Sabtu, 23 Maret 2013

Bintang Super Mario Part 8



Sorry sorry sorry banget karena ngaretnya minta ampun. Akunya lagi uts nih huhuhu. Tapi karena ga enak juga dengan demo dan protes kalian (-_-bzztt) jadi aku ngepost sekarang. Maaf kalau kurang memuaskan ya u,u

Part 8: Tiba-tiba Cinta

Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
**
"Bener-bener hari yang aneh," ucap Ozy melangkah di belakang Rio dan Ify yang sudah asyik mengobrol berdua dengan akrabnya.
Acha yang melangkah di samping Ozy ikut mengangguk.
"Hari ini ada dua couple yang sempat pisah lama dan akhirnya ketemu," kata Ozy membuat Acha menoleh dengan kening berkerut. "Asal lo tahu, tadi Miss Alya tuh ketemu temen SMAnya. Dan... teman SMAnya itu Om gue!"
"Oh ya?" Mata Acha melebar, dan berhenti.
Tapi belum juga Ozy menyahut, Ify sudah menoleh ke belakang dan memanggil Acha.
"Cha! Gue sama Rio kesana dulu ya," kata Ify menunjuk market kecil di depan sekolahnya.
"Hm. Terserah lo deh," jawab Acha malas-malasan. Walaupun jujur, ada rasa senang menyelinap dalam harapan hatinya.
"Tahu deh yang lagi bahagia, tauuu," goda Ozy mengejek.
Rio dan Ify saling pandang, lalu tertawa bersamaan.
"Tunggu ya! Nggak lama kok," pamit Rio, lalu merangkul Ify melangkah menjauh.
'Lama juga nggak ngelarang kali,' ucap Acha membatin. Lalu menoleh ke arah Ozy. Ozy melangkah mendekati bangku taman yang berada di dekat parkiran. Acha mengikuti. Keduanya duduk bersampingan di bangku panjang itu.
"Eh lanjut dong! Terus Miss Alya gimana sama Om lo?" tanya Acha kembali ke topik awal.
"Em... gue sih kurang paham. Tapi gue dapat ngerasain, kayaknya ada sesuatu gitu antara Miss Alya sama Om Adit," jawab Ozy. "Tapi..." Ozy diam sejenak, lalu menghela nafas. "Miss Alya udah punya calon suami," lanjutnya lemas.
"Em... kayaknya gue tahu deh. Yang sering jemput dia, kan? Kalau ekskul musik biasanya Miss Alya diantar sama cowok gitu," kata Acha mengingat-ingat wajah kekasih Miss Alya.
"Hm... walau tadi ekspresinya tenang. Tapi sebagai keponakan terdekat, gue bisa liat kalau Om gue tuh kayak patah hati," kata Ozy sambil mendongak, menatap langit siang itu. Ia menghela nafas lagi. "Sama kayak gue..."
Acha mengangkat alis tinggi, lalu menoleh. Keningnya berkerut rapat. "Maksud lo?"
Ozy menoleh, lalu tersenyum pahit. "Awalnya gue udah nggak suka saat tahu Om Adit tuh masa lalunya Miss Alya. Eeehhh ditambah ternyata ada calon suaminya. Huffttt..."
Mata Acha membulat. Ia diam sejenak, "jangan bilang... elo naksir Miss Alya?" tebak Acha dengan nada kaget yang kentara, menutupi nada tak setuju dan kecewanya.
Ozy tertawa renyah, "nggak bisa dibilang naksir sih. Em... cuma kagum aja," jawab Ozy enteng.
"Oh..." Acha tanpa sadar mendesah lega.
"Miss Alya tuh cewek idaman gue banget. Dia baik, tapi tegas," ucap Ozy membuat alis Acha terangkat sebelah. "Dia juga anggun, cantik, lembut, asyik, berjiwa muda, tapi walau gitu dia tetap tegas sebagai guru. Itu keren."
Acha merenggut kecil, melihat mata Ozy yang berbinar kala menceritakan tentang Miss Alya. "Hm... Miss Alya emang cantik sih," kata Acha setengah tak rela. "Tapi... diakan jauh lebih tua daripada lo," sambungnya memerotes.
Ozy tertawa dan menoleh ke arah Acha. "Ya karena itu Acha, gue cuma kagum aja," kata Ozy kalem.
"Terus kenapa patah hati? Apa sebegitunyakah elo mengidolakan Miss Alya?" tanya Acha seperti mendesak, membuat Ozy menyadari dan mengernyit sedikit. "Lagipula... cewek yang seumuran kita yang baik dan juga tegas banyak kali. Yang jago musik juga. Yang pinter bahasa Inggris juga banyak, kan? Kenapa elonya malah suka sama yang lebih tua?" tanya Acha menyerbu, membuat Ozy sedikit tersentak.
**
Di sesuatu saat ku melihat dia
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya

Di sesuatu saat ku melihat dia
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya
**
Ozy terdiam, dengan mulut terbuka sedikit. Agak bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba, sebuah perasaan merasuk dadanya. Membuatnya hanya bungkam menatap sepasang bola mata bening Acha. Dan Ozy baru benar-benar menyadari. Mata Acha itu indah. Gadis ini juga cantik. Dengan gingsul yang mempermanisnya. Rambutnya tergerai lurus di bawah pundak. Membingkai wajahnya yang putih bersinar.
"Napa lo?" tanya Acha sedikit risih diperhatikan seperti itu oleh Ozy. Apalagi jantungnya jadi berdetak tak karuan kini.
Ozy mengerjap, lalu segera mengalihkan wajah. Pipinya agak membara. Sementara Acha menggigit-gigit bibirnya, sedikit merasa salah tingkah.
"Ehm," Ozy berdehem pelan, "Kok lo... kayaknya nggak suka gitu gue kagum sama Miss Alya?" tembak Ozy tepat sasaran.
Acha membelakkan mata kecil, dan merutuki diri mengapa begitu bodoh sampai tak bisa menahan diri untuk tidak menahan kekesalannya.
"Elo..." kalimat Ozy menggantung, lalu menatap Acha menyelidik dengan kerlipan menggoda.
Acha merasakan pipinya membara. Ia segera membuang muka ke arah lain. 'Bego bego bego,' rutuk Acha terus mengutuk diri.
"Eum... eh, Rio sama Ify lama banget sih? Katanya tadi bentar doang," ucap Acha mencoba mengalihkan pembicaraan.
Namun gagal. Ozy masih menatapnya dengan penuh selidik dan curiga. Acha  menggigit bibir dan kembali mengalihkan wajah. Aduh mampus. Kenapa sepertinya Ozy sudah tahu? Aduh. Sekentara itukah perasaan Acha?
**
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
**
"Cha..." panggil Ozy. Tapi Acha tak mau menoleh. "Acha..." kali ini panggilan itu terdengar lembut dan manis, membuat hati Acha bergetar. Pipi gadis itu mulai merona.
Dengan perlahan, Ozy menarik lembut dagu Acha agar menatap ke arahnya. Perlakuan tanpa paksaan tapi tak bisa dibantah. Acha hanya bisa pasrah. Walau menunduk dengan pipi yang makin memanas.
Ozy tersenyum sambil menurunkan tangannya, lalu memandangi Acha. "Gue baru sadar. Ternyata... elo tuh lebih cantik daripada Miss Alya."
Acha memejamkan mata sekilas, sambil mengepalkan kedua tangannya yang sudah berkeringat. Ia tak berani menatap Ozy, masih mencoba menormalkan detakan jantungnya yang makin memburu.
"Elo juga baik, asyik, suka musik, dan jago bahasa Inggris. Ya... walau nggak bisa dibilang anggun, tapi elo udah cukup feminim. Setiap lerai Ify sama Rio juga, elo keliatan tegas. Ya, kan?"
Acha mengalihkan pandangan dengan gugup. Sementara Ozy justru makin tersenyum menatap gadis ini.
"Em... kalau nggak sama Miss Alya, gimana kalau gue sama elo aja?" goda Ozy membuat pipi Acha makin membara.
"Ozy apaan sih," kata Acha kesal dan malu sambil memukul dada Ozy pelan.
Ozy tertawa, tapi dengan sigap menangkap kepalan tangan itu menahannya sebelum Acha menarik kembali. Acha tersentak, dan mendongak sedikit.
Ozy tersenyum manis, "gue serius Larissa," ucapnya sungguh-sungguh.
**
Di sesuatu saat ku melihat dia
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya
Saat ku sendiri ku bayangkan dia
