Kamis, 18 September 2014

Hello Sunset! Part 1

Hello Sunset! : Part 1

Semenjak peristiwa di hari pertama MOS itu, para peserta MOS -khususnya perempuan- terus membicarakan tentang kedatangan FourG yang sungguh keren layaknya drama televisi. Mereka tapi mengeluh karena kelas duabelas harus berada di lantai dua, sejajar dengan beberapa kelas sebelas. Membuat mereka jadi tak bisa melihat keempat pemuda tampan itu.

Entah takdir atau memang kebetulan semata, Keke dan Acha satu kelas. Mereka berada di kelas 10-B, dan semeja. MOS berjalan seperti biasa. Menakutkan tentu saja. Namun sepanjang hari Keke terus saja gelisah.

Sampai saat malam seperti ini. Keke duduk di depan meja belajarnya, sambil melamun. Kejadian tadi pagi itu masih menyantol di pikirannya. Tidak tidak. Bukan karena ia sama seperti siswi lain, yang sepertinya sangat memuja empat pemuda tampan itu. Keke tak munafik kalau ia juga terpesona. Namun... ada alasan lain. Yang membuat Keke terus memikirkan dua pemuda itu. Ya. Dua pemuda itu. Bukan keempatnya. Dua orang itu adalah dua orang yang berada di Mercy hitam tadi pagi. Dari awal saja, kala melihat datangnya Mercy hitam itu, Keke sudah merasakan sesuatu. Dan kala melihat siapa penumpangnya, benar-benar membuat Keke kepikiran terus menerus.

Keke menghela nafas. Lalu menoleh ke pojok meja belajar. Tangannya terjulur perlahan, meraih sebuah bingkai poto berukuran 5R. Keke menatap poto di sana, dan tersenyum samar. Di dalam poto itu, ada seorang anak perempuan mungil yang saat itu duduk di bangku kelas dua SD, memakai dress ungu muda sambil tersenyum lebar. Di sampingnya ada seorang anak laki-laki yang saat itu kelas empat SD, duduk di samping anak perempuan tadi sambil tertawa riang. Anak perempuan di poto itu, Keke. Dan anak laki-laki itu.... seseorang yang sangat berarti di hidupnya.

"Kak... kamu dimana?" bisik Keke lirih, mengarah pada laki-laki di poto itu.

Entah kapan datangnya, setetes bening hangat meluncur dari mata bulat Keke. Keke menghela nafas panjang, lalu mendekap pigura kecil itu dalam peluknya. Ia harus mencari tahu. Siapa keempat pemuda tadi pagi, yang bernama FourG itu. Khususnya dua orang yang berada di Mercy hitam tersebut. Karena dua orang itu... sama-sama mengingatkannya, pada anak laki-laki sawo matang yang ada dalam pigura ini. Perawakan mereka memang hampir sama. Bahkan sekilas terlihat seperti kembar. Keduanya memiliki tinggi yang sama. Rambut yang sama, dan warna kulit sama. Tadi saja mereka sama-sama tak memakai dasi di kerah. Walau yang satu memasukkan seragam dan yang satu lagi tidak. Tadi pagi juga, gaya mereka sama. Mereka berjalan cool tak peduli dengan santainya. Tapi... di antara dua orang itu, apakah benar salah satunya adalah orang yang Keke cari?


***

Acha dan Keke pagi ini mengobrol akrab. Keadaan kelas mulai bersahabat. Setelah satu minggu bersama, dengan tiga hari masa MOS, mereka mulai mengenal satu sama lain.

"PAGI!!!"

Acha dan Keke yang sedang berbincang terlonjak dan menoleh. Para penghuni kelas pun ikut menoleh kaget. Tapi lalu mendesah. Tak heran juga. Gadis itu ternyata. Gadis bemata sedikit sipit, dengan pipi bulat dan kulit putih itu tersenyum lebar, lalu melangkah riang menuju meja depan Keke dan Acha. Di sana sudah berkumpul beberapa anak perempuan kelas ini.

"Eh, elo elo elo, tahu nggak? Gue dapat inpo baru!!!" pekik gadis itu melapor dengan girang.

"Apaan sih Oik?" tanya Nova yang berada di depan Acha. Yang lain mengangguk dengan kening berkerut.

Oik tersenyum lebar, lalu melompat ke meja Nova, yang berada di tengah barisan itu. Ia lalu melempar pelan tasnya ke meja di samping Acha yang memang sebagai tempat duduknya. Ia lalu membenarkan duduk di atas meja Nova. Beberapa siswi, seperti Nadya, Misel, dan juga Zeze ikut membenarkan posisi duduk menghadap Oik, merasa tertarik. Acha dan Keke saling pandang, namun lalu juga ikut menatap Oik.

Oik berdehem beberapa kali, "ini tentang.... FourG!!!" pekik Oik senang, membuat yang lain segera melebarkan mata dan merasa tertarik.

Acha juga memajukan tubuh, mulai penasaran. Kekepun menajamkan telinga, karena diam-diam ia juga penasaran.

"FourG itu, ternyata ada artinya! Empat G!"

"Yeee itu mah anak SD juga tahu!" sahut Zeze sewot.

"Eh tapi, elo nggak tahukan arti G itu apa?" ucap Oik membuat Zeze diam dan menggeleng. "G itu artinya Ganteng! Jadi, FourG itu Empat Ganteng!"

Acha menganga, "he? Siapa tuh yang buat nama?"

"Katanya sih, itu emang julukan buat mereka. Karena mereka tuh nggak pernah namain geng mereka. Nah, dulu waktu MOS, empat orang itu udah deket. Dan kakak kelas MOS manggilnya empat ganteng!" cerita Oik menjelaskan, "dari situ, orang-orang manggilnya empat ganteng. Tapi sepanjang waktu, jadi panggilannya FourG!"

Zeze, Nova, Nadya, Misel, Acha, dan juga Keke ber-o panjang dengan kompak.

"Oke, sekarang kita mulai darimana nih? Kak Cakka, Kak Gabriel, Kak Alvin, atau Kak Rio?" tanya Oik menyebutkan nama pemuda tampan itu satu persatu. Membuat Keke terkejut mendengar salah satu nama.

"Em... nanti dulu nanti dulu. Kak Alvin yang mana, terus... Kak... Gabriel, sama.... Kak..." kalimat Acha terputus-putus, sambil mencoba mengingat nama yang disebut Oik.

"Cakka, Alvin, Rio, Gabriel," ucap Oik menyebutkan dengan tegas, "ehem. Kalian ingat kan muka mereka di hari pertama MOS itu? Yang bawa Jazz itu Kak Alvin, yang mukanya oriental ituloh. Nah yang pake' kacamata kemarin itu, Kak Cakka. Terus yang bawa Mercy, namanya Kak Gabriel. Sedangkan yang sama dia itu namanya Kak Rio," jelas Oik membuat Acha ber-o panjang.

Keke terdiam. Garis wajahnya menegang. Detak jantungnya bertalu tak karuan. Sebuah firasat muncul perlahan, walau meragu. Entah mengapa hatinya sedikit bergerak. Gabriel?

"Nah, Kak Cakka itu ya. Katanya playboy! Dia itu sering banget ngegombalin cewek. Tapi dia juga paling ramah dan supel, katanya juga, anaknya asik gitu!" cerita Oik menggebu-gebu, "kalau Kak Alvin, dia itu kapten futsal. Katanya, dia yang paling kalem di antara yang lain. Anaknya nggak neko-neko. Kak Alvin itu yang paling beda. Karena ya, dia itu punya hobi baca buku!"

"Oh...." para siswi yang mendengarkan ber-o kompak.

