersenyum tipis, "kamu... ingat pesan orangtua kamu, kan?"



Keke mengangkat alis, lalu tersenyum dan mengangguk. "Pasti tante. Keke bakal bawa dia kembali kok," ucapnya meyakinkan.



Rina tersenyum, "tapi bukankah kamu lupa mukanya Ke?"



Keke diam sejenak, lalu mendesah pelan. "Entahlah, tan. Kan dulu itu aku masih kecil. Tapi tante tenang aja. Aku pasti berusaha cari dia."



Rina tersenyum, walau matanya sudah berkaca-kaca. Ia merengkuh keponakan kesayangannya itu beberapa saat. Lalu tersenyum dan melepaskan pelukan sambil membelai rambut ikal Keke. "Bawa dia pulang ya Ke. Mama kamu menunggu," pesan Rina, terdengar seperti memohon.



Keke mengangguk dan tersenyum. "Aku pergi ya tante," pamitnya, lalu membuka pintu mobil, dan melangkah keluar.



Keke melangkah memasuki SMA Bintang yang sudah ramai orang-orang yang juga berdandan sama dengannya. Rambut siswi diikat kecil-kecil dengan ikat warna-warni, kaus kaki berbeda warna kanan-kiri, tali sepatu bertali rafia, papan nama dari kardus, serta mahkota dari dedaunan. Ya. Itulah peraturan MOS sekolah ini. Para calon siswa hanya bisa pasrah menerimanya.



Sabtu kemarin, para murid baru itu memang sudah masuk. Tapi hanya diberitahu syarat MOS, perlengkapan MOS, dan jadwal MOS. Dan hari ini, Senin, dimulainya MOS pertama. Dan juga dimana semua murid sekolah ini hadir, menonton jalannya MOS.



"Aduh, permisi," ucap seseorang membentur pundak Keke pelan membuat gadis itu menoleh. Seorang anak perempuan berambut panjang gelombang sedang kesusahan memakai sepatu ketsnya. Sepertinya tali rafia di sepatunya longgar dan terlepas, membuat sepatunya yang sepertinya mudah dilepas itu terlepas dari kakinya. Perempuan itu berjalan sambil memakai sepatunya kembali, lalu membenarkan mahkota daunnya yang bergeser, dan segera berlari kecil memasuki lapangan, mengikuti para peserta MOS lain yang berada di sana.



Keke mengangkat salah satu alis memandang gadis itu, tapi lalu mengikuti memasuki lapangan yang sudah mulai disesaki para calon siswa. Keke memilih berdiri di samping perempuan tadi yang belum bisa diam mencari tempat. Tapi...



"Huaaahh," pekik gadis itu, dan...



BUK



"Aduh," rintih Keke sambil mengusap belakangnya yang sudah menghantam tanah. Karena lagi-lagi gadis itu menabraknya dan sampai menimpa tubuh Keke. Gadis itu membelalakkan mata, lalu segera duduk tegak.



"Maaf, maaf. Gue nggak sengaja. Maaf," ucap gadis itu panik sambil menunduk berkali-kali.



Keke mengangkat alis, tapi lalu mengangguk dan ikut terduduk di depan gadis itu.



"Aduh, ini mahkotamu," kata perempuan itu cemas sambil mengambil mahkota Keke yang jatuh, "hhh... syukur deh nggak rusak," ucapnya lega.



Keke tersenyum tipis sambil menerimanya. Lalu perempuan itu berdiri, dan membantu Keke berdiri juga.



"Maaf ya. Tadi gue nggak sengaja," ucap perempuan itu benar-benar merasa bersalah.



Keke tersenyum, "mungkin lo harus ikat tali sepatu lo dulu, biar nanti nggak jatuh lagi," saran Keke sambil menunjuk sepatu anak itu.



Perempuan itu refleks menunduk, memandang tali sepatunya yang tak terikat. Ia lalu mendongak, menatap Keke malu sambil meringis. Keke hanya tersenyum geli melihat kecerobohan gadis itu. Perempuan itupun berjongkok, lalu mengikat tali rafia di sepatunya dengan erat. Setelah itu ia berdiri kembali.



"Keke," Keke tersenyum dan menjulurkan tangan, menyebutkan namanya.



Perempuan di depan Keke itu mengangkat alis, tapi lalu membalas uluran tangan Keke sambil tersenyum lebar, "Acha!"



"SEMUA PESERTA MOS DI HARAPKAN SEGERA BERKUMPUL DI LAPANGAN UPACARA," suara dari speaker sekolah membuat semua calon siswa tersentak, tapi lalu menurut.



Lapangan lalu mulai ramai dan gaduh. Para calon siswa berbaris tak karuan di lapangan. Keke memilih tetap berdiri di samping Acha.



"Em... Keke," panggil Acha membuat Keke menoleh, "lapangan upacara dimana?"



Keke sedikit melotot kecil, lalu menatap Acha tak percaya. Acha balas tatapannya dengan sepasang mata polos yang tidah tahu apa-apa.



Keke terkikik geli sambil menutup mulut dengan telapak tangannya, "ini lapangan upacaranya! Makanya, semua pada ngumpul di sini. Tuh liat deh, ada tiang bendera kan?" ucap Keke menujuk tiang bendera di depan lapangan.



Acha manggut-manggut. Sementara Keke geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil. Gadis satu ini bener-bener deh.



Seorang guru dari dalam kantor yang terdapat di depan lapangan upacara, melangkah keluar. Ia lalu berdiri di atas podium kecil di depan lapangan, samping tiang bendera. Guru itu, Pak Duta, selaku guru kepengurusan siswa SMA Bintang. Ia lalu memimpin para pasukan peserta MOS. Barisan para siswa MOS mulai teratur. Pak Duta mulai membuka acara MOS dengan rentetan kalimat-kalimat panjangnya.



Keke mengedarkan pandangan, melihat sekitar lapangan. Keke melihat ke arah bangunan sekolah di depannya. Ke arah lantai dua, di mana mulai terlihat beberapa murid berseragam SMA memerhatikan para calon adik kelas mereka. Keke memerhatikan wajah-wajah itu, berharap menemukan yang ia cari. Namun gadis itu mendesah pelan, lalu kembali mengedarkan pandangan, mengabaikan suara Pak Duta yang masih terdengar. Keke melihat ke samping lapangan upacara, di mana adanya parkiran yang luas dan di ujung sana ada gerbang sekolah yang menjulang tinggi. Parkiran itu memanjang, sampai ke belokan di ujung bangunan sekolah. Sekolah ini berbentuk kotak. Di depannya adalah parkiran yang panjang sampai ujung bangunan. Dan di sisi baratnya adalah lapangan upacara, tempat mereka berbaris.



Suara mesin mobil melaju membuat para siswa menoleh. Bahkan Pak Duta juga ikut menoleh. Para murid yang berada di balkon lantai dua juga mengalihkan perhatian menuju gerbang sekolah. Dan para siswi wajahnya langsung merekah.



Dari gerbang sekolah, sebuah Mercy hitam dan Jazz merah mulai menampakkan diri. Mereka mengarah ke lapangan parkir, namun karena sudah penuh, mereka memilih memarkirkan mobilnya di depan, menyebabkan mereka berada di samping lapangan upacara tepat. Semua mata memandang ke arah dua mobil itu. Pak Duta mengangkat alis, lalu tak bisa menahan wajah geramnya melihat dua mobil yang merusak suasana hening. Keke terus memusatkan perhatian pada Mercy hitam itu. Entahlah. Ada yang bergerak di dadanya kala melihat mobil mengkilat itu.



Dengan kompak, pintu mobil terbuka. Pintu pengemudi dan juga pintu penumpang di sampingnya. Para peserta MOS dan seluruh siswa memandang mereka tanpa berkedip. Dari sepatu-sepatu kets yang berwarna, dan naik perlahan ke seragam SMA masing-masing dan wajah mereka. Layaknya drama televisi, angin seakan berhembus membuat keempat pemuda jangkung itu terlihat rupawan.



"Waw..." desah para peserta MOS kagum. Acha bahkan sambil tenganga takjub. Keke ikut terpaku.



"Akhirnya... FourG muncul juga," pekik seorang siswi pelan yang berada di samping Keke, membuat Keke sedikit melirik dengan kening berkerut.



Si pengemudi Mercy hitam tadi menutup pintu mobil dan melangkah ke depan bersama siswa yang semobil dengannya. Si pengemudi Jazz merah tadi ikut menutup pintu dan menyusul, dan yang berada di kursi samping pengemudi Jazz merah itu melepas kacamata hitam yang tadi bertengger di hidung mancungnya, membuat para peserta MOS, khususnya siswi, menatapnya dengan mata berbinar. Mereka melangkah mengikuti dua temannya yang lebih dulu.



Dari kanan, anak yang tadi melepas kacamata hitamnya itu, berpakaian seragam SMA yang di keluarkan tak rapi. Dasinya dilonggarkan, dengan wajahnya yang memang tampan. Ia terus saja menebarkan pesona ke arah para peserta MOS. Namanya Cakka.



Lalu di sampingnya, yang tadi duduk di samping pengemudi Mercy hitam. Wajah tampan dengan kulit sawo matangnya. Seragamnya dimasukkan, tapi tidak ada dasi di kerah seragamnya. Berbanding terbalik dengan Cakka, ia berjalan cuek dan tidak peduli dengan tatapan-tatapan kagum para siswa. Yang itu bernama Mario, atau biasa dipanggil Rio.



Kemudian si pengemudi Honda Jazz merah tadi. Ia terlihat paling berbeda. Seragamnya masih rapi dan dimasukkan. Dasinya juga ada di kerah seragamnya terpasang dengan rapi. Rambutnya sedikit panjang lurus dengan wajah orientalnya yang membuatnya terlihat sangat keren. Kulitnya putih, dengan sepasang mata agak sipitnya. Alvin, kapten futsal sekolah.



Dan terakhir, laki-laki pengemudi Mercy hitam tersebut. Seragamnya juga dikeluarkan tanpa dasi menggantung di kerah. Hari ini rambutnya yang sedikit ikal dijadikan jigrak, membuatnya sungguh terlihat memesona. Ia berjalan cool selangkah lebih depan dari tiga lainnya, seakan menjadi pemimpin. Pemuda tampan itu, Gabriel.



Mereka F4nya SMA Bintang, FourG. Itu bukanlah nama geng atau apalah. Tapi memang julukan yang didapat dari para murid di sini. Empat cowok tampan nan keren yang bersahabat dekat. Mereka melangkah acuh menuju tangga di ujung koridor, tanpa memedulikan tatapan-tatapan yang terus tertuju pada mereka. Walaupun Cakka sempat melemparkan senyuman manis ke arah para peserta MOS yang menatapnya, membuat para siswi melting tak karuan.



Para calon siswa berbisik-bisik kecil. Para calon siswi tak sedikit yang mencicit-cicit kecil senang. Keke terus memerhatikan bayang keempat itu sampai menghilang. Ia menggigit bibir, seperti ada yang berbisik di hatinya, menyebutkan bahwa salah satu dari mereka itu adalah yang Keke cari. Tapi... apa mungkin?




*****


Kemarin bilang bakal post ulang bccb, kok malah post cerbung baru?
Katanya mau fokus selesaiin Mario’s, kok post cerbung baru?
PMB belum bener-bener tamat, kok ngepost cerbung baru?
KOK NGEPOST CERBUNG BARU?
HM… OKE. Jadi gini, aku udah nanya sana-sini enaknya post ulang bccb atau post cerbung baru. Dan banyak yang bilang post cerbung baru aja. Why? Karena BCCB udah pernah dipost, kalian bisa baca ulang walau tulisan dan gaya penulisannya alay. Aku emang udah ada new bccb, tapi aku belum ngerasa bener-bener srek. Aku pengan benerin lagi jadi kalau mau baca lagi mending baca ulang di note fb.
Apa link fbnya? Monggo cek twitter ALders aja biar enak.
Kenapa peran utamanya Keke lagi? Lah begimana ya udah sreknya sama Keke nggak bisa move on. Tapi please baca ini karena cerita, bukan hanya tokoh semata.
Kapan next part? Dua hari lagi inshaa Allah. Tapi ya monggo atuh dibantu promote gitu tengkyu.
Btw ini dipost di blog dan fb. Sok atuh ayo dikomen

Sincerely, Jodoh Gabriel Yang Tertunda
Aleastri




Tidak ada komentar:

Posting Komentar