Minggu, 30 Desember 2012

Bintang Super Mario Part 1


Part 1. Pangeran itu punya nama Bintang?

Tahun 2012

Gadis cantik berwajah tirus itu berdiri kala namanya dipanggil. Tepuk tangan riuh dari segala penjuru aula mengantarnya menaiki panggung sekolah. Ia tersenyum manis, dan kemudian duduk di belakang grand piano hitam yang berdiri anggun di sudut panggung. Gadis itu menaruh jemarinya di atas tuts piano. Dengan perlahan, musik merdu dan indahnya mulai terdengar. Kelincahan jemarinya menari di atas tuts hitam putih itu mengantarkan para pendengar larut dan terpukau. Musik pianonya yang sudah seperti pianis profesional benar-benar memukau. Sampai para penonton tak menyadari, gadis itu sudah sampai di penghujung aksinya.
Ia tersenyum dan berdiri. Lalu membungkuk, yang segera mendapatkan tepukan ramai memenuhi aula. Kedua orangtuanya yang duduk di barisan depan tersenyum bangga menatap anak gadis mereka dapat memukau semua orang di aula ini.
"Yeee! Alyssa," Si pembawa acara kembali naik ke atas panggung, mendatangi gadis cantik itu. "Keren banget ya?" tanyanya pada penonton yang segera disambut ramai.
"Dengan permainan piano Alyssa tadi, saya juga akan mengumumkan. Bahwa mulai kenaikan kelas ini, Alyssa adalah ketua ekskul musik di SMA Pelita."
Tepuk tangan jadi makin ramai. Sorakan-sorakan para siswa yang juga ada di aula sekolah mereka itu terdengar menyemangati Alyssa, nama gadis itu.
Pembawa acara menjabat tangan Alyssa mengucapkan selamat. Setelah itu ia meminta Alyssa mengucap beberapa kata untuk pensi sekolah kali ini, yang memang diperuntukkan untuk mempromosikan masing-masing ekskul di SMA Pelita. Alyssa berkata singkat saja, lalu mengingatkan adik kelas baru di kelas sepuluh boleh mendaftar padanya jika tertarik dengan ekskul musik. Setelah itu gadis berwajah tirus dengan behel tersebut tersenyum manis sekali lagi, dan menuruni panggung masih diiringi tepukan para penonton.

^^^

Alyssa Saufika Umari      XI IA 1
........
Larissa Safanah Arif         XI IA 1

"Yeaayyy!!!" teriak gadis berkulit putih melompat-lompat gembira sambil memeluk gadis berwajah tirus di sampingnya.
"Fy! Kita sekelas! Aaaa untunglah. Gue udah takut aja kita nggak bakal sekelas. Nanti siapa yang bakal gue pinjam PRnya tanpa ngomel-ngomel lagi? Yang bakal pasrah gue contekin pas ulangan tanpa nolak? Yang... hmpptt..."
Ocehan gadis itu segera berhenti kala Ify, panggilan untuk Alyssa, membekap mulut sahabatnya itu segera.
"Acha please deh. Elo nggak bisa ya sehari aja gitu ngomong satu kalimat aja? Gue capek dengernya woy!" omel Ify sambil melepaskan tangannya dari mulut Larissa, atau biasa dipanggil Acha.
Acha manyun sambil mengusap bibirnya. "Iya iya. Maaf. Ya udah yuk, kita ke kelas sekarang," ajak Acha riang sambil menggandeng lengan Ify dan menariknya pergi.
"Eh eh... kita nggak liat nih siapa aja nama temen sekelas kita nanti?" tanya Ify yang memang tadi hanya melihat namanya saja. Sementara Acha yang mencari satu persatu namanya karena berada di absen bawah.
Acha terdiam sejenak. Ia melirik ke arah Ify, lalu tersenyum. Senyuman yang agak aneh terlihat di mata Ify. "Eng... kita ke kelas aja dulu deh. Yuk!"
Ify mengerutkan kening. Hm... pasti ada sesuatu nih.
Sampai di kelas XI IPA 1, kelas tersebut sudah ramai dan agak penuh. Acha segera menarik Ify ke meja kosong, deretan kedua di samping jendela. Ify hanya pasrah saja. Walau sebenarnya ia senang ada di samping jendela. Karena pasti ia akan bisa melihat langit dari sana. Ah, langit. Temannya sedari dulu.
Acha memulai cerita saat mereka sudah duduk. Gadis itu memang senang sekali berceloteh ria. Sementara Ify, memang mendengarkan. Tapi kepalanya tertuju pada sahabat dekat-namun-jauh si bumi. Langit. Kali ini sinar mentari pagi terlihat cerah, membuat Ify tanpa sadar tersenyum. Ini yang dia suka dari langit. Langit rumahnya matahari. Rumahnya para bintang.
"Ify!"
Ify sedikit terkejut saat Acha tiba-tiba memukulnya. Ia menoleh, melihat wajah bertekuk Acha.
"Ify ih. Gue udah ngomong panjang lebar pasti nggak denger, kan? Lagi liatin langit lagi? Idola lo yang nggak akan lo gapai itu?" sindir Acha mengerling ke arah jendela.
"Yeee salah. Gue liatin matahari tahu," sahut Ify memeletkan lidah.
"Lama-lama mata lo bakal rusak ngeliatin matahari mulu. Mending liatin gue deh, lebih kinclong dari matahari!" kata Acha mengibaskan rambut agak panjangnya. Ify menyoraki sambil menoyor Acha, sementara Acha tertawa.
Tapi tanpa sengaja, mata Ify berhenti pada pintu kelas. Sebenarnya tadi ia lihat sekilas saja, tapi melihat siapa yang baru saja akan memasuki kelas, mata gadis itu langsung berhenti seutuhnya.
Acha yang melihat itu, mengerutkan kening dan ikut melihat ke arah fokus pandangan Ify. Ia mengangkat alis, tak terlalu terkejut karena tadi melihat nama pemuda jangkung itu di daftar absen kelas.
Ify terpaku. Matanya melebar perlahan dengan nafas tercekat. Sementara pemuda yang ditatapnya, dengan santai memilih kursi kosong. Berjarak satu barisan dari meja Ify. Deretan kedua juga. Di samping Cakka, si ganteng idola sekolahnya. Ah tapi. Serupawan apapun Cakka, sinar pemuda itu tetap tak terganti. Pemuda jangkung itu. Pujaan hatinya sedari MOS dulu. Dan kini... sekelas dengannya?! Ya Tuhan... ini mah anugerah banget. Anugerah terindah yang pernah Ify miliki. Kayak lagunya Sheila On 7. Ify ngefans tuh dengan bandnya. Apalagi vokalisnya. Ganteng. Eh tapi, tetep tak bisa gantikan ketampanan pemuda di samping Cakka itu. Andai saja pemuda itu juga jadi vokalis band ya. Pasti fansnya membludak. Dan Ify pasti akan sangat sangat sangaaaat mengidolakannya. Melebihi ia mengidolakan Sheila On 7.
Eh... kok pikiran Ify jadi ngelantur gini sih? Kenapa juga Sheila On 7 dibawa-bawa?
Tanpa sadar, Ify geleng-geleng sendiri, membuat Acha mendelik ngeri ke arahnya.
"Fy! Ify! Sadar woy!" kata Acha sambil mengguncang pelan bahu Ify.
Ify mengerjap dan menoleh.
"Ya ampun Fy... apa lo jadi stres karena terlalu bahagia sekelas sama..." suara Acha memelan dratis, "Gabriel?"
Ify menelan ludah, lalu nyengir. "Kok lo nggak ngomong sih?" bisiknya tercekat.
"Ya... kalau gue ngomong. Nanti elo heboh. Dan gue berani taruhan deh. Pasti tadi lo bakal mampir ke toilet dulu, ngaca sampai capek. Itukan makan waktu banget Fy. Sementara gue nggak mau kehilangan meja dengan posisi terbaik," jelas Acha panjang lebar.
"Posisi terbaik?" tanya Ify mengerutkan kening.
"Iya. Posisi terbaik itu adalah di tengah agak belakang. Yang bisa noleh kanan dan kiri tanpa ketahuan," kata Acha tenang yang disambut tawa Ify, "tapi liat deh. Mejanya udah diambil. Telat, kan? Gimana kalau nanti elo ke toilet? Pasti kita dapat di pojokan depan atau pojokan belakang. Meja pojok deh pokoknya. Di depan itu, depan guru. Sementara di belakang, temenannya sama hantu doang. Nah, syukur-syukur nih kita dapat samping jendela. Lo juga bisa pacaran sama langit dari sini. Ya, kan?"
Ify tersenyum, dan mengangguk-angguk. Ia melihat ekspresi Acha, gadis itu seperti tak merasa lelah walau telah berkata panjang lebar. Ify lalu menggerakkan kepala sedikit, melihat ke arah Gabriel yang kini berbincang bersama Cakka. Ah... tiap hari ia akan terus memandangi wajah tampan itu. TIAP HARI! Selama ini Ify hanya bisa menatapnya saat ia bermain basket saja. Dan kini? Ify tak perlu repot-repot meninggalkan makan siangnya di kantin demi melihat Gabriel. Cukup melolongkan kepala sedikit, pemuda rupawan itu sudah terlihat. Hihihi.
Para siswa yang dengan segera duduk di meja masing-masing membuat Ify dan Acha tersentak. Ternyata wali kelas mereka sudah datang. Ify melebarkan mata, melihat wanita muda dan masih terlihat cantik itu tersenyum ramah memasuki kelas. Ia memakai kemeja putih polos dengan rok denim selutut. Tangannya membawa sebuah map merah dengan tas jinjing putih. Wanita itu, pembinanya di ekskul musik.
"Pagi semua," sapa wanita itu ramah yang disambut para muridnya. "Kalian tahu nama saya, kan? Alya Maharani. Panggil aja Miss Alya. Saya adalah wali kelas kalian, XI IPA 1."
Sontak, para murid bersorak senang. Karena mereka tahu. Miss Alya masih muda, ia sangat mengerti para anak muridnya. Jadi kalau dibujuk sedikit, guru ini pasti luluh. Ah! Jadi kalau murid XI IA 1 mendapat masalah atau apapun, guru ini pasti akan datang membantu sepenuhnya. Senangnya!
"Oke, Miss absen satu-satu ya," kata Alya sambil membuka absen merahnya. Ia menyebutkan nama murid satu persatu. Mereka mengacungkan tangan setiap namanya dipanggil.
"Alyssa Saufika," panggil Alya, lalu mendongak.
Ify mengangkat tangan sambil tersenyum. Gabriel yang duduk sebaris dengannya, menoleh. Alisnya terangkat baru melihat gadis itu ternyata sekelas dengannya.
"Kamu anak kelas Miss? Wah... senangnya," kata Alya gembira karena Ify adalah murid kesayangannya di ekskul musik. Apalagi kini gadis itu terpilih jadi ketus ekskul. Ify balas tersenyum pada Alya.
Alya melanjutkan mengabsen satu persatu. Ify diam-diam memutar mata, melirik ke arah Gabriel. Kini pemuda itu menatap Alya, menunggu namanya disebut. Ify merasakan nafasnya tertahan. Aduh pemuda ini. Tampannya kebangetan banget sih. Dia sedang diam seperti ini saja rupawan. Auranya ituloh! Karismanya itu! Kinclong banget!!!
"Gabriel Bintang Damanik."
"Yes Miss..."
Ify sontak terkejut setengah mati. Ia membelalak, lalu melihat Gabriel yang kini menurunkan tangan kembali. Ify terperangah. Ia merasa ada yang memukul dadanya keras. Ia memang mengagumi Gabriel sedari dulu. Tapi yang ia tahu nama lengkap Gabriel itu Gabriel Damanik. Ia tak pernah tahu. Bahwa... ada nama Bintang di tengah nama pemuda itu.
Bintang...
Ify mendadak merasakan dadanya sesak. Ia mengalihkan wajah, menatap langit cerah dari jendela kelasnya.
"Fy..." sebuah tepukan halus di pundaknya ditambah panggilan pelan dari Acha membuat Ify tersentak dan menoleh. "Lo kenapa? Kok... mukanya serem..." tanya Acha mengerutkan kening.
Ify terdiam. Tapi tak lama ia segera memasang wajah biasa saja. "Ha? Serem apa? Rese ah lo!" sahut Ify mencibir, "Gue... cuma kaget aja denger nama lengkap Gabriel," kata Ify memelankan suara.
"Iya. Gue juga baru tahu loh namanya dia itu ada nama Bintangnya. Yah, dia emang bintang. Bintang di sekolah, dan... bintang di hati lo," ejek Acha menunjuk dada Ify.
"Sssttt!!!" kata Ify dengan pipi merona, takut ada yang mendengar karena kelas hening mendengarkan suara Alya.
Acha tertawa saja, lalu menoleh kembali ke arah Alya, menunggu namanya disebut.

******

Hehe. Ya begitulah part1nya. Eum... agak bingung ya? Hehe. Ha? Kenapa? Ada yang nggak muncul? Em... Rio?  Atau siapa? Bintang? Atau Aditya Junas?(???)
Udah bisa ditebak, kan? Iya. Si Bintang yang di prolog itu Gabriel (aku males main rahasia-rahasiaan atau kode-kodean, jadi kasih tau ajalah -_-)
Itu... Alyanya nongol :3 wkwkwk. Udah bisa ditebak nggak? Hehehe.
Sebenarnya Acha itu awalnya Sivia, tapi karena beberapa hal, aku ganti. Oh ya. Aku nulis waktu Ify liat Gabriel sebenarnya sambil bayangin, bahwa... akulah Ify. Hahaha.
Sorry ya Rio ga nongol. Masih di Manado nih, belum ada jadwal balik ke Jakarta. So, tunggu aja sampai dia ke Jakarta ya :p (walau kabarnya dia udah mau datang)
Part depan judulnya: Nostalgia. Hehe. InsyaAllah ga lama postnya.
Ayo promote cerbung ini yaw ^^

salam kece!
@aleastri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar