Jumat, 03 Mei 2013

CERPEN: Karena Aku Sahabatmu



Cerpen ini spesial teruntuk Gabriel Stevent Damanik dan para GabrielFC untuk lima tahunan kebersamaan kita. Hahahaha.

***
Kamu berubah. Ini bukan kamu. Di mana kamu yang dulu? Yang selalu menyampatkan diri menyapaku, menanyakan kabarku, dan berbagi cerita dengan riangnya? Di mana kamu yang dulu? Yang selalu mencoba menghibur ku walau aku tak sedang bersedih. Di mana kamu yang dulu? Yang selalu dewasa menanggapi sesuatu, tanpa merasa takut pada apapun.
Di mana kamu yang dulu? Bersembunyi di balik topeng 'pacar ganteng' kekasih barumu itu?
Sekarang aku mulai merasakan kamu selalu berusaha menjaga image. Selalu berusaha terlihat 'tampan' di depan kekasihmu. Tak pernah memedulikanku. Melupakan dan menjauhiku. Biar apa? Biar kekasihmu tak cemburu? Lucu. Tolong beritahu dia. Kita bersama sudah bertahun-tahun. Oh ya. Bukankah saat itu di awal dia mengatakan dia mengerti dengan kondisi kita? Lalu kenapa mendadak seperti ini?
Jangan membuatku jadi membenci kekasihmu. Dan parahnya, jangan membuatku jadi membencimu.

"Cindai?"
Cindai terlonjak setengah mati. Tubuhnya bahkan terloncat kecil dan sontak mendongak, dari awalnya khusyuk menulis di buku catatan oranyenya.
"Kenapa? Kok kayaknya marah gitu?" tanya Marsha, sahabat Cindai, sambil duduk di depan kursi Cindai. Ia baru saja datang dari kantin sambil membawa segelas plastik es cokelat. "Mata lo juga berkaca-kaca. Kenapa sih?" tanyanya khawatir, lalu menyedot es cokelatnya.
Cindai terdiam. Lalu menghela nafas panjang. Ia menatap Marsha lurus. "Gue mau bunuh Chelsea."
Marsha sontak tersedak. Es cokelat dari sedotannya sampai menyembur membuat Cindai refleks menarik tubuh menjauh.
Marsha terbatuk-batuk sesaat, lalu melotot menatap Cindai. "Lo gila!" desisnya tak percaya.
Cindai mendengus. "Sumpah, Sha! Ini udah di batas kesabaran! Gue emosi!!!" geramnya kesal. Kalau mengingat buku di depannya bukan 'buku keramat'nya, mungkin sudah ia jadikan pelampiasan amarah. Mengacak-acak kertas buku itu sambil mengamuk.
Marsha mendesah. "Udah deh, Ndai. Kemarahan lo nggak akan didenger Bagas. Berantem lagi yang ada."
"Ya karena itu!" Cindai menggebrak meja sambil berdiri. "Dia tuh udah dibutakan! Bahkan gue, temennya dari SD sampai dilupain sama dia! Lo pikir nggak nyesek? Sakit Sha!"
Marsha agak menarik wajah, dan mengerjap-ngerjap menatap Cindai yang sudah 'berasap'. Beberapa murid yang berada di dalam kelas menatap gadis itu.
"Gue yang selalu dukung dia selama ini! Gue yang selalu nyemangatin dia! Gue yang selalu ada! Tapi nyatanya? Di saat seneng dia nempelnya sama si sipit centil sialan itu! Bahkan dia belain cewek itu daripada gue!"
"Ndai, sabar Ndai, sabar," kata Marsha menarik Cindai duduk lagi. Ia memandang teman-teman sekelasnya, lalu nyengir. "Sorry, biasa. Efek tadi nggak ngantin nih. Hehehe."
Murid kelas 9B yang ada di sana saling pandang sesaat, tapi lalu kembali ke akitifas masing-masing, belaga tak mengerti. Walau mereka sangat tahu. Cindai marah karena Bagas jadian dengan Chelsea. Bukan karena cemburu. Jelas sekali. Karena yang mereka tahu, Bagas kini seperti melupakan Cindai, dan selalu menempel pada Chelsea. Bukan hanya Cindai, tapi hampir semua juga tahu, bahwa Bagas telah berubah.

***

Bagas mendesah, menatap gadis berseragam putih biru yang sedang menempelkan selembar kertas di mading sekolah. Ia menata kertas berwarna jingga itu, lalu berbalik dan kembali melangkah menuju kelasnya.
Bagas menunggu sampai gadis itu pergi, dan kemudian mendekat ke depan mading. Pasti cerpen baru. Gadis chubby tadi, Cindai, memang seorang penulis di sekolah ini. Cerpen dan puisinya sudah sering ada tertempel di mading sekolah. Bagas selalu membacanya. Dulu bersama Cindai, yang kemudian langsung mengomentari cerpen itu. Dulu.
Bagas membaca cerpen itu. Berjudul 'Kamu Telah Dewasa'. Mengisahkan tentang persahabatan dua remaja putri SMP. Salah satunya sudah mempunyai seorang pacar, dan membuatnya merasa ia sudah dewasa. Merubah segala hal. Dimulai dari bermain bersama, mengerjakan pr bersama, tertawa bersama, secara perlahan semua telah berkurang. Disibukkan dengan kegiatan bersama si pacar. Dewasa menjadikan dia jadi pribadi yang arogan. Hanya mementingkan diri sendiri tanpa memedulikan orang yang peduli padanya. Ia selalu menjadi baik di hadapan sang pacar, menomorsatukan sang pacar, dan selalu berada di samping sang pacar. Tak lagi memedulikan sahabatnya. Melupakan semua hal. Yang ada hanya pacarnya, pacarnya, dan pacarnya.
"Cara sindir ala Cindai banget," gumam Bagas membaca setengah cerpen itu. Ia kemudian mendesah. "Kamu nggak ngerti, Ndai..." bisiknya pelan, entah pada siapa.
"Bagas!"
Bagas agak terkejut. Ia berbalik, mendapati seorang gadis cantik oriental berambut panjang lurus tersenyum di hadapannya. Chelsea.
"Yuk ke kelas. PR metik nomer 7 aku belum. Hehe," kata Chelsea cengengesan.
Bagas diam sejenak, kemudian tertawa kecil. "Yuk," ajaknya kemudian menarik tangan Chelsea menuju kelas mereka.
'Aku sayang dia, Ndai,' batin Bagas melamun sambil melangkah. 'Dulu kamu selalu ngedukung aku, kan? Tapi kenapa sekarang nggak? Memangnya salah aku punya pacar?'

***

Chelsea mengangkat sebelah alis, membalas tatapan tajam seorang gadis manis bepipi bulat yang sedang duduk berjarak dua meja darinya di kantin sekolah ini. Ia bersama sahabatnya, sementara Chelsea bersama dua temannya.
Gadis itu. Yang jelas sekali terlihat tak menyukai Chelsea. Berawal dari kedekatan Chelsea dan Bagas sejak mereka sekelas. Chelsea tahu, Bagas dan dia berteman sejak dulu. Tapi ya tetap saja, kan? Gadis itu adalah seorang gadis. Tak ada hubungan darah dengan Bagas. Wajar kalau Chelsea merasa tak suka.
Gadis itu, Cindai, tak bisa mengalihkan tatapan. Apalagi sejak Chelsea balas menatapnya. Seakan-akan Cindai telah mengatakan apa yang ada di isi hatinya saat balas tatapan itu. Bahwa ia ingin, ingin sekali, teramat ingin, sangat ingin, ingin banget, kalau Chelsea menjauh dari Bagas sesegera mungkin.
Panggilan dari temannya membuat mau tak mau Chelsea mengalihkan pandangan. Cindai mendengus.
"Sha," panggilnya tanpa mengalihkan pandangan, membuat Marsha yang sedang melahap batagornya menoleh. "Bawa samurai nggak?"
Marsha langsung terbatuk-batuk. Ini sudah kedua kalinya ceplosan Cindai membuatnya tersedak. Ia memandang ke depan, melihat Chelsea yang sedang mengobrol bersama teman-temannya. "Nggak, cuma ada ini nih," canda Marsha mengacungkan garpu di tangan.
"Oke deh bisa. Sini," Cindai merebut garpu itu dan ingin berdiri.
"Eeeehhh," Marsha segera menariknya duduk, dan mengambil alih garpu itu segera. "Udah deh, Ndai! Gila ah lo!"
Cindai menghembuskan nafas keras. "Sha, gue tuh temenan udah lima tahun lebih! Wajar kalau gue nggak terima diginiin! Gue curiga kalau Bagas udah diracunin atau dipelet!" gerutunya geram dan tertahan, mengingat ini adalah kantin. Walau emosi, gadis itu berusaha menahan diri.
Marsha mendesah. Ini sekian kalinya ia mendengar omelan itu. Selalu begitu.
"Gue juga pernah kali pacaran sama si Ray! Tapi gue nggak lupain dia loh! Bahkan Ray sering marah karena gue mentingin dia. Gue justru malah bela dia! Karena dia sahabat gue!" marah Cindai tak tahan.
"Iya, Ndai. Gue gerti," kata Marsha menenangkan. "Udah deh, Ndai. Waktu itu aja lo berantem hebat sama Bagas gara-gara ini. Lo mau apa? Ngelabrak Chelsea gitu? Itu justru buat Bagas makin kesel sama lo. Mungkin sekarang Bagas udah bener-bener sayang," kata Marsha menasihati. "Lo harusnya ngedukung."
Cindai menghela nafas panjang, mencoba menyabarkan diri karena ia sadar bahwa ini masih di kantin sekolah. "Sha, gue udah dukung dia kok. Gue ngerti. Tapi ya nggak gini juga lah. Masa' dia nggak pernah nyapa gue, ngomong sama gue, ataupun main ke rumah gue. Mana pernah Sha! Lo terima nggak kalau gue gituin elo?"
Marsha terdiam. "Eung... ya nggak sih...." katanya mau tak mau membenarkan juga.
"Nah! Punya pacar buat dia ngelupain siapa yang selama ini ada buat dia! Gue doain deh shortlast!"
"Cindai ah!" tegur Marsha segera. "Bagas itukan sahabat lo, nggak boleh gitu."
"Gue emosi!" sahut Cindai ketus. "Sumpah ya, Sha. Selama ini, setiap gue marah ataupun kecewa sama Bagas, nggak pernah sampai kayak gini. Ini udah batas maks gue bete sama dia! Gara-gara apa? Gara-gara cewek yang belum ada satu tahun dia kenal!"
Marsha menghela nafas, "kalau menurut gue sih ya. Bagas hanya berusaha nyenengin Chelsea. Wajar Ndai kalau lo bersikap manis di depan orang yang lo suka. Gitu juga Bagas. Usia kita ini Ndai, awal dimana kita baru-baru ngerasain cinta monyet, naksir-naksiran, yang buat perasaan kita bahagia terlalu banyak, ataupun sedih berlebihan. Jadi lo ngerti kalau Bagas lagi bahagia di atas awan sama Chelsea, karena itu dia selalu mementingkan Chelsea daripada yang lain," nasihat Marsha panjang lebar. Ia menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya dan melanjutkan. "Coba deh lo ingat saat lo suka sama Ray. Lo pasti mikirin Ray terus, kan? Pengen tahu dia lagi apa, khawatir dia lagi sama siapa, atau yang lain. Lo pengen liat dia seneng karena elo, kan? Dan saat jadian, lo pengen terus sama-sama Ray, kan? Lo seakan-akan nggak mau pisah, kan? Itu wajar, Ndai. Itu tingkah orang jatuh cinta."
Cindai terdiam. Seperti ditembak telak. Tak bisa membantah lagi. Marsha memang sahabatnya yang paling unik. Terkadang sering asal ceplos, tapi terkadang dewasa menanggapi sesuatu. Tipe sahabat baik yang dibutuhkan.
"Jangan salahin Bagas terus, Ndai. Biarkan dia bahagia. Nggak lama kok. Karena gue yakin, kalau nanti dia pisah sama Chelsea, yang dia ingat pasti elo. Orang yang selalu ada buat dia," kata Marsha menenangkan, lalu tersenyum. Dan kemudian kembali melanjutkan makan batagornya yang sempat tertunda. Membiarkan Cindai terdiam memikirkan ucapan-ucapannya.

***

Bagas mendelik. Dan tak lama raut wajahnya jadi kaku dan geram. Menatap gadis cantik itu, yang kini sudah berkaca-kaca di hadapannya.
"Maksud kamu apa sih?" tanya Bagas mencoba sabar, walau jelas sekali ia menahan amarah.
"Sorry, Gas..." kata Chelsea bergetar. "Aku nggak maksud. Tapi..." ucapan Chelsea terhenti sejenak. "Aku nggak bisa bohongin perasaan, kalau aku... masih sayang sama Arya."
Tangan Bagas terkepal. Ada sesuatu yang menancap dadanya. Sakit sekali. "Jadi... selama ini kamu masih sering berhubungan sama dia?" tanyanya serak dan datar.
Chelsea menarik kembali bulir hangat yang hampir menetes dari mata sipitnya. "I... iya..." ucapnya bergetar dan menunduk.
Bagas menghela nafas keras. "Selama ini, aku selalu coba jaga perasaan kamu. Aku nggak pernah sekalipun ngobrol sama Cindai padahal dia sahabat aku! Aku bahkan ngejauh dari Cindai karena kamu! Tapi kamu malah kayak gini?" kata Bagas tak bisa menahan diri. Jelas sekali terdengar nada kecewa dan emosi.
Chelsea makin menunduk. Air matanya mulai mengalir tak bisa dibendung. "Maaf, Gas... Maaf..." ucapnya tersendat dan bergetar.
Bagas menggelengkan kepala tak percaya, kemudian menghela nafas keras. "Kita putus," tegasnya tajam, dan kemudian segera berbalik pergi. Meninggalkan Chelsea yang menangis di koridor sekolah yang sudah sepi.
Bagas melangkah cepat dengan gusar. Ransel di punggungnya bergerak-gerak seiring langkahnya. Sekolah sudah sepi karena setengah jam lalu bel pulang sudah berbunyi. Ini hari Sabtu. Ada beberapa anak yang masih berada di area sekolah. Sekedar nongkrong ataupun latihan ekskul.
Bagas terus melangkah. Hatinya benar-benar retak dan hancur. Dan entah kenapa perasaannya membawanya melangkah menuju perpustakaan. Tidak. Ia bukan masuk ke perpustakaan yang diisi anak mading itu, tapi menuju ke belakangnya. Dimana ada botanical garden sekolah yang sejuk.
Mendengar suara langkah, Cindai sontak terlonjak dan segera menoleh. Ia makin terkejut, serta refleks berdiri. Menatap Bagas yang wajahnya kaku dan pucat, berdiri tak jauh di depannya.
Bagas terdiam. Tak bisa berkata. Hanya menghentikan gerak kaki dan terdiam. Ia tak tahu harus bagaimana. Dirinya juga bingung bagaimana bisa ia menuju kemari. Tentu saja di hari Sabtu begini, sepulang sekolah bukannya ikut ekskul, Cindai justru bersembunyi di belakang perpus. Di samping botanical garden yang sejuk. Ada meja dan beberapa kursi taman di sana, yang biasanya dipakai para penjaga sekolah dan tukang kebun untuk berkumpul ataupun merokok bareng. Sabtu jam sebelas seperti ini para penjaga sekolah dan tukang kebun sibuk, belum waktu mereka istirahat. Jadi Cindai selalu memakainya sebagai tempat menulis.
Cindai dapat membaca rasa sedih dan kecewa dalam mata Bagas. Membuatnya melangkah keluar dari belakang meja dan maju ke hadapan sahabatnya itu.
"Kenapa?" tanya Cindai khawatir dan cemas.
Bagas seperti ditampar keras. Nada itu. Ekspresi itu. Dari sahabatnya. Yang selalu ada untuknya. Yang selalu mendukungnya. Yang selalu menyemangatinya. Yang pernah ia lupakan.
Lutut Bagas melemas. Membuatnya luruh dan dengan perlahan berlutut, membuat Cindai terkejut. Pemuda itu menatap Cindai nanar sambil berlutut tepat di hadapan Cindai.
"Maaf..."
Kata itu terlontar begitu saja. Penuh getaran penyesalan. Penuh pilu dan rasa bersalah. Membuat hati Cindai terenyuh. Ia membeku, menatap Bagas dengan mata melebar.
"Aku sudah jadi sahabat yang jahat. Maaf..."
Bagas mengucapkan sepenuh hati, benar-benar menyesal. Membuat Cindai mendesah lega dan tersenyum haru. Ia menatap Bagas, dengan mata yang mulai berkaca.
"Lain kali, sadar diri biar nggak overdosis. Kamu kemarin mabuk," kata Cindai membuat Bagas mengernyit. "Mabuk cinta maksudku," sambungnya tersenyum menahan tangis.
Bagas tertegun sejenak, tapi lalu tertawa kecil. Cindai mengulurkan tangan, menarik pemuda itu berdiri kembali. Mereka berdiri berhadapan, saling menatap. Hening itu seakan telah bercerita, menjelaskan semua. Membuat Cindai mengerti, pemuda ini telah memutuskan hubungannya dan tersadar akan semua. Membuat Bagas juga mengerti, gadis ini pernah kecewa dan marah padanya, tapi tak pernah 'pergi'.
"Jangan berubah lagi," kata Cindai lirih, penuh permohonan.
Bagas tersenyum lembut, "maaf..."
Cindai balas tersenyum, kemudian mengacungkan kelingking kanannya. "Still amigo ya?" katanya tersenyum lebar.
Bagas tertawa kecil, lalu membalas uluran itu, mengaitkan kelingkingnya. "Amigo," ucapnya seraya tersenyum.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

EAAAAAAAA HAHAHAHA APAINI YA -_-
Ya gitu deh. Ini curahan hati ttg rasa kecewa dan marah buat abang kambing tercinta. Tapi ucapan Marsha di cerpen ini bener2 buat aku jadi sadar sendiri. Kalau emang harusnya kita ngertiin orang yg lagi 'fall in love'. Dia juga manusia biasa, juga ngerasain hal yg sama klo lagi jatuh cinta. Kita juga gitu kan?
Ya bukannya doain shortlast ataupun berakhir kayak cerbung ini. Klo dia baca, aku cuma mau dia tahu kalau kita, para fansnya, akan selalu ada buat dia walaupun dia udah pernah ngecewain kita. Kita akan selalu ada buat dia ya. Hehehe.
Dan buat my lovely kambing tersayang, walau lagi bahagia, please jgn nyuekin kita ya. Seenggaknya kamu kyak dulu, ngehibur kita walau itu hanya di timeline. Dgn twit kocakmu, ataupun dgn pendapatmu ttg sesuatu. Hihihihi. Tapi kalau memang kamu mau berubah jadi lebih dewasa, please berubah secara perlahan. Dan berubah ke arah yang baik ya. Biar banyak yg makin sayang sama kamu.
Udah deh gitu aja. Sorry ini cerpennya badai lagi. Nggak tahu mau couple apa bingung saya -_- masa AlieL? Kan ga cucok gitu. Hahaha. Eh, but. Buat yg bilang aliel aliel dan aliel, tengkyu loh! Hahaha aku aja kaget ada yg bilang gitu dan kini nyebar. wkwkwk.

cheers!
@aleastri ^^

1 komentar:

  1. http://nalurerenewws.blogspot.com/2018/08/taipanqq-bahaya-bila-area-kewanitaan.html

    Taipanbiru
    TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    BandarQ
    AduQ
    Capsasusun
    Domino99
    Poker
    BandarPoker
    Sakong
    Bandar66

    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : E314EED5

    Daftar taipanqq

    Taipanqq

    taipanqq.com

    Agen BandarQ

    Kartu Online

    Taipan1945

    Judi Online

    AgenSakong

    BalasHapus