"Nah, kalau Kak Rio, dia itu cool abis. Beda banget deh sama Kak Cakka. Kak Rio itu jarang ngomong gitu, terus anaknya cuek. Tapi anehnya ya. Walau Kak Rio nggak peduli gitu, banyak cewek yang ngejar-ngejar dia terang-terangan! Bahkan hampir tiap hari Kak Rio dapat cokelat lah, bekal lah, apalah. Beuuuhhh," Oik bercerita dengan semangat empat lima, membuat para temannya mendesah kagum.

"Dan yang terakhir... Kak Gabriel," Oik mengucap perlahan-lahan nama Gabriel, membuat semua terasa dramatis.

Keke mengangkat alis, dan tanpa sadar memajukan badannya lagi. Telinganya menajam otomatis.

"Kak Gabriel itu pentolannya sekolah ini! Dia itu ketua preman di sini!"

"Hah?!"

Oik mengangguk-angguk, "oh ya. Tadi gue lupa ngomong ya. FourG itukan kelompok gengstar gitu deh. Mereka termasuk anak-anak yang sering berantem sama sekolah lain. Dan... Kak Gabriel itu yang mimpin!"

"Wah...."

"Kak Gabriel itu yang paling sangar! Katanya juga, kalau lagi emosi, Kak Gabriel udah lupa diri kayak orang kerasukan gitu! Ihhh," Oik bergidik, "Pokoknya, Kak Gabriel tuh bahaya banget! Eh tapi, walau gitu ya. Kak Gabriel itu disebut-sebut Pangeran Sekolah. Dia itu perfect!" pekik Oik girang, "Udah kaya, ganteng, terus juga pentolan sekolah! Beuuhh beruntung banget deh yang jadi pacarnya."

"Emang dia udah punya pacar?" tanya Zeze mewakilkan pertanyaan dari yang lain.

"Nah ini nih yang paling keren," Oik mengubah posisi duduknya, "walaupun di samping Kak Gabriel sering banget ada cewek nempel, tapi sebenarnya Kak Gabriel itu nggak pernah pacaran!"

"Ha? Serius?!"

Oik mengangguk-angguk cepat. "Hampir sama kayak Kak Rio gitu. Tapi sih katanya, dulu Kak Rio pernah punya cewek. Nah kalau Kak Gabriel, dari dulu tuh nggak pernah pacaran!"

"Tahu dari mana lo kalau itu gosip atau fakta?" tanya Nova tak percaya.

"Menurut sumber yang gue dapet sih, Kak Gabriel itu sahabatan sama Kak Rio dari SMP. Nah, Kak Rio dulu pernah ngomong kalau Kak Gabriel itu sampai saat ini belum pernah pacaran!"

"Owh..." Lagi-lagi para siswi yang berkumpul itu ber-o panjang. Walau masih tak menyangka.

"Oh ya. Kak Gabriel itu yang paling bebal di antara yang lain!  Guru-guru aja sampai capek ngadepin dia!" cerita Oik lagi kini sambil geleng-geleng kepala kecil. "Dan juga ya, Kak Rio sama Kak Gabriel itu udah kayak kembar gitu!"

Nadya mengangguk-angguk cepat, "iya, Bel. Mereka ajakan udah hampir mirip gitu. Tingginya sama, mukanya juga hampir mirip. Walau... lebih ganteng Kak Gabriel sih. Eh tapi, Kak Rio itu manis. Tapi intinya, sekilas mereka itu mirip! Kalau dari belakang aja mungkin nggak bisa dibedain!"

Yang lain mengangguk-angguk mengiyakan.

"Selain itu juga, mereka itu punya nama hampir sama!" ucap Oik menggebu-gebu. "Ternyata ya, namanya Kak Rio itu, Mario Nataniel! Jadi kalau manggil Iyel dua-duanya bisa noleh bareng!"

"Serius lo?!" pekik Misel. Yang lain juga melotot tak percaya.

"Iya! Gue udah dapet info dari sumber terpercaya kok!" kata Oik yakin, "mereka juga sahabatan dari SMP. Banyak banget deh persamaannya!"

Misel, Nova, Nadya, Acha, dan juga Zeze saling pandang sambil berbisik-bisik. Sementara Keke kembali terdiam. Mereka punya nama yang hampir sama? Argh. Dari awal Keke sudah menaruh curiga pada dua orang itu. Dan kini, mereka punya nama yang hampir sama?

"Nah, intinya ya. FourG itu, selain jadi most wanted, juga adalah premannya sekolah! Mantap nggak tuh?" tanya Oik berbinar.

"KYAAA KEREEENN!!!"

Keke dan Acha yang tak ikut-ikutan memekik senang seperti yang lain sempat terkejut, lalu menggelengkan kepala melihat tingkah teman-temannya itu.

"Keren? Keren apanya tuh? Gue malah ilfil!" kata Acha membuat semua hening dan menoleh ke arahnya dengan mata membelalak. "Bayangin deh. Mereka tuh preman sekolah. Dan tadi elo juga bilang Bel, kalau Gabriel itu sangar. Nah! Itu tuh bahaya banget. Ih nggak banget deh," kata Acha bergidik ngeri.

"Wah, otak lo salah deh kayaknya, Cha," kata Nadya dengan wajah serius, "itu tuh keren banget Acha! Bayangin deh, udah jadi idola sekolah, terus jadi pemegang sekolah! Itu kerennya udah kuadrat banget!"

"Bukan kuadrat lagi, tapi pangkat seribu!" sahut Nova.

Acha mendesis, lalu geleng-geleng kepala, "terserah deh. Gue sih emang seneng liat mereka yang emang ganteng bin keren. Tapi saat tahu gitu... ilfil!"

"Tapi emang, kalau misalnya elo ditaksir salah satu dari mereka, apa reaksi lo?" tanya Misel membuat Acha diam, "pasti elo nggak bakal nolak juga, kan?"

Acha diam, dan memutar-mutar bola matanya berpikir. Sementara yang lain menunggunya.

"Nggak deh kayaknya. Gue nggak bisa bayangin kalau gue jadi cewek salah satu dari mereka. Ihhh," Acha bergidik, membuat yang lain menganga tak percaya. "Apalagi ya, menurut gue. Si Gabriel itu tuh, kayaknya yang paling sangar deh. Matanya aja kayak mata elang gitu."

"Acha, mata elangnya itu justru yang buat cewek-cewek meleleh!" sahut Nova sewot, dibantu anggukan lain.

"Idih Nova apa deh. Tadi juga Oik udah ceritakan, Gabriel itu yang paling sangar! Dia juga yang paling bebal. Terus, ketua preman pula! Cowok nakal begitu mah nggak pantes diidolain," argumen Acha yang langsung dapat mata melotot dari yang lain.

"Acha please deh! Gabriel itu ganteng!!!" geram Oik kesal.

"Bukannya orang ganteng itu udah biasa ya?" tanya Acha santai.

"Tapi Cha, yang ini tuh beda. Bahkan ya, anak boyband, model iklan, dan pangeran negeri dongengpun kalah tahu sama dia! Gabriel itu punya karisma yang kuat banget. Yang buat cewek-cewek pasti luluh sama dia!" kata Nadya antusias dan lebay.

"Tapi gue nggak tuh," sahut Acha tenang.

Dan setelah itu, tentu saja Acha segera mendapat serangan bertubi-tubi dari Oik, Zeze, Misel, Nadya, dan juga Nova yang tak setuju. Keke yang melihat hanya tertawa kecil. Walau diam-diam ia mulai penasaran dengan Gabriel dan Rio.

*****

Hallo bantu share dan promote cerbung baru ini ya. Akan cepat dipost kalau mention atau komen sudah jebol (?) hehehe.
Luv, Aleastri


1 komentar: