Sorry sorry
sorry banget karena ngaretnya minta ampun. Akunya lagi uts nih huhuhu. Tapi
karena ga enak juga dengan demo dan protes kalian (-_-bzztt) jadi aku ngepost
sekarang. Maaf kalau kurang memuaskan ya u,u
Part 8: Tiba-tiba Cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
**
"Bener-bener
hari yang aneh," ucap Ozy melangkah di belakang Rio dan Ify yang sudah
asyik mengobrol berdua dengan akrabnya.
Acha yang
melangkah di samping Ozy ikut mengangguk.
"Hari
ini ada dua couple yang sempat pisah lama dan akhirnya ketemu," kata Ozy membuat
Acha menoleh dengan kening berkerut. "Asal lo tahu, tadi Miss Alya tuh
ketemu temen SMAnya. Dan... teman SMAnya itu Om gue!"
"Oh
ya?" Mata Acha melebar, dan berhenti.
Tapi belum
juga Ozy menyahut, Ify sudah menoleh ke belakang dan memanggil Acha.
"Cha!
Gue sama Rio kesana dulu ya," kata Ify menunjuk market kecil di depan
sekolahnya.
"Hm.
Terserah lo deh," jawab Acha malas-malasan. Walaupun jujur, ada rasa
senang menyelinap dalam harapan hatinya.
"Tahu
deh yang lagi bahagia, tauuu," goda Ozy mengejek.
Rio dan Ify
saling pandang, lalu tertawa bersamaan.
"Tunggu
ya! Nggak lama kok," pamit Rio, lalu merangkul Ify melangkah menjauh.
'Lama juga
nggak ngelarang kali,' ucap Acha membatin. Lalu menoleh ke arah Ozy. Ozy
melangkah mendekati bangku taman yang berada di dekat parkiran. Acha mengikuti.
Keduanya duduk bersampingan di bangku panjang itu.
"Eh
lanjut dong! Terus Miss Alya gimana sama Om lo?" tanya Acha kembali ke
topik awal.
"Em...
gue sih kurang paham. Tapi gue dapat ngerasain, kayaknya ada sesuatu gitu
antara Miss Alya sama Om Adit," jawab Ozy. "Tapi..." Ozy diam
sejenak, lalu menghela nafas. "Miss Alya udah punya calon suami,"
lanjutnya lemas.
"Em...
kayaknya gue tahu deh. Yang sering jemput dia, kan? Kalau ekskul musik biasanya
Miss Alya diantar sama cowok gitu," kata Acha mengingat-ingat wajah
kekasih Miss Alya.
"Hm...
walau tadi ekspresinya tenang. Tapi sebagai keponakan terdekat, gue bisa liat
kalau Om gue tuh kayak patah hati," kata Ozy sambil mendongak, menatap
langit siang itu. Ia menghela nafas lagi. "Sama kayak gue..."
Acha
mengangkat alis tinggi, lalu menoleh. Keningnya berkerut rapat. "Maksud
lo?"
Ozy
menoleh, lalu tersenyum pahit. "Awalnya gue udah nggak suka saat tahu Om
Adit tuh masa lalunya Miss Alya. Eeehhh ditambah ternyata ada calon suaminya.
Huffttt..."
Mata Acha
membulat. Ia diam sejenak, "jangan bilang... elo naksir Miss Alya?"
tebak Acha dengan nada kaget yang kentara, menutupi nada tak setuju dan
kecewanya.
Ozy tertawa
renyah, "nggak bisa dibilang naksir sih. Em... cuma kagum aja," jawab
Ozy enteng.
"Oh..."
Acha tanpa sadar mendesah lega.
"Miss
Alya tuh cewek idaman gue banget. Dia baik, tapi tegas," ucap Ozy membuat
alis Acha terangkat sebelah. "Dia juga anggun, cantik, lembut, asyik,
berjiwa muda, tapi walau gitu dia tetap tegas sebagai guru. Itu keren."
Acha
merenggut kecil, melihat mata Ozy yang berbinar kala menceritakan tentang Miss
Alya. "Hm... Miss Alya emang cantik sih," kata Acha setengah tak
rela. "Tapi... diakan jauh lebih tua daripada lo," sambungnya
memerotes.
Ozy tertawa
dan menoleh ke arah Acha. "Ya karena itu Acha, gue cuma kagum aja,"
kata Ozy kalem.
"Terus
kenapa patah hati? Apa sebegitunyakah elo mengidolakan Miss Alya?" tanya
Acha seperti mendesak, membuat Ozy menyadari dan mengernyit sedikit.
"Lagipula... cewek yang seumuran kita yang baik dan juga tegas banyak
kali. Yang jago musik juga. Yang pinter bahasa Inggris juga banyak, kan? Kenapa
elonya malah suka sama yang lebih tua?" tanya Acha menyerbu, membuat Ozy
sedikit tersentak.
**
Di sesuatu saat ku melihat dia
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya
Di sesuatu saat ku melihat dia
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya
**
Ozy
terdiam, dengan mulut terbuka sedikit. Agak bingung harus menjawab apa.
Tiba-tiba, sebuah perasaan merasuk dadanya. Membuatnya hanya bungkam menatap
sepasang bola mata bening Acha. Dan Ozy baru benar-benar menyadari. Mata Acha
itu indah. Gadis ini juga cantik. Dengan gingsul yang mempermanisnya. Rambutnya
tergerai lurus di bawah pundak. Membingkai wajahnya yang putih bersinar.
"Napa
lo?" tanya Acha sedikit risih diperhatikan seperti itu oleh Ozy. Apalagi
jantungnya jadi berdetak tak karuan kini.
Ozy mengerjap,
lalu segera mengalihkan wajah. Pipinya agak membara. Sementara Acha
menggigit-gigit bibirnya, sedikit merasa salah tingkah.
"Ehm,"
Ozy berdehem pelan, "Kok lo... kayaknya nggak suka gitu gue kagum sama
Miss Alya?" tembak Ozy tepat sasaran.
Acha membelakkan
mata kecil, dan merutuki diri mengapa begitu bodoh sampai tak bisa menahan diri
untuk tidak menahan kekesalannya.
"Elo..."
kalimat Ozy menggantung, lalu menatap Acha menyelidik dengan kerlipan menggoda.
Acha
merasakan pipinya membara. Ia segera membuang muka ke arah lain. 'Bego bego
bego,' rutuk Acha terus mengutuk diri.
"Eum...
eh, Rio sama Ify lama banget sih? Katanya tadi bentar doang," ucap Acha
mencoba mengalihkan pembicaraan.
Namun
gagal. Ozy masih menatapnya dengan penuh selidik dan curiga. Acha menggigit bibir dan kembali mengalihkan
wajah. Aduh mampus. Kenapa sepertinya Ozy sudah tahu? Aduh. Sekentara itukah
perasaan Acha?
**
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
**
"Cha..."
panggil Ozy. Tapi Acha tak mau menoleh. "Acha..." kali ini panggilan
itu terdengar lembut dan manis, membuat hati Acha bergetar. Pipi gadis itu
mulai merona.
Dengan
perlahan, Ozy menarik lembut dagu Acha agar menatap ke arahnya. Perlakuan tanpa
paksaan tapi tak bisa dibantah. Acha hanya bisa pasrah. Walau menunduk dengan
pipi yang makin memanas.
Ozy
tersenyum sambil menurunkan tangannya, lalu memandangi Acha. "Gue baru
sadar. Ternyata... elo tuh lebih cantik daripada Miss Alya."
Acha
memejamkan mata sekilas, sambil mengepalkan kedua tangannya yang sudah
berkeringat. Ia tak berani menatap Ozy, masih mencoba menormalkan detakan
jantungnya yang makin memburu.
"Elo
juga baik, asyik, suka musik, dan jago bahasa Inggris. Ya... walau nggak bisa
dibilang anggun, tapi elo udah cukup feminim. Setiap lerai Ify sama Rio juga,
elo keliatan tegas. Ya, kan?"
Acha
mengalihkan pandangan dengan gugup. Sementara Ozy justru makin tersenyum
menatap gadis ini.
"Em...
kalau nggak sama Miss Alya, gimana kalau gue sama elo aja?" goda Ozy
membuat pipi Acha makin membara.
"Ozy
apaan sih," kata Acha kesal dan malu sambil memukul dada Ozy pelan.
Ozy
tertawa, tapi dengan sigap menangkap kepalan tangan itu menahannya sebelum Acha
menarik kembali. Acha tersentak, dan mendongak sedikit.
Ozy
tersenyum manis, "gue serius Larissa," ucapnya sungguh-sungguh.
**
Di sesuatu saat ku melihat dia
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya
Saat ku sendiri ku
bayangkan dia
Datang padaku dengan cinta
Di keramaian ku merasa sepi
Saat tak ada dirinya
Datang padaku dengan cinta
Di keramaian ku merasa sepi
Saat tak ada dirinya
**
Acha
membatu. Kali ini matanya balas menatap sepasang bola mata teduh Ozy. Keduanya
saling adu tatap sesaat. Sebelum Acha mendesah sambil melepaskan tangan dari
genggaman Ozy membuat Ozy tersentak.
"Gue
bukan perlarian lo dari Miss Alya," kata Acha tegas sambil mengalihkan
wajah. Bibirnya merenggut sedikit.
Ozy
mengangkat alis, "elo bukan perlarian."
Acha
mendecakkan lidahnya, "tapi bukannya elo baru aja patah hati karena Miss
Alya? Terus sekarang lo sok ngerayu gue," keluh Acha manyun.
Ozy tertawa
kecil, "gini deh Cha ya. Anggap aja gue lagi lari ngejar Miss Alya. Tapi
di satu titik, gue jatoh. Elo datang, ngobatin gue. Bantu gue bangkit
lagi."
"Terus?
Setelah itu lo akan lari lagi ngejar Miss Alya?" tanya Acha menuntut.
Ozy diam
sejenak, lalu tersenyum dan menggeleng. "Justru gue sadar. Karena selama
ini, yang gue butuhin itu elo. Gue nggak akan lari lagi. Tapi bakal di samping
lo aja, nemenin lo."
Acha
tertegun sesaat. Tapi gadis itu kembali bertanya, merogoh kesungguhan serius
dari pemuda itu. "Kenapa elo bisa ngomong hal itu secepat ini?"
"Secepat
ini apanya?" tanya Ozy terkekeh, "gue nggak mau buru-buru kok. Gue
cuma ingin ngawalin sesuatu sama lo. Karena tiba-tiba... ada perasaan yang gue
rasain ke elo. Gue harap lo rasain yang sama."
Acha
meneguk ludah. "Elo ngopy lagunya Maudy? Tiba-tiba cinta datang?"
tanya Acha ketus, berusaha setengah mati menutupi kegugupannya.
Ozy tertawa
renyah, "oh... jadi perasaan yang gue rasa ke elo ini namanya cinta
Cha?" tanyanya mengerling menggoda.
Acha
tenganga, lalu mulutnya bergerak. Tapi tak ada satupun suara yang datang. Bibir
gadis itu hanya berkomat-kamit tanpa suara. Sulit mencari kata untuk menyahut
lagi. Akhirnya ia hanya bisa mengatupkan mulut dengan wajah makin memanas.
**
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap dia rasakan
yang sama
Ku harap cinta akan tiba
Ku harap cinta akan tiba
**
"Beuh.
Baru ditinggal bentar udah jadi nih
kayaknya."
Sebuah
suara menggoda dari belakang Ozy membuat keduanya tersentak dan menoleh. Ify
dan Rio baru saja datang dengan senyuman lebar di masing-masing wajah dua insan
itu. Sedaritadi mereka memang terus tersenyum bahagia.
"Eh,
gue baru sadar deh. Kalian berdua ini..." kalimat Ify menggantung, membuat
Ozy dan Acha menatapnya menunggu. "Serasi banget ya."
Pipi Acha
kembali merona. Ozy jadi ikut salah tingkah.
"Eh
iya ya, Fy. Mereka cocok," kata Rio setuju, memerhatikan Ozy dan Acha yang
duduk bersampingan.
"Ih.
Apaan sih kalian," tukas Acha malu sambil berdiri dan membenarkan letak
tasnya. "Ayo ah Fy, pulang."
Ozy
tersenyum kecil melihat wajah malu-malu gadis itu. Ia ikut berdiri juga.
"Lo berdua kemana sih? Lama bener," keluh Ozy pada Rio dan Ify.
Keduanya meringis saja. "Gue tadi sampai jatoh loh."
"Ha?
Jatoh dimana?" tanya Rio.
Acha
mengerutkan kening menatap Ozy. Jatuh? Kapan?
Ozy
tersenyum, dan sedikit melirik Acha. "Maksud gue... jatuh cinta,"
katanya tersenyum, lalu mulai melangkah.
Acha
tenganga lagi. Lalu mengatupkan mulut dan merasakan seluruh darahnya langsung
memancar naik menuju pipi. Sementara Rio dan Ify tersentak. Mereka menatap Acha
dan Ozy bergantian.
"Eh?
Bener nih? Ecieee Achaaa," goda Ify menjawil pipi merona sahabatnya.
"Apasih
Fy. Pulang yuk ah," kata Acha yang sudah merasa sangat malu, menarik
lengan Ify.
"Eh
nanti dulu," tahan Rio, lalu menoleh pada Ozy yang kini berdiri menunggu
di depan parkiran motor. Rio diam sejenak, lalu kembali menoleh pada Acha.
"Lo pulang sama siapa?"
"Sama...
Ify," jawab Acha seadanya.
"Gue
bawa mobil hari ini," kata Ify menjelaskan.
Rio
manggut-manggut, lalu tersenyum jahil. "Cha, kan gue lagi pengen lepas
kangen sama Ify nih, jadi... gue aja ya yang sama Ify," pinta Rio membuat
Acha mendelik. "Nah, elo gantiin gue aja. Sama..." kalimat Rio
menggantung, sambil memutar kepala ke arah Ozy yang tersentak.
Mata Acha
melebar, ia lalu merenggut, "Rio!" kesalnya memukul lengan Rio geram.
Rio
mengaduh sesaat, tapi lalu nyengir lebar. "Beneran Cha. Gue sama Ify juga
mau mampir. Nah, elo sama Ozy aja ya," kata Rio memain-mainkan alisnya.
Acha makin
merenggut. Sekarang mungkin wajahnya bisa untuk menggoreng telur karena sudah
memanas layaknya penggorengan panas.
"Udah
sono," kata Ify mendorong pelan Acha ke arah Ozy.
Acha
menghela nafas, tapi menurut saja. Walau hatinya makin meledak-ledak tak
karuan.
Ozy
tersenyum lebar, lalu memandang Rio. "Makasih bro!" ucapnya penuh
arti.
Rio
menyeringai sambil mengacungkan jempolnya tinggi. "Sama-sama. Bawa sampai
rumah dengan selamat loh ya. Jaga baek-baek," pesan Rio layaknya sang
ayah.
"Iya,
Zy. Sobat gue tuh. Awas kalau lo apa-apain!" ancam Ify ikutan.
"Sippp
tenang aja," kata Ozy nyengir, lalu melirik Acha yang kini berdiri di
sampingnya dan menunduk.
"Ya
udah ya. Bye!" pamit Rio lalu menarik Ify melangkah menuju parkiran mobil.
Ozy
tersenyum memandangi kepergian dua orang itu, lalu kembali memandang Acha. Ozy
terus tersenyum memandangi Acha, membuat Acha merasa jengah.
"Udah
deh senyam senyumnya. Ayo pulang," ketus Acha malu dan melangkah. Ozy
tertawa, lalu menurut mengekori Acha.
Terkadang...
proses seseorang jatuh cinta itu memang aneh.
**
Tiba-tiba cinta datang padaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Tiba-tiba cinta datang
kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap dia rasakan yang sama (ku harap dia)
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap dia rasakan, rasakan yang sama
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap dia rasakan yang sama (ku harap dia)
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap dia rasakan, rasakan yang sama
*****
Hehehe. Ini
spesial part yang waktu itu aku bilangin ituloh. Sebenarnya awalnya tuh Alvia.
Tapi entah kenapa aku masih aja nyantol sama dua anak ini, nggak mau pisah (?).
Untuk part
depan.... siap-siap bawa kipas aja(?). Karena bakal panaaaaaaaas banget. Judul
partnya aja ya " Gabriel VS Rio? :O
" Nah nah nah nah. Penasaran ga? Penasaran aja gin biar nyenengin
penulisnya *plak
Aku juga
mau sekalian promo. Ayo semua beli novel #TheMagicOfLittleFairy yang NEW COVER!
Kalau pesan langsung ke aku dapat TTD loh! Dan ada edisi bonus pembatas buku
juga. Kalau mau dapat diskon atau gratis ongkir, ikutan aja kuisnya. InsyaAllah
setiap Sabtu malam aku adain di @_ALders hehe ^^
Keep
waiting for next part guys! :p
@aleastri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar