Rabu, 01 Oktober 2014

Hello Sunset! Part 5

Bel pulang berbunyi.

Keke mengemasi barangnya, lalu menyampirkan ransel ke pundaknya dan berdiri. Acha ikut melangkah di sampingnya menuju pintu kelas. Namun keduanya tersentak, kala melihat seorang pemuda tampan sedang berdiri dan tersenyum ramah di ambang pintu. Para murid yang juga ingin keluar ikut membeku. Apalagi melihat senyuman manis itu, membuat para siswi terdiam melting.

"Yuk!" ajak pemuda itu, Cakka, sambil mengulurkan tangan ke arah Keke.

Keke tenganga sesaat, lalu saling pandang dengan Acha. Acha menggerakkan bola mata ke arah tangan Cakka, menyuruh Keke menurut saja. Keke menghela nafas, tapi lalu akhirnya mengalah dan menyambut tangan Cakka, membuat nafas para siswi tercekat. Oik bahkan dalam hati memekik iri. Tadi sudah dengan Rio, sekarang dengan Cakka!!!

Cakka tersenyum, lalu dengan lembut menggenggam tangan Keke dan menariknya pergi. Keke hanya menunduk dan melangkah pasrah mengikuti Cakka. Sepanjang jalan semua menatap ke arahnya. Keke terus saja menunduk dan menggigit bibir. Tapi beberapa orang tak heran. Karena yang menggandeng adalah Cakka. Si playboy sekolah yang seringkali berganti pasangan. Mungkin gadis itu korban barunya.

Cakka menuntun Keke menuju kantin sekolah. Keke melirik sedikit, dan menunduk lagi kala melihat Gabriel, Alvin, dan Rio sudah menunggu di sana dengan minuman masing-masing.

"Nih bos," kata Cakka berhenti melangkah, lalu melepaskan genggamannya dan duduk di samping Rio.

Keke masih berdiri di samping meja itu sambil menunduk. 'Mati gue', batinnya merutuk.

Gabriel menghela nafas. "Ngapain tadi lo?" tanyanya memulai interogasi.

"Disuruh Pak Deni fotokopi kak. Di koperasi lagi rusak," jawab Keke seadanya, walau sedikit takut-takut.

Gabriel mencibir, lalu berdiri, dan melangkah ke depan Keke yang sedikit mundur takut. "Nggak seharusnya tadi lo ngelindungin gue. Gue bisa ngelawan kok. Elo bahaya banget tadi!" omel Gabriel. Keke mengerti maksudnya, kala tadi ia memukul salah satu anak Pangeran.

"Aku refleks kak..." jawab Keke menunduk dan memain-mainkan jari-jarinya.

Cakka mendecak-decak dan geleng-geleng kepala, "hebat bener deh lo. Andai aja tadi gue liat. Seorang cewek kelas sepuluh SMA, ngelawan preman sekolah dari pihak musuh," kata Cakka kagum lalu menepuk-nepuk tangannya. Entah tulus memuji atau mengejek.

Keke hanya mencuatkan bibir dan terus menunduk.

Gabriel menghela nafas, sambil memasukkan kembali kedua tangan di saku celananya. "Lain kali, elo nggak perlu ngelakuin itu. Harusnya gue yang ngelindungin elo, bukan elo yang ngelindungin gue. Ngerti?" ucap Gabriel dengan nadanya yang biasa. Penguasa sekolah yang memerintah.

Keke sedikit mengembungkan pipinya. Dasar pemuda satu ini. Sudah diselamatkan tapi kok nggak berterima kasih sih? Malah mengomel. Tak tahukah dia tadi Keke harus menjual nyawa dan berbekal kenekatan saja?

"Udah deh, Yel. Elo lama-lama kayak emak-emak tahu nggak sih. Ngomel mulu," ucap Cakka membela, "anter dia pulang gih. Katanya mau ke kafe," ingat Cakka sambil melihat jam tangannya.

Gabriel mendecak, tapi lalu menurut dan mengambil tasnya. Ia lalu melempar asal jaketnya ke arah Keke, membuat Keke terkejut tapi segera sigap menangkapnya.

"Pake tuh!" perintah Gabriel, lalu mulai melangkah memimpin. Alvin dan Cakka segera mengikuti.

Keke melengos, lalu menggeram sebal ke arah punggung Gabriel.

"Udah deh nggak usah ngelawan. Yuk!" ucap Rio tiba-tiba yang sudah menarik tangan Keke, membuat Keke tersadar tapi hanya menurut pasrah.

***

Keke menghela nafas sambil mengubah posisi tidurnya. Tapi tetap saja. Matanya masih terbuka lebar. Ia menghembuskan nafas, lalu duduk di ranjangnya sambil bersandar. Gadis itu gundah sekali. Kejadian yang terjadi dua hari berturut-turut ini benar-benar menghantuinya.

Argh. Benar-benar neraka deh SMA Bintang itu. Pantas saja teman-teman SMP Keke tak ada yang mau masuk kesana. SMA Bintang memang cukup terkenal sering tawuran dengan SMA Pangeran, musuh bebuyutannya. Setengah laki-laki di sekolah itu adalah preman! Mereka sering bertarung melawan musuh, bebal dengan omelan para guru. Dan kini, Keke masuk dalam kehidupan para preman itu! Parahnya, Keke berhubungan langsung dengan sang ketua yang super galak dan tak bersahabat itu, Gabriel! Argh. Bisa gila Keke lama-lama.

Keke menghembuskan nafas keras, lalu memukul-mukul bantalnya dengan kesal. Merasa sebal sekali mengingat perlakuan Gabriel padanya. Katanya mau melindungi, mau menjaga, tapi kalau dibentak terus, dihardik berkali-kali, diperintah ini-itu, apanya yang melindungi?!

Tiba-tiba hape Keke yang berada di atas meja samping ranjangnya berdering, membuat Keke menoleh, lalu meraihnya. Keke mengangkat alis, mendapat sebuah sms dari salah satu sahabatnya di SMP dulu, Ify.


From: Ify
Gimana Ke di sana? Elo gada kabarnya nih skrg :(
lain kali main ke tangerang dong! Hehehe
O ya. Elo udah ketemu yang lo cari?


Awalnya Keke tersenyum membaca pesan singkat Ify itu. Namun kala membaca kalimat terakhir, senyum Keke meluntur perlahan. Ia tiba-tiba tersadar dan teringat. Tujuannya pergi jauh dari rumah dan rela masuk SMA Bintang yang bak neraka itu. Karena ia harus mencari.

Keke mendesah, menyadari ia belum bertemu seseorang yang harus ia cari itu. Yaitu kakaknya. Kakak kandungnya yang telah pergi dari rumah saat ia baru lulus SD dulu.

Mama kandung mereka meninggal saat Keke duduk di kelas dua SD, dan kakaknya itu kelas empat SD. Setelah itu Keke dipindahkan ke rumah neneknya, karena papanya sibuk bekerja sehingga tak ada yang mengurus. Kakak laki-lakinya itu tak mau ikut, entah karena alasan apa ia ingin tetap tinggal di rumahnya dan tetap bersekolah di sekolah yang memang tak jauh dari rumah. Sampai tak lama, saat kakak Keke itu baru saja lulus SD, Papa mereka ingin menikah lagi, dengan Linda, seketarisnya di kantor. Kakak Keke itu tak terima, apalagi saat itu ia sedang sangat labil karena sedang ada dalam masa puber. Setelah bertengkar hebat dengan sang ayah, kakaknya itu kabur dari rumah dan tak pernah kembali. Bahkan sampai sekarang. Sampai Papa Keke sudah menghembuskan nafas terakhirnya.

Keke menarik nafas dalam, menahan agar tak ada setetes beningan hangat meluncur dari matanya. Karena setiap mengenang memori itu, selalu saja ada butiran bening mengalir deras dari sepasang mata bulat Keke. Tapi kali ini Keke tak mau lagi menangis. Sudah terlalu banyak air mata ia tumpahkan. Karena kerinduan amat dalam pada sang kakak.

Saat itu Linda mendapat kabar, kalau ada yang mirip dengan anak tirinya itu di SMA Bintang. Linda bertanya siapa namanya, dan ternyata benar. Itu adalah anak tirinya dari Surya, ayah Keke. Karena itu, saat Keke harus mendaftar SMA, Linda menyuruh Keke masuk ke SMA Bintang, untuk mencari dan membawa pulang sang kakak. Permintaan terakhir mendiang Surya, agar anak tunggalnya itu pulang ke rumah.

Sampai saat ini, tak ada lagi info yang Keke dapat dari kakaknya. Yang ia tahu kakaknya siswa kelas duabelas, di SMA Bintang. Tapi Keke masih tak tahu.

Namun... ada suatu firasat dalam dadanya. Bahwa sebenarnya sang kakak sudah mulai dekat. Apalagi, ada dua orang yang wajahnya hampir sama seperti sang kakak saat SD dulu. Yaitu, Gabriel dan Rio. Gabriel yang kasar dan Rio yang sangat cuek. Keduanya berbeda sekali dengan sosok kakak Keke yang periang dan bertanggung jawab. Kakak Keke yang juga berani dan selalu melindungi Keke. Apa mungkin bentuk dewasanya adalah Gabriel ataupun Rio? Kenapa rasanya... cukup mustahil ya?

Memang, Keke sudah lama sekali berpisah dengan sang kakak. Terakhir bertemu, kala seratus harian kematian mendiang mamanya dulu, saat Keke masih duduk di kelas dua SD. Dan yang Keke tahu, nama kakaknya adalah... Kak Iyel. Karena itu, saat mendengar bahwa dua orang yang ada dalam Mercy hitam kala MOS saat itu, yang membuatnya merasa penasaran dan ada sebuah firasat bahwa kakaknya ada di antara mereka, bernama Gabriel dan Nataniel, Keke tertegun. Walau Nataniel adalah nama belakang Rio, bisa sajakan, saat kecil dulu Rio dipanggil Iyel? 

Walau selama ini Keke kerap kali menemukan Iyel-Iyel  yang lain. Nama panggilan yang sering dijumpai. Namun kali ini berbeda. Baik Gabriel ataupun Rio, Keke dapat merasakan ada sesuatu pada keduanya. Tapi ia masih tak tahu apakah ini nyata atau salah. Bahkan ia masih tak tahu Gabriel atau Rio kah 'Kak Iyel’  yang ia cari.

Keke menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya mantap. Ada suatu keyakinan dalam dirinya. Bahwa mulai besok, ia sudah harus bergerak. Mencari sang kakak yang telah lama hilang. Dimulai dari Gabriel dan Rio.

***

Paginya Keke baru saja keluar dari pintu rumah, dan langsung tepana melihat tiga pemuda itu lagi-lagi ada di depan rumahnya. Kini Alvin membawa Honda Jazz merahnya, sementara dua lain membawa motor besar seperti kemarin. Keke menipiskan bibir sejenak, lalu mendekat dan membuka pagar. Namun ia mengerutkan kening, tak melihat sosok Rio.

"Hari ini lo sama Alvin, biar lebih aman naik mobil," kata Gabriel sambil menaikkan standar motor kembali dan menyalakan mesin.

"Kak Rio mana?" tanya Keke sambil melangkah menuju pintu mobil Alvin.

"Dia ada urusan. Jadi nanti juga datang ke sekolah rada siang gitu," jawab Alvin yang sudah membuka pintu mobil.

Alis Keke terangkat, "urusan apa?"

"Kenapa elo harus kepo?" sahut Gabriel ketus, membuat Keke mendelik kecil. "Udah deh lo masuk, nggak usah banyak tanya soal Rio."

Cakka tertawa kecil melihat Gabriel, "ya elo nggak usah jealous sampe segitunya kali, Yel," ejeknya membuat Gabriel segera melotot tajam.

Keke juga ikut mendelik ke arah Cakka. Cakka segera nyengir dan mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya. Keke hanya mencibir kecil, tapi lalu masuk ke dalam mobil Alvin. Dan dengan iringan dua motor besar, mereka mulai menuju ke SMA Bintang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar