Bel pulang
berbunyi.
Keke
mengemasi barangnya, lalu menyampirkan ransel ke pundaknya dan berdiri. Acha
ikut melangkah di sampingnya menuju pintu kelas. Namun keduanya tersentak, kala
melihat seorang pemuda tampan sedang berdiri dan tersenyum ramah di ambang
pintu. Para murid yang juga ingin keluar ikut membeku. Apalagi melihat senyuman
manis itu, membuat para siswi terdiam melting.
"Yuk!"
ajak pemuda itu, Cakka, sambil mengulurkan tangan ke arah Keke.
Keke
tenganga sesaat, lalu saling pandang dengan Acha. Acha menggerakkan bola mata
ke arah tangan Cakka, menyuruh Keke menurut saja. Keke menghela nafas, tapi
lalu akhirnya mengalah dan menyambut tangan Cakka, membuat nafas para siswi
tercekat. Oik bahkan dalam hati memekik iri. Tadi sudah dengan Rio, sekarang
dengan Cakka!!!
Cakka
tersenyum, lalu dengan lembut menggenggam tangan Keke dan menariknya pergi.
Keke hanya menunduk dan melangkah pasrah mengikuti Cakka. Sepanjang jalan semua
menatap ke arahnya. Keke terus saja menunduk dan menggigit bibir. Tapi beberapa
orang tak heran. Karena yang menggandeng adalah Cakka. Si playboy sekolah yang
seringkali berganti pasangan. Mungkin gadis itu korban barunya.
Cakka
menuntun Keke menuju kantin sekolah. Keke melirik sedikit, dan menunduk lagi
kala melihat Gabriel, Alvin, dan Rio sudah menunggu di sana dengan minuman
masing-masing.
"Nih
bos," kata Cakka berhenti melangkah, lalu melepaskan genggamannya dan
duduk di samping Rio.
Keke masih
berdiri di samping meja itu sambil menunduk. 'Mati gue', batinnya merutuk.
Gabriel
menghela nafas. "Ngapain tadi lo?" tanyanya memulai interogasi.
"Disuruh
Pak Deni fotokopi kak. Di koperasi lagi rusak," jawab Keke seadanya, walau
sedikit takut-takut.
Gabriel
mencibir, lalu berdiri, dan melangkah ke depan Keke yang sedikit mundur takut.
"Nggak seharusnya tadi lo ngelindungin gue. Gue bisa ngelawan kok. Elo
bahaya banget tadi!" omel Gabriel. Keke mengerti maksudnya, kala tadi ia
memukul salah satu anak Pangeran.
"Aku
refleks kak..." jawab Keke menunduk dan memain-mainkan jari-jarinya.
Cakka
mendecak-decak dan geleng-geleng kepala, "hebat bener deh lo. Andai aja
tadi gue liat. Seorang cewek kelas sepuluh SMA, ngelawan preman sekolah dari
pihak musuh," kata Cakka kagum lalu menepuk-nepuk tangannya. Entah tulus
memuji atau mengejek.
Keke hanya
mencuatkan bibir dan terus menunduk.
Gabriel
menghela nafas, sambil memasukkan kembali kedua tangan di saku celananya.
"Lain kali, elo nggak perlu ngelakuin itu. Harusnya gue yang ngelindungin
elo, bukan elo yang ngelindungin gue. Ngerti?" ucap Gabriel dengan nadanya
yang biasa. Penguasa sekolah yang memerintah.
Keke
sedikit mengembungkan pipinya. Dasar pemuda satu ini. Sudah diselamatkan tapi
kok nggak berterima kasih sih? Malah mengomel. Tak tahukah dia tadi Keke harus
menjual nyawa dan berbekal kenekatan saja?
"Udah
deh, Yel. Elo lama-lama kayak emak-emak tahu nggak sih. Ngomel mulu," ucap
Cakka membela, "anter dia pulang gih. Katanya mau ke kafe," ingat
Cakka sambil melihat jam tangannya.
Gabriel
mendecak, tapi lalu menurut dan mengambil tasnya. Ia lalu melempar asal
jaketnya ke arah Keke, membuat Keke terkejut tapi segera sigap menangkapnya.
"Pake
tuh!" perintah Gabriel, lalu mulai melangkah memimpin. Alvin dan Cakka
segera mengikuti.
Keke
melengos, lalu menggeram sebal ke arah punggung Gabriel.
"Udah
deh nggak usah ngelawan. Yuk!" ucap Rio tiba-tiba yang sudah menarik
tangan Keke, membuat Keke tersadar tapi hanya menurut pasrah.
***
Keke
menghela nafas sambil mengubah posisi tidurnya. Tapi tetap saja. Matanya masih
terbuka lebar. Ia menghembuskan nafas, lalu duduk di ranjangnya sambil
bersandar. Gadis itu gundah sekali. Kejadian yang terjadi dua hari
berturut-turut ini benar-benar menghantuinya.
Argh.
Benar-benar neraka deh SMA Bintang itu. Pantas saja teman-teman SMP Keke tak
ada yang mau masuk kesana. SMA Bintang memang cukup terkenal sering tawuran
dengan SMA Pangeran, musuh bebuyutannya. Setengah laki-laki di sekolah itu
adalah preman! Mereka sering bertarung melawan musuh, bebal dengan omelan para
guru. Dan kini, Keke masuk dalam kehidupan para preman itu! Parahnya, Keke
berhubungan langsung dengan sang ketua yang super galak dan tak bersahabat itu,
Gabriel! Argh. Bisa gila Keke lama-lama.
Keke
menghembuskan nafas keras, lalu memukul-mukul bantalnya dengan kesal. Merasa
sebal sekali mengingat perlakuan Gabriel padanya. Katanya mau melindungi, mau
menjaga, tapi kalau dibentak terus, dihardik berkali-kali, diperintah ini-itu,
apanya yang melindungi?!
Tiba-tiba
hape Keke yang berada di atas meja samping ranjangnya berdering, membuat Keke
menoleh, lalu meraihnya. Keke mengangkat alis, mendapat sebuah sms dari salah
satu sahabatnya di SMP dulu, Ify.
From: Ify
Gimana Ke di sana?
Elo gada kabarnya nih skrg :(
lain kali main ke
tangerang dong! Hehehe
O ya. Elo udah
ketemu yang lo cari?
Awalnya
Keke tersenyum membaca pesan singkat Ify itu. Namun kala membaca kalimat
terakhir, senyum Keke meluntur perlahan. Ia tiba-tiba tersadar dan teringat.
Tujuannya pergi jauh dari rumah dan rela masuk SMA Bintang yang bak neraka itu.
Karena ia harus mencari.
Keke
mendesah, menyadari ia belum bertemu seseorang yang harus ia cari itu. Yaitu
kakaknya. Kakak kandungnya yang telah pergi dari rumah saat ia baru lulus SD
dulu.
Mama
kandung mereka meninggal saat Keke duduk di kelas dua SD, dan kakaknya itu
kelas empat SD. Setelah itu Keke dipindahkan ke rumah neneknya, karena papanya
sibuk bekerja sehingga tak ada yang mengurus. Kakak laki-lakinya itu tak mau
ikut, entah karena alasan apa ia ingin tetap tinggal di rumahnya dan tetap
bersekolah di sekolah yang memang tak jauh dari rumah. Sampai tak lama, saat
kakak Keke itu baru saja lulus SD, Papa mereka ingin menikah lagi, dengan
Linda, seketarisnya di kantor. Kakak Keke itu tak terima, apalagi saat itu ia
sedang sangat labil karena sedang ada dalam masa puber. Setelah bertengkar
hebat dengan sang ayah, kakaknya itu kabur dari rumah dan tak pernah kembali.
Bahkan sampai sekarang. Sampai Papa Keke sudah menghembuskan nafas terakhirnya.
Keke
menarik nafas dalam, menahan agar tak ada setetes beningan hangat meluncur dari
matanya. Karena setiap mengenang memori itu, selalu saja ada butiran bening
mengalir deras dari sepasang mata bulat Keke. Tapi kali ini Keke tak mau lagi
menangis. Sudah terlalu banyak air mata ia tumpahkan. Karena kerinduan amat
dalam pada sang kakak.
Saat itu
Linda mendapat kabar, kalau ada yang mirip dengan anak tirinya itu di SMA
Bintang. Linda bertanya siapa namanya, dan ternyata benar. Itu adalah anak
tirinya dari Surya, ayah Keke. Karena itu, saat Keke harus mendaftar SMA, Linda
menyuruh Keke masuk ke SMA Bintang, untuk mencari dan membawa pulang sang
kakak. Permintaan terakhir mendiang Surya, agar anak tunggalnya itu pulang ke
rumah.
Sampai saat
ini, tak ada lagi info yang Keke dapat dari kakaknya. Yang ia tahu kakaknya
siswa kelas duabelas, di SMA Bintang. Tapi Keke masih tak tahu.
Namun...
ada suatu firasat dalam dadanya. Bahwa sebenarnya sang kakak sudah mulai dekat.
Apalagi, ada dua orang yang wajahnya hampir sama seperti sang kakak saat SD
dulu. Yaitu, Gabriel dan Rio. Gabriel yang kasar dan Rio yang sangat cuek.
Keduanya berbeda sekali dengan sosok kakak Keke yang periang dan bertanggung
jawab. Kakak Keke yang juga berani dan selalu melindungi Keke. Apa mungkin
bentuk dewasanya adalah Gabriel ataupun Rio? Kenapa rasanya... cukup mustahil
ya?
Memang,
Keke sudah lama sekali berpisah dengan sang kakak. Terakhir bertemu, kala
seratus harian kematian mendiang mamanya dulu, saat Keke masih duduk di kelas
dua SD. Dan yang Keke tahu, nama kakaknya adalah... Kak Iyel. Karena itu, saat
mendengar bahwa dua orang yang ada dalam Mercy hitam kala MOS saat itu, yang
membuatnya merasa penasaran dan ada sebuah firasat bahwa kakaknya ada di antara
mereka, bernama Gabriel dan Nataniel, Keke tertegun. Walau Nataniel adalah nama
belakang Rio, bisa sajakan, saat kecil dulu Rio dipanggil Iyel?
Walau
selama ini Keke kerap kali menemukan Iyel-Iyel
yang lain. Nama panggilan yang sering dijumpai. Namun kali ini berbeda.
Baik Gabriel ataupun Rio, Keke dapat merasakan ada sesuatu pada keduanya. Tapi
ia masih tak tahu apakah ini nyata atau salah. Bahkan ia masih tak tahu Gabriel
atau Rio kah 'Kak Iyel’ yang ia cari.
Keke
menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya mantap. Ada suatu keyakinan dalam
dirinya. Bahwa mulai besok, ia sudah harus bergerak. Mencari sang kakak yang
telah lama hilang. Dimulai dari Gabriel dan Rio.
***
Paginya
Keke baru saja keluar dari pintu rumah, dan langsung tepana melihat tiga pemuda
itu lagi-lagi ada di depan rumahnya. Kini Alvin membawa Honda Jazz merahnya,
sementara dua lain membawa motor besar seperti kemarin. Keke menipiskan bibir
sejenak, lalu mendekat dan membuka pagar. Namun ia mengerutkan kening, tak
melihat sosok Rio.
"Hari
ini lo sama Alvin, biar lebih aman naik mobil," kata Gabriel sambil
menaikkan standar motor kembali dan menyalakan mesin.
"Kak
Rio mana?" tanya Keke sambil melangkah menuju pintu mobil Alvin.
"Dia
ada urusan. Jadi nanti juga datang ke sekolah rada siang gitu," jawab
Alvin yang sudah membuka pintu mobil.
Alis Keke
terangkat, "urusan apa?"
"Kenapa
elo harus kepo?" sahut Gabriel ketus, membuat Keke mendelik kecil.
"Udah deh lo masuk, nggak usah banyak tanya soal Rio."
Cakka
tertawa kecil melihat Gabriel, "ya elo nggak usah jealous sampe segitunya
kali, Yel," ejeknya membuat Gabriel segera melotot tajam.
Keke juga
ikut mendelik ke arah Cakka. Cakka segera nyengir dan mengacungkan telunjuk dan
jari tengahnya. Keke hanya mencibir kecil, tapi lalu masuk ke dalam mobil
Alvin. Dan dengan iringan dua motor besar, mereka mulai menuju ke SMA Bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar