Minggu, 10 Agustus 2014

Persahabatan Musuh Bebuyutan Part 32



Part 32. Prom?

“Sekolah kita kenapa aneh-aneh banget sih,” kata Alvin membaca selebaran Prom Night nanti.
Shilla yang mengerjakan tugas akhir dari Pak Dave menoleh bertanya. “Apaan?”
“Prom di stadion basket? Ini kita mau pesta atau mau tanding?” tanya Alvin sarkatis sambil menaruh kembali selebaran itu di atas meja Angel yang ia duduki.
“Ketos kitakan keren,” kata Shilla ikut sarkatis sambil kembali melanjutkan tugasnya.
“Keren?” Alvin mendelik, “ganteng juga nggak?” tanyanya menyindir.
Shilla mendongak, langsung mendelik sebal dan memukul lengan Alvin membuat pemuda itu merintih sakit. “Nggak usah mulai deh. Mau masuk rumah sakit lagi?” tanya Shilla sebal.
Alvin hanya mencibir sambil mengusap lengannya yang perih. Ia lupa kalau pacarnya ini adalah jelmaan nenek lampir. Yang akan siap mengamuk kapan saja.
“ASSALAMMUALAIKUM!!!”
Semua yang ada di kelas 12 IPS 3 menoleh kaget. Suara yang sengaja dicemprengkan itu datang dari pemuda kecil yang tersenyum lebar sambil melangkah riang memasuki kelas. Mereka langsung melengos kompak melihat kurcaci stress itu yang datang.
“Balasin kek salam gue,” gerutu Ozy ke arah kelas. Beberapa membalas malas-malasan dan beberapa hanya cuek dan kembali ke aktifitas masing-masing.
“Eh si nenek dapat hadiah ya?” goda Ozy mendekat ke meja Shilla membuat gadis itu mendelik kesal. “Makanya Shil, sekolah tuh yang rajin. Semua udah santai-santai selesai ujian lo masih aja ngurusin tugas yang bolong. Kasian.”
“Berisik lo. Pergi sana!” sewot Shilla melotot marah.
Ozy agak menciut, tapi matanya jatuh pada selebaran di depan Alvin. Ia meraihnya, dan mengangkat alis tinggi. “Kok di smanra nggak diumumin lengkap ya? Padahal di tempat Acha semua lagi heboh,” komentar Ozy membuat Alvin dan Shilla mengangkat wajah sambil mengerutkan kening.
Ozy menurunkan kertas di depannya, kemudian menatap Alvin dan Shilla bergantian. Ia mengangkat sebelah alis. “Loh? Kalian emangnya nggak tau? Tadi malam Acha yang ngasih tahu gue. Gue pikir anak smanra pada tahu semua. Wah, ketos kita kayaknya mau sok buat kejutan nih,” kata Ozy geleng-geleng membuat bukan hanya Alvin dan Shilla, tapi seluruh siswa kelas jadi penasaran.
“Apaan sih Zy?” tanya Shilla ingin tahu.
Ozy diam sejenak, lalu tersenyum lebar. “Prom Night Smanra bakal gabung sama Smanhar.”
“…………”
Hening.
Setidaknya selama tiga detik. Karena berikutnya dengan kompak seluruh kelas………
“HA?!?!!!!”

^^^
Gabriel mengusap kedua telapak tangannya yang sudah basah keringat. Ia kembali mengubah posisi duduk. Merasa gelisah sedari tadi. Membuat Ozy, Ray, Acha, Alvin, dan Shilla memandang itu dengan bosan.
“Masih lama, Yel?” tanya Ray dengan nada malas.
Gabriel mendecak. “Gue harus ngapain?”
“Ya telpon kak!” seru Acha segera dengan gemas. “Tuh dari tadi hape di depan kakak nggak disentuh sama sekali. Kita udah nungguin dari tadi!” ucap Acha menunjuk hape yang sedari tadi tergeletak di atas meja ruang tamunya. Hari ini mereka berkumpul di sana karena rumah Alvin tidak mungkin jadi pilihan atas masalah hari ini.
“Kita bahkan udah nyusun skenario lo harus ngomong gimana. Udah cepet buruan!” desak Ozy juga tak sabar.
Gabriel menggaruk belakang telinganya yang tak gatal. “Eung… kalau gue ditolak?”
“Yaelah!” kata Shilla gemas. “Gue heran deh sama cowok jaman sekarang. Ciut amat sama cewek.”
“Gue nggak!” kata Alvin segera membuat Shilla mendesis sinis.
“Kalau gue nggak mancing, lo juga nggak bakal nembak gua!” kata Shilla sewot membuat Alvin langsung menciut diam. Acha terkikik mendengar itu.
“Cewek lo kayaknya minggu ini lagi bendera Jepang, Vin,” bisik Ozy di samping Alvin.
Alvin melengos, “nggak bendera Jepang aja dia udah mengerikan, apalagi kalau lagi-“
“Ngomongin apa?!” ketus Shilla membuat Alvin segera menutup mulut dan menegakkan tubuh kembali.
Alvin memasang wajah datar sambil menggeleng, “nggak papa.”
Shilla melotot mengancam, kemudian kembali menatap Gabriel yang geleng-geleng geli melihat pasangan itu. “Jadi gimana, Yel? Elo peka dikit kek jadi cowok. Sivia udah bela-belain manjangin liburannya sampai ujian nasional karena elo!”
“Karena gue?” tanya Gabriel segera sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Yaiyalah!” kata Acha, Ray, Ozy, Alvin, dan Shilla serempak.
“Kak, Sivia datang kesini kan karena mau damaikan Koko sama Kak Rio. Sekarang jangankan Kak Rio sama Koko, Smanra sama Smanhar aja udah adem ayem. Apalagi yang buat Sivia betah di Jakarta kalau bukan nunggu Kak Gabriel!” argumen Acha disambut anggukan yang lain.
“Nunggu apa?” tanya Gabriel bego.
Ray langsung menggeram sebal, “jangan bilang ilmu keplayboyan lo selama bertahun-tahun hilang gitu aja karena cewek pembalap F1 itu,” kata Ray tak percaya.  
“Yap. Itulah kekuatan cinta,” kata Ozy lebay dengan mata berkedip-kedip membuat Shilla tak bisa menahan untuk tidak melemparnya bantal sofa.
“Yel, gue percaya sekarang lo nggak bakal sengaja nyakitin sepupu gua. Tapi kalau lo gini terus, gue bakal suruh dia pulang saat ini juga tanpa harus ngomong apapun lagi sama lo,” ancam Alvin serius membuat Gabriel sampai meneguk ludah.
Gabriel mengigigiti bibir, kemudian merengek seperti anak kecil dengan frustasi. “Tapi gue bener-bener takut dia nggak mau…” kata Gabriel mengeluarkan sisi yang tak pernah orang lain lihat. Kekanakan.
Ray sampai menjauhkan diri dengan mata mengerjap-ngerjap. “Gue heran kenapa cowok kayak gini jadi ketua preman di sekolah gue,” katanya menatap Gabriel ngeri.
“Sivia emang hebat banget…” kata Acha kagum sambil geleng-geleng kepala.
Gabriel melengos panjang sambil menyandarkan diri ke sofa dengan wajah memelas putus asa. Shilla malah jadi tertawa geli karena sekian lama mengenal Gabriel ia sangat tahu pemuda itu bila di depan orangtuanya sering manja jika sedang sangat menginginkan sesuatu. Hal haram bagi seorang premannya sekolah. Apalagi ketua preman. Namun kali ini karena seorang perempuan, Gabriel mengeluarkan sisi itu di depan teman-temannya.
Suara mobil datang membuat mereka menoleh. Tak lama Manda datang dengan Rio membawa beberapa kantong belanjaan di belakangnya.
“Rame banget nih,” kata Manda ramah tersenyum menyapa semua yang mengangguk sopan.
Alvin segera berdiri menghampiri Rio sambil mengambil alih sebagian belanjaan. “Maaf ya, Bun. Ini teman-temannya Apin, tapi malah ngumpulnya di sini,” kata Alvin meringis.
“Ya nggak papalah. Inikan rumah kamu juga,” kata Manda santai, lalu menoleh pada Shilla. “Lagian juga ada Shilla. Tante seneng banget ketemu kamu lagi.”
Shilla tersenyum manis dengan malu-malu. Membuat Ozy, Ray, dan Alvin menyipitkan mata ke arah gadis itu. Bagaimana bisa ya gadis yang baru beberapa detik lalu melotot sambil bicara ketus kini jadi manis sekali? Cih. Dasar ular. Batin Ozy, Ray, dan Alvin melihat tingkah Shilla.
“Yuk masuk aja. Mbok Ipah pasti udah selesai masak. Lagian di ruang tengah situ lebih luas loh,” ajak Manda ramah.
Semua saling menoleh, menunggu satu sama lain berdiri. Tapi Acha kemudian tersenyum dan memimpin pergi, diikuti Alvin dan Rio yang membawa belanjaan. Mau tak mau yang lain mengekor. Manda merangkul lembut Shilla dan mengajak mengobrol akrab.
“Sivianya mana? Kok nggak ikutan?” tanya Rio setelah menaruh belanjaan di atas meja makan. Sementara yang lain duduk di ruang tengah depan dapur. Acha dengan dibantu Ozy baru saja menarik sebuah meja di sudut ke tengah ruangan, dengan Gabriel dan yang lain duduk mengitarinya.
“Ini kita lagi mikirin dia,” jawab Shilla membuat Rio mengerutkan kening.
“Sebenarnya sih Gabriel yang mikirin,” sergah Ray membuat Gabriel melotot kecil. “Mau ngajakin ke prom.”
Rio mengangkat sebelah alis, lalu mendekat dan duduk di samping Alvin. “Lo ngajakin cewek ke prom aja nggak bisa?” tanya Rio merendahkan membuat Gabriel melemparkan tatapan kesal.
“Yo…” panggil Alvin membuat