"Kamu
menyukainya?" Ku jawab iya.
"Kamu
sangat menyukainya?" Aku kembali mengangguk.
"Apa
sudah bisa dibilang kamu mencintainya?" Aku tersenyum dan mengangguk lebih
mantap.
"Apa
kamu berpikir untuk memilikinya?"
Pertanyaan
ini yang membuatku terdiam. Aku bungkam sejenak. Sebelum akhirnya tersenyum dan
kali ini menggeleng. Membuat kerutan di dahi si penanya.
Ada apa?
Salah? Aneh? Haha. Memang begitu yang ku rasakan.
Aku sangat
sangat mencintainya. Semua orang juga tahu itu. Ya, harus diakui aku sering
berkhayal bisa memilikinya. Tapi sejujurnya, aku tak pernah berharap khayalan
itu terwujud. Aku tak pernah membayangkan bagaimana kalau aku benar-benar
memilikinya. Aku... tidak mau.
Kenapa?
Jawabannya
simpel.
Aku tak mau
ia dimiliki gadis sepertiku. Dia, harus dicintai dan mencintai gadis yang lebih
baik dariku. Itu yang selalu ku doakan.
Orangtuaku,
sering melarangku memujanya karena kami berbeda keyakinan. Orangtuaku berpikir,
aku akan terpengaruh akan kepercayaannya hingga menjadi seorang murtad. Haha.
Aku sering tertawa pedih. Orangtuaku terlalu berlebihan. Memangnya mereka pikir
aku ingin menghabiskan hidup dengannya? Tidak.
Aku
menjadikan dia sebagai pemilik hatiku. Sebagai moodboosterku. Sebagai
penyemangatku. Sebagai motivasiku. Percayalah. Hanya itu.
Ya, ya.
Banyak orang berpendapat aku terlalu berlebihan padanya. Sampai mereka
mengatakan mungkin aku mau menukarkan nyawa hanya untuknya. Sebenarnya itu
tidak pasti juga. Karena cintaku ini hanya seperti perasaan bumi pada sang
bintang.
Bumi tak
punya tangan, kan? Bumi hanya bisa diam. Berputar di poros yang sama
terus-menerus sambil menatap ke arah bintang. Hanya itu yang ia lakukan. Hanya
menatap sinar sang bintang. Bumi tak bisa menangkap bintang. Bumi tak bisa
mendapatkan bintang. Dan aku mengerti itu.
Percayalah.
Sejak awal, aku sudah menyiapkan diri. Aku selalu berkata pada diri sendiri,
'Jangan menghayal terlalu tinggi!'. Karena itu, aku tak ingin berharap padanya.
Karena aku tahu, aku tak bisa melakukan apapun.
Jadi...
saat ditanya apakah aku mencintainya, akan ku jawab ya. Tapi kalau ditanya
apakah aku ingin memilikinya, jawabannya berbanding terbalik.
Eh, tapi...
sebenarnya bukan tidak ingin sih. Hanya saja tidak bisa. Kitakan harus
mengutamakan hal yang kita bisa daripada hal yang kita inginkan. Ya, kan?
Kak Aleee ;) bagus loh, keren banget sumpah. Post yang ini tuh sama lah kayak cerita aku tapi agak beda dikit hoho. Kunjungin blog aku juga yaaa ;) di jihannurpratiwi.blogspot.com
BalasHapusoke :D
BalasHapus