Hello
Sunset! : Part 1
Semenjak
peristiwa di hari pertama MOS itu, para peserta MOS -khususnya perempuan- terus
membicarakan tentang kedatangan FourG yang sungguh keren layaknya drama
televisi. Mereka tapi mengeluh karena kelas duabelas harus berada di lantai
dua, sejajar dengan beberapa kelas sebelas. Membuat mereka jadi tak bisa
melihat keempat pemuda tampan itu.
Entah
takdir atau memang kebetulan semata, Keke dan Acha satu kelas. Mereka berada di
kelas 10-B, dan semeja. MOS berjalan seperti biasa. Menakutkan tentu saja.
Namun sepanjang hari Keke terus saja gelisah.
Sampai saat
malam seperti ini. Keke duduk di depan meja belajarnya, sambil melamun.
Kejadian tadi pagi itu masih menyantol di pikirannya. Tidak tidak. Bukan karena
ia sama seperti siswi lain, yang sepertinya sangat memuja empat pemuda tampan
itu. Keke tak munafik kalau ia juga terpesona. Namun... ada alasan lain. Yang
membuat Keke terus memikirkan dua pemuda itu. Ya. Dua pemuda itu. Bukan
keempatnya. Dua orang itu adalah dua orang yang berada di Mercy hitam tadi
pagi. Dari awal saja, kala melihat datangnya Mercy hitam itu, Keke sudah
merasakan sesuatu. Dan kala melihat siapa penumpangnya, benar-benar membuat
Keke kepikiran terus menerus.
Keke
menghela nafas. Lalu menoleh ke pojok meja belajar. Tangannya terjulur
perlahan, meraih sebuah bingkai poto berukuran 5R. Keke menatap poto di sana,
dan tersenyum samar. Di dalam poto itu, ada seorang anak perempuan mungil yang
saat itu duduk di bangku kelas dua SD, memakai dress ungu muda sambil tersenyum
lebar. Di sampingnya ada seorang anak laki-laki yang saat itu kelas empat SD,
duduk di samping anak perempuan tadi sambil tertawa riang. Anak perempuan di
poto itu, Keke. Dan anak laki-laki itu.... seseorang yang sangat berarti di
hidupnya.
"Kak...
kamu dimana?" bisik Keke lirih, mengarah pada laki-laki di poto itu.
Entah kapan
datangnya, setetes bening hangat meluncur dari mata bulat Keke. Keke menghela
nafas panjang, lalu mendekap pigura kecil itu dalam peluknya. Ia harus mencari
tahu. Siapa keempat pemuda tadi pagi, yang bernama FourG itu. Khususnya dua
orang yang berada di Mercy hitam tersebut. Karena dua orang itu... sama-sama
mengingatkannya, pada anak laki-laki sawo matang yang ada dalam pigura ini.
Perawakan mereka memang hampir sama. Bahkan sekilas terlihat seperti kembar.
Keduanya memiliki tinggi yang sama. Rambut yang sama, dan warna kulit sama.
Tadi saja mereka sama-sama tak memakai dasi di kerah. Walau yang satu
memasukkan seragam dan yang satu lagi tidak. Tadi pagi juga, gaya mereka sama.
Mereka berjalan cool tak peduli dengan santainya. Tapi... di antara dua orang
itu, apakah benar salah satunya adalah orang yang Keke cari?
***
Acha dan
Keke pagi ini mengobrol akrab. Keadaan kelas mulai bersahabat. Setelah satu
minggu bersama, dengan tiga hari masa MOS, mereka mulai mengenal satu sama
lain.
"PAGI!!!"
Acha dan
Keke yang sedang berbincang terlonjak dan menoleh. Para penghuni kelas pun ikut
menoleh kaget. Tapi lalu mendesah. Tak heran juga. Gadis itu ternyata. Gadis
bemata sedikit sipit, dengan pipi bulat dan kulit putih itu tersenyum lebar,
lalu melangkah riang menuju meja depan Keke dan Acha. Di sana sudah berkumpul
beberapa anak perempuan kelas ini.
"Eh,
elo elo elo, tahu nggak? Gue dapat inpo baru!!!" pekik gadis itu melapor
dengan girang.
"Apaan
sih Oik?" tanya Nova yang berada di depan Acha. Yang lain mengangguk
dengan kening berkerut.
Oik
tersenyum lebar, lalu melompat ke meja Nova, yang berada di tengah barisan itu.
Ia lalu melempar pelan tasnya ke meja di samping Acha yang memang sebagai
tempat duduknya. Ia lalu membenarkan duduk di atas meja Nova. Beberapa siswi,
seperti Nadya, Misel, dan juga Zeze ikut membenarkan posisi duduk menghadap
Oik, merasa tertarik. Acha dan Keke saling pandang, namun lalu juga ikut
menatap Oik.
Oik
berdehem beberapa kali, "ini tentang.... FourG!!!" pekik Oik senang,
membuat yang lain segera melebarkan mata dan merasa tertarik.
Acha juga
memajukan tubuh, mulai penasaran. Kekepun menajamkan telinga, karena diam-diam
ia juga penasaran.
"FourG
itu, ternyata ada artinya! Empat G!"
"Yeee
itu mah anak SD juga tahu!" sahut Zeze sewot.
"Eh
tapi, elo nggak tahukan arti G itu apa?" ucap Oik membuat Zeze diam dan
menggeleng. "G itu artinya Ganteng! Jadi, FourG itu Empat Ganteng!"
Acha
menganga, "he? Siapa tuh yang buat nama?"
"Katanya
sih, itu emang julukan buat mereka. Karena mereka tuh nggak pernah namain geng
mereka. Nah, dulu waktu MOS, empat orang itu udah deket. Dan kakak kelas MOS
manggilnya empat ganteng!" cerita Oik menjelaskan, "dari situ,
orang-orang manggilnya empat ganteng. Tapi sepanjang waktu, jadi panggilannya
FourG!"
Zeze, Nova,
Nadya, Misel, Acha, dan juga Keke ber-o panjang dengan kompak.
"Oke,
sekarang kita mulai darimana nih? Kak Cakka, Kak Gabriel, Kak Alvin, atau Kak
Rio?" tanya Oik menyebutkan nama pemuda tampan itu satu persatu. Membuat
Keke terkejut mendengar salah satu nama.
"Em...
nanti dulu nanti dulu. Kak Alvin yang mana, terus... Kak... Gabriel, sama....
Kak..." kalimat Acha terputus-putus, sambil mencoba mengingat nama yang
disebut Oik.
"Cakka,
Alvin, Rio, Gabriel," ucap Oik menyebutkan dengan tegas, "ehem.
Kalian ingat kan muka mereka di hari pertama MOS itu? Yang bawa Jazz itu Kak
Alvin, yang mukanya oriental ituloh. Nah yang pake' kacamata kemarin itu, Kak
Cakka. Terus yang bawa Mercy, namanya Kak Gabriel. Sedangkan yang sama dia itu
namanya Kak Rio," jelas Oik membuat Acha ber-o panjang.
Keke
terdiam. Garis wajahnya menegang. Detak jantungnya bertalu tak karuan. Sebuah
firasat muncul perlahan, walau meragu. Entah mengapa hatinya sedikit bergerak. Gabriel?
"Nah,
Kak Cakka itu ya. Katanya playboy! Dia itu sering banget ngegombalin cewek.
Tapi dia juga paling ramah dan supel, katanya juga, anaknya asik gitu!"
cerita Oik menggebu-gebu, "kalau Kak Alvin, dia itu kapten futsal.
Katanya, dia yang paling kalem di antara yang lain. Anaknya nggak neko-neko.
Kak Alvin itu yang paling beda. Karena ya, dia itu punya hobi baca buku!"
"Oh...."
para siswi yang mendengarkan ber-o kompak.
"Nah,
kalau Kak Rio, dia itu cool abis. Beda banget deh sama Kak Cakka. Kak Rio itu
jarang ngomong gitu, terus anaknya cuek. Tapi anehnya ya. Walau Kak Rio nggak
peduli gitu, banyak cewek yang ngejar-ngejar dia terang-terangan! Bahkan hampir
tiap hari Kak Rio dapat cokelat lah, bekal lah, apalah. Beuuuhhh," Oik
bercerita dengan semangat empat lima, membuat para temannya mendesah kagum.
"Dan
yang terakhir... Kak Gabriel," Oik mengucap perlahan-lahan nama Gabriel,
membuat semua terasa dramatis.
Keke
mengangkat alis, dan tanpa sadar memajukan badannya lagi. Telinganya menajam
otomatis.
"Kak
Gabriel itu pentolannya sekolah ini! Dia itu ketua preman di sini!"
"Hah?!"
Oik
mengangguk-angguk, "oh ya. Tadi gue lupa ngomong ya. FourG itukan kelompok
gengstar gitu deh. Mereka termasuk anak-anak yang sering berantem sama sekolah
lain. Dan... Kak Gabriel itu yang mimpin!"
"Wah...."
"Kak
Gabriel itu yang paling sangar! Katanya juga, kalau lagi emosi, Kak Gabriel
udah lupa diri kayak orang kerasukan gitu! Ihhh," Oik bergidik,
"Pokoknya, Kak Gabriel tuh bahaya banget! Eh tapi, walau gitu ya. Kak
Gabriel itu disebut-sebut Pangeran Sekolah. Dia itu perfect!" pekik Oik
girang, "Udah kaya, ganteng, terus juga pentolan sekolah! Beuuhh beruntung
banget deh yang jadi pacarnya."
"Emang
dia udah punya pacar?" tanya Zeze mewakilkan pertanyaan dari yang lain.
"Nah
ini nih yang paling keren," Oik mengubah posisi duduknya, "walaupun
di samping Kak Gabriel sering banget ada cewek nempel, tapi sebenarnya Kak
Gabriel itu nggak pernah pacaran!"
"Ha?
Serius?!"
Oik
mengangguk-angguk cepat. "Hampir sama kayak Kak Rio gitu. Tapi sih
katanya, dulu Kak Rio pernah punya cewek. Nah kalau Kak Gabriel, dari dulu tuh
nggak pernah pacaran!"
"Tahu
dari mana lo kalau itu gosip atau fakta?" tanya Nova tak percaya.
"Menurut
sumber yang gue dapet sih, Kak Gabriel itu sahabatan sama Kak Rio dari SMP.
Nah, Kak Rio dulu pernah ngomong kalau Kak Gabriel itu sampai saat ini belum
pernah pacaran!"
"Owh..."
Lagi-lagi para siswi yang berkumpul itu ber-o panjang. Walau masih tak
menyangka.
"Oh
ya. Kak Gabriel itu yang paling bebal di antara yang lain! Guru-guru aja sampai capek ngadepin
dia!" cerita Oik lagi kini sambil geleng-geleng kepala kecil. "Dan
juga ya, Kak Rio sama Kak Gabriel itu udah kayak kembar gitu!"
Nadya
mengangguk-angguk cepat, "iya, Bel. Mereka ajakan udah hampir mirip gitu.
Tingginya sama, mukanya juga hampir mirip. Walau... lebih ganteng Kak Gabriel
sih. Eh tapi, Kak Rio itu manis. Tapi intinya, sekilas mereka itu mirip! Kalau
dari belakang aja mungkin nggak bisa dibedain!"
Yang lain
mengangguk-angguk mengiyakan.
"Selain
itu juga, mereka itu punya nama hampir sama!" ucap Oik menggebu-gebu.
"Ternyata ya, namanya Kak Rio itu, Mario Nataniel! Jadi kalau manggil Iyel
dua-duanya bisa noleh bareng!"
"Serius
lo?!" pekik Misel. Yang lain juga melotot tak percaya.
"Iya!
Gue udah dapet info dari sumber terpercaya kok!" kata Oik yakin,
"mereka juga sahabatan dari SMP. Banyak banget deh persamaannya!"
Misel,
Nova, Nadya, Acha, dan juga Zeze saling pandang sambil berbisik-bisik.
Sementara Keke kembali terdiam. Mereka punya nama yang hampir sama? Argh. Dari
awal Keke sudah menaruh curiga pada dua orang itu. Dan kini, mereka punya nama
yang hampir sama?
"Nah,
intinya ya. FourG itu, selain jadi most wanted, juga adalah premannya sekolah!
Mantap nggak tuh?" tanya Oik berbinar.
"KYAAA
KEREEENN!!!"
Keke dan
Acha yang tak ikut-ikutan memekik senang seperti yang lain sempat terkejut,
lalu menggelengkan kepala melihat tingkah teman-temannya itu.
"Keren?
Keren apanya tuh? Gue malah ilfil!" kata Acha membuat semua hening dan
menoleh ke arahnya dengan mata membelalak. "Bayangin deh. Mereka tuh
preman sekolah. Dan tadi elo juga bilang Bel, kalau Gabriel itu sangar. Nah!
Itu tuh bahaya banget. Ih nggak banget deh," kata Acha bergidik ngeri.
"Wah,
otak lo salah deh kayaknya, Cha," kata Nadya dengan wajah serius,
"itu tuh keren banget Acha! Bayangin deh, udah jadi idola sekolah, terus
jadi pemegang sekolah! Itu kerennya udah kuadrat banget!"
"Bukan
kuadrat lagi, tapi pangkat seribu!" sahut Nova.
Acha
mendesis, lalu geleng-geleng kepala, "terserah deh. Gue sih emang seneng
liat mereka yang emang ganteng bin keren. Tapi saat tahu gitu... ilfil!"
"Tapi
emang, kalau misalnya elo ditaksir salah satu dari mereka, apa reaksi lo?"
tanya Misel membuat Acha diam, "pasti elo nggak bakal nolak juga,
kan?"
Acha diam,
dan memutar-mutar bola matanya berpikir. Sementara yang lain menunggunya.
"Nggak
deh kayaknya. Gue nggak bisa bayangin kalau gue jadi cewek salah satu dari
mereka. Ihhh," Acha bergidik, membuat yang lain menganga tak percaya.
"Apalagi ya, menurut gue. Si Gabriel itu tuh, kayaknya yang paling sangar
deh. Matanya aja kayak mata elang gitu."
"Acha,
mata elangnya itu justru yang buat cewek-cewek meleleh!" sahut Nova sewot,
dibantu anggukan lain.
"Idih
Nova apa deh. Tadi juga Oik udah ceritakan, Gabriel itu yang paling sangar! Dia
juga yang paling bebal. Terus, ketua preman pula! Cowok nakal begitu mah nggak
pantes diidolain," argumen Acha yang langsung dapat mata melotot dari yang
lain.
"Acha
please deh! Gabriel itu ganteng!!!" geram Oik kesal.
"Bukannya
orang ganteng itu udah biasa ya?" tanya Acha santai.
"Tapi
Cha, yang ini tuh beda. Bahkan ya, anak boyband, model iklan, dan pangeran
negeri dongengpun kalah tahu sama dia! Gabriel itu punya karisma yang kuat
banget. Yang buat cewek-cewek pasti luluh sama dia!" kata Nadya antusias
dan lebay.
"Tapi
gue nggak tuh," sahut Acha tenang.
Dan setelah
itu, tentu saja Acha segera mendapat serangan bertubi-tubi dari Oik, Zeze,
Misel, Nadya, dan juga Nova yang tak setuju. Keke yang melihat hanya tertawa
kecil. Walau diam-diam ia mulai penasaran dengan Gabriel dan Rio.
*****
Hallo bantu
share dan promote cerbung baru ini ya. Akan cepat dipost kalau mention atau
komen sudah jebol (?) hehehe.
Luv,
Aleastri
Aaak cerbung baru >,<
BalasHapuspenasaraan