Sabtu, 20 September 2014

Hello Sunset! Part 3



Keke memakan sarapannya dengan gelisah. Ia tak juga tenang di meja makan. Pikirannya melayang-layang. Mengingat ucapan Rio kemarin. Rina menatap Keke heran. Keke memang tinggal bersama keluarga dari adik Mamanya sejak menjadi murid SMA Bintang. Karena lebih dekat dari sekolah. Sementara rumahnya dulu jauh dari sekolahnya, membutuhkan waktu lama. Rina juga tak keberatan. Karena selama ini ia sendiri di rumah. Suaminya bekerja di luar kota, sementara anak sulungnya kuliah dan asrama. Jadi kehadiran Keke membuat rumah ini berisi kembali. Tak sepi terus menerus.

Suara deru motor dari depan rumah membuat Keke tersentak. Mendadak, tubuhnya membeku. Tapi lalu ia merutuk dalam hati.

"Eum... tante... Keke pergi dulu ya," pamit Keke mengambil ranselnya.

Rina yang sekarang sedang sibuk dengan layar iPadnya, menoleh. Keke mencium tangannya, lalu berbalik. Rina kembali memusatkan perhatian pada layar iPad, karena ada sebuah pekerjaan yang harus ia kerjakan.

Keke melangkah dengan jantung bergetar heboh menuju pintu rumah. Ia lalu membuka pintu, dan keluar. Gadis itu terpana. Melihat kini ada empat buah sepeda motor besar menunggu di depan pagar. Keke tak bisa menahan diri untuk tidak melongo. Ia memang sering melihat empat pemuda itu memakai motor besar ke sekolah, tapi tak pernah sekompak ini. Biasanya salah satu membawa motor, dan ada yang membawa mobil atau menebeng dengan yang lain. Namun hari ini, keempatnya membawa motor masing-masing.

Keke meneguk ludah, lalu menutup pintu dan melangkah mendekat. Cakka menyambutnya dengan cengiran lebar. Alvin juga melemparkan senyum selamat pagi. Rio hanya acuh tak peduli di atas motornya. Sementara Gabriel menatap Keke tak sabar karena langkah gadis itu lambat.

Keke membuka pagar, dan keluar masih dengan perasaan tak menyangka.

"Nih," Cakka menyodorkan helm yang ia bawa.

Keke tersenyum kaku, lalu menerimanya. Dan memakainya. Namun ia sedikit bingung harus naik ke motor yang mana.

"Elo sama gue. Cepet," perintah Gabriel membaca pikiran Keke.

Keke tenganga sesaat. Tapi melihat mata tajam Gabriel, membuatnya menurut. Keke duduk menyamping, membuat Gabriel mendecak.

"Elo pikir gue tukang ojek? Duduk yang bener! Jangan nyamping!" perintah Gabriel ketus, membuat Keke sedikit sebal.

Keke mendesah pelan, lalu menurut kembali. Ia memang hanya bisa pasrah. Dikelilingi empat preman sekolah, bisa apa dia? Melawan? Sama saja cari mati kalau begitu.

Setelah melihat Keke sudah duduk manis, dengan jemarinya yang menggenggam erat pegangan di belakang jok, Gabriel menipiskan bibir dan menyalakan mesin lagi. Ia lalu memimpin tiga lainnya menarik gas pergi, membelah jalanan pagi Jakarta.

***

SMA Bintang gempar. Jam tujuh tepat, sekolah sudah ramai. Jadi banyak saksi mata yang melihat kejadian itu.

Motor hijau Cakka dan motor hitam merah Alvin berada di depan. Di susul oleh motor hitam Gabriel dan motor putih Rio. Keempatnya mengendarai empat motor besar walau ada yang bermerek berbeda. Tapi tetap saja terlihat keren di mata para siswi. Namun itu permandangan biasa. Yang membuat gempar tentu saja, motor hitam Gabriel. Biasanya Gabriel selalu sendiri. Dan kini, seorang siswi berseragam SMA Bintang sedang duduk di belakangnya dengan wajah sengaja ditutup kaca helm. Gadis itu menyembunyikan wajah, karena sadar ia langsung jadi pusat perhatian begitu Gabriel menghentikan motor.

Dengan canggung Keke turun dari motor. Gabriel dan yang lain melepas helm mereka, menaruh di atas motor. Lalu juga membuka jaket yang mereka pakai. Sementara Keke masih diam di tempat, dengan helm yang enggan ia buka. Karena kalau sampai wajahnya terlihat, semua orang pasti akan makin heboh.

"Elo mau jadi power rangers pake' helm mulu?" tanya Alvin becanda.

Keke tersenyum masam, tapi lalu dengan enggan melepas helmnya. Dan benar saja. Para mata memandang membelalak, dan tak sedikit yang menganga. Kening mereka berkerut, tak mengenali sosok Keke, walau beberapa sedikit tahu wajah Keke.

"Ayo," Gabriel memimpin di depan. Yang lain mengikuti. Keke masih ragu untuk melangkah. Namun ia tersentak saat Rio menarik pergelangan tangannya, dan memaksanya melangkah di samping Gabriel, di depan tiga orang lainnya.

Gabriel seperti biasa, melangkah tenang dan santai. Alvin melemparkan senyuman pada beberapa yang menyapanya. Rio selalu saja cuek tak peduli. Sementara Cakka sibuk melambaikan tangan pada beberapa siswi yang menyapa pagi.

Keke sedikit menunduk, menyadari kini ia menjadi sorot utama. Beberapa siswi awalnya menyapa cowok-cowok ganteng itu, tapi setelah itu melemparkan tatapan iri ke arah Keke. Keke berjalan kikuk setengah mati, meneguk ludah panik. Gabriel membaca gerakkan itu. Ia mengangkat alis, dan mendekat ke Keke sambil memindai para mata yang menatap gadis itu tajam. Tingkah Gabriel justru membuat para siswa makin ingin gigit besi. Keke juga makin merutuk. Bukannya merasa aman, ia justru merasa makin di ujung jurang! Oke, mungkin FourG melindunginya dari sekolah lawan, tapi begini sama saja melemparkan Keke menjadi korban di sekolah sendiri!

Kelas 10B masih berjalan seperti biasa. Ada yang menyapu piket, ada yang mengerjakan tugas, dan ada juga yang sibuk bergosip. Tapi kala Keke dan keempat pemegang sekolah itu menampakkan diri, sontak semua terdiam. Beberapa bahkan menganga parah. Oik merasakan hatinya langsung mencelos jatuh.

Hening.

"Pulang nanti elo nggak usah kemana-mana, tunggu kita," perintah Gabriel dengan nada otoritas.

"Tapi kak..." protes Keke terhenti, kala mendapat tatapan tajam Gabriel.

"Elo lagi dalam bahaya. Mau lo jadi sandera anak Pangeran?" tanya Gabriel sinis.

Keke mengerucutkan bibirnya kecil, tapi lalu hanya menunduk. 'Gue emang aman dari cowok-cowok Pangeran, tapi sama aja jadi umpan cewek-cewek Bintang!' batinnya menggerutu.

Gabriel hanya mendesah, namun tak berkata apapun lagi dan melangkah pergi. Rio sempat melemparkan tatapan lama pada Keke, tapi lalu mengikuti.

"Tunggu kita ya," pesan Alvin sebelum mengekor.

"Bye Ke!" pamit Cakka ceria, dan ikut menyusul.

Keke menghembuskan nafas, lalu berbalik. Dan melebarkan mata kala melihat tatapan tak percaya dari teman-temannya. Keke hanya melengos, lalu melangkah menuju kursinya dan duduk di sana. Acha masih menatapnya dengan mulut terbuka lebar dan mata membelalak.

Tapi detik berikutnya, dipimpin teriakan Oik memanggil nama Keke, semua murid segera mengerubungi meja Keke, membuat Keke terkejut dan menoleh kanan kiri kebingungan karena teman-temannya langsung melemparkan beribu pertanyaan tentang kejadian tadi.

"Aduuuhhh diem dulu deh. Gimana gue mau jawab?" ucap Keke kesal dan bernada tinggi, membuat suara-suara gaduh itu perlahan menghilang.

"Oke deh oke. Kita diem. Cerita gih," kata Oik membenarkan posisi duduknya yang berhimpit dengan Nadya di kursi Nadya.

Keke menghela nafas panjang, "panjang ceritanya," ucapnya malas.

"Nggak papa!" jawab para murid serempak. Kini bukan hanya para siswi, tapi beberapa siswa juga ikut tertarik.

Keke menggeram kecil dengan sebal, "Pokoknya intinya, mulai sekarang gue bakal selalu bareng sama FourG!"

"HA?!"

Keke sedikit mengkerut kala mendengar jeritan dari segala arah itu.

"Serius lo? Kok bisa? Kenapa?" tanya yang lain bertubi-tubi.

Keke melengos, "ada kemungkinan gue diincer anak Pangeran, dan karena nggak mau hal itu terjadi, mereka mau jaga gue!" jelas Keke sedikit sebal.

Lagi-lagi semua memekik tak percaya.

"Keren banget..." desah Oik kagum, membuat Keke mendelik.

"Jadi... maksudnya... FourG bakal ngelindungin elo?" tanya Lintar.

Keke mendecak kecil dan memainkan bibirnya, tapi lalu mengangguk pelan. Membuat semua mendesah tak percaya dan juga takjub.

"Gila ih! Ini udah kayak di komik-komik Jepang aja sih!" komentar Acha geleng-geleng.

"Ke!" Oik menepuk dan memegang pundak Keke, membuat Keke mengerutkan kening menatapnya. Oik memandangnya serius, "menurut gue, mulai detik ini, elo... bakal jadi princess sekolah!"

"Ha?" kini giliran Keke yang memekik. Semua berkoar setuju dan mengiyakan.

"Bener banget, Ke! Bayangin deh, elo bakal dijaga empat pentolannya SMA Bintang. Dan salah satu dari mereka adalah bosgengnya nih sekolah! Pangeran sekolah pula! Itu berarti... elo bakal jadi cewek yang punya kedudukan tinggi di sekolah ini!" kata Nova panjang lebar dan menggebu-gebu.

"Wih keren nih. Elo bakal dijaga pasukannya Gabriel! Beuuhh," kata Patton terkagum.

"Kayak ftv!"

"Bukan, drama Korea!"

"So sweetnya ngalahin komik Jepang!"

"Keren, Ke!"

Keke menganga, tapi lalu menghembuskan nafas panjang. Mereka pikir ini keren? Keren apanya? Adanya Keke malah akan terus mendapat kesialan dan tekanan batin bertubi-tubi!

***

Sambil melahap mie ayamnya, Keke menceritakan tentang kronologi kejadian pada Acha, sahabat terdekatnya. Acha yang sedang mengunyah mie, terdiam dan tertegun mendengar cerita Keke. Mereka di pojokan kantin yang kini cukup sepi, jadi tak ada yang mendengar. Keke menceritakan dari awal ia bertemu Gabriel-Rio, digendong Rio, dan semuanya. Mata Acha melebar sepanjang Keke bercerita.

"Ya ampun Ke... itu romantis banget!" komentar Acha kala cerita Keke selesai, "Lebih menggetarkan daripada film-film!"

Keke melengos, sepertinya salah ia bercerita pada Acha. Karena gadis ini sama saja seperti yang lain.

"Tapi... kasian elo juga sih. Bakal banyak tekanan nih," lanjut Acha mengelus dagunya. Keke menghembuskan nafas lega karena akhirnya ada yang mengerti keadaannya.

"Elo juga sih Ke! Ngapain sih pergi jauh-jauh dari sekolah? Ke arah SMA Pangeran lagi! Nyetop taksi di gerbang aja emang nggak bisa?" omel Acha membuat Keke bersungut.

"Kemarin tuh gue mau ke supermarket. Dan pas banget anak Pangeran datang!" sahut Keke mencak-mencak.

Acha mendecak, lalu memain-mainkan sendok dan garpunya di mangkuk. Ia berpikir keras. "Emang sih, jalan satu-satunya ya elo harus dilindungin FourG kalau nggak mau ada hal macem-macem. Tapi kalau gini caranya, elo malah jadi tersudutkan kalau di sekolah!"

Keke mengangguk cepat, menyetujui kalimat itu, "tadi pagi aja, cewek-cewek tuh natap gue kayak mau ngebunuh gue! Dari kelas satu sampai kelas tiga," keluh Keke lalu bergidik. "Dan elo tahu nggak sih Cha, gue tuh udah kayak pembantunya Kak Gabriel! Diperintah ini-itu mulu. Gue nurut aja, karena gue juga takut kalau dia udah marah. Diakan serem."

Acha terkikik geli melihat muka cemberut Keke saat menceritakan Gabriel. "Kalau elo ngelawan, elo bakal mati Ke!"

Keke mengerucutkan bibir, dan menghembuskan nafas panjang. Sementara Acha menepuk-nepuk pundaknya, mencoba menyabarkan hati Keke.




1 komentar:

  1. Huaaahhh!!! Pingin jadi Keke!!!!! Lanjut-lanjut!!! Couple-couple diobral-diobral, kak...

    BalasHapus