Datang padaku dengan cinta
Di keramaian ku merasa sepi
Saat tak ada dirinya
**
Acha membatu. Kali ini matanya balas menatap sepasang bola mata teduh Ozy. Keduanya saling adu tatap sesaat. Sebelum Acha mendesah sambil melepaskan tangan dari genggaman Ozy membuat Ozy tersentak.
"Gue bukan perlarian lo dari Miss Alya," kata Acha tegas sambil mengalihkan wajah. Bibirnya merenggut sedikit.
Ozy mengangkat alis, "elo bukan perlarian."
Acha mendecakkan lidahnya, "tapi bukannya elo baru aja patah hati karena Miss Alya? Terus sekarang lo sok ngerayu gue," keluh Acha manyun.
Ozy tertawa kecil, "gini deh Cha ya. Anggap aja gue lagi lari ngejar Miss Alya. Tapi di satu titik, gue jatoh. Elo datang, ngobatin gue. Bantu gue bangkit lagi."
"Terus? Setelah itu lo akan lari lagi ngejar Miss Alya?" tanya Acha menuntut.
Ozy diam sejenak, lalu tersenyum dan menggeleng. "Justru gue sadar. Karena selama ini, yang gue butuhin itu elo. Gue nggak akan lari lagi. Tapi bakal di samping lo aja, nemenin lo."
Acha tertegun sesaat. Tapi gadis itu kembali bertanya, merogoh kesungguhan serius dari pemuda itu. "Kenapa elo bisa ngomong hal itu secepat ini?"
"Secepat ini apanya?" tanya Ozy terkekeh, "gue nggak mau buru-buru kok. Gue cuma ingin ngawalin sesuatu sama lo. Karena tiba-tiba... ada perasaan yang gue rasain ke elo. Gue harap lo rasain yang sama."
Acha meneguk ludah. "Elo ngopy lagunya Maudy? Tiba-tiba cinta datang?" tanya Acha ketus, berusaha setengah mati menutupi kegugupannya.
Ozy tertawa renyah, "oh... jadi perasaan yang gue rasa ke elo ini namanya cinta Cha?" tanyanya mengerling menggoda.
Acha tenganga, lalu mulutnya bergerak. Tapi tak ada satupun suara yang datang. Bibir gadis itu hanya berkomat-kamit tanpa suara. Sulit mencari kata untuk menyahut lagi. Akhirnya ia hanya bisa mengatupkan mulut dengan wajah makin memanas.
**
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap cinta akan tiba
**
"Beuh. Baru ditinggal bentar udah jadi nih kayaknya."
Sebuah suara menggoda dari belakang Ozy membuat keduanya tersentak dan menoleh. Ify dan Rio baru saja datang dengan senyuman lebar di masing-masing wajah dua insan itu. Sedaritadi mereka memang terus tersenyum bahagia.
"Eh, gue baru sadar deh. Kalian berdua ini..." kalimat Ify menggantung, membuat Ozy dan Acha menatapnya menunggu. "Serasi banget ya."
Pipi Acha kembali merona. Ozy jadi ikut salah tingkah.
"Eh iya ya, Fy. Mereka cocok," kata Rio setuju, memerhatikan Ozy dan Acha yang duduk bersampingan.
"Ih. Apaan sih kalian," tukas Acha malu sambil berdiri dan membenarkan letak tasnya. "Ayo ah Fy, pulang."
Ozy tersenyum kecil melihat wajah malu-malu gadis itu. Ia ikut berdiri juga. "Lo berdua kemana sih? Lama bener," keluh Ozy pada Rio dan Ify. Keduanya meringis saja. "Gue tadi sampai jatoh loh."
"Ha? Jatoh dimana?" tanya Rio.
Acha mengerutkan kening menatap Ozy. Jatuh? Kapan?
Ozy tersenyum, dan sedikit melirik Acha. "Maksud gue... jatuh cinta," katanya tersenyum, lalu mulai melangkah.
Acha tenganga lagi. Lalu mengatupkan mulut dan merasakan seluruh darahnya langsung memancar naik menuju pipi. Sementara Rio dan Ify tersentak. Mereka menatap Acha dan Ozy bergantian.
"Eh? Bener nih? Ecieee Achaaa," goda Ify menjawil pipi merona sahabatnya.
"Apasih Fy. Pulang yuk ah," kata Acha yang sudah merasa sangat malu, menarik lengan Ify.
"Eh nanti dulu," tahan Rio, lalu menoleh pada Ozy yang kini berdiri menunggu di depan parkiran motor. Rio diam sejenak, lalu kembali menoleh pada Acha. "Lo pulang sama siapa?"
"Sama... Ify," jawab Acha seadanya.
"Gue bawa mobil hari ini," kata Ify menjelaskan.
Rio manggut-manggut, lalu tersenyum jahil. "Cha, kan gue lagi pengen lepas kangen sama Ify nih, jadi... gue aja ya yang sama Ify," pinta Rio membuat Acha mendelik. "Nah, elo gantiin gue aja. Sama..." kalimat Rio menggantung, sambil memutar kepala ke arah Ozy yang tersentak.
Mata Acha melebar, ia lalu merenggut, "Rio!" kesalnya memukul lengan Rio geram.
Rio mengaduh sesaat, tapi lalu nyengir lebar. "Beneran Cha. Gue sama Ify juga mau mampir. Nah, elo sama Ozy aja ya," kata Rio memain-mainkan alisnya.
Acha makin merenggut. Sekarang mungkin wajahnya bisa untuk menggoreng telur karena sudah memanas layaknya penggorengan panas.
"Udah sono," kata Ify mendorong pelan Acha ke arah Ozy.
Acha menghela nafas, tapi menurut saja. Walau hatinya makin meledak-ledak tak karuan.
Ozy tersenyum lebar, lalu memandang Rio. "Makasih bro!" ucapnya penuh arti.
Rio menyeringai sambil mengacungkan jempolnya tinggi. "Sama-sama. Bawa sampai rumah dengan selamat loh ya. Jaga baek-baek," pesan Rio layaknya sang ayah.
"Iya, Zy. Sobat gue tuh. Awas kalau lo apa-apain!" ancam Ify ikutan.
"Sippp tenang aja," kata Ozy nyengir, lalu melirik Acha yang kini berdiri di sampingnya dan menunduk.
"Ya udah ya. Bye!" pamit Rio lalu menarik Ify melangkah menuju parkiran mobil.
Ozy tersenyum memandangi kepergian dua orang itu, lalu kembali memandang Acha. Ozy terus tersenyum memandangi Acha, membuat Acha merasa jengah.
"Udah deh senyam senyumnya. Ayo pulang," ketus Acha malu dan melangkah. Ozy tertawa, lalu menurut mengekori Acha.
Terkadang... proses seseorang jatuh cinta itu memang aneh.
**
Tiba-tiba cinta datang padaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap dia rasakan yang sama (ku harap dia)
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap dia rasakan, rasakan yang sama

*****

Hehehe. Ini spesial part yang waktu itu aku bilangin ituloh. Sebenarnya awalnya tuh Alvia. Tapi entah kenapa aku masih aja nyantol sama dua anak ini, nggak mau pisah (?).
Untuk part depan.... siap-siap bawa kipas aja(?). Karena bakal panaaaaaaaas banget. Judul partnya aja ya " Gabriel VS Rio? :O " Nah nah nah nah. Penasaran ga? Penasaran aja gin biar nyenengin penulisnya *plak
Aku juga mau sekalian promo. Ayo semua beli novel #TheMagicOfLittleFairy yang NEW COVER! Kalau pesan langsung ke aku dapat TTD loh! Dan ada edisi bonus pembatas buku juga. Kalau mau dapat diskon atau gratis ongkir, ikutan aja kuisnya. InsyaAllah setiap Sabtu malam aku adain di @_ALders hehe ^^

Keep waiting for next part guys! :p
@aleastri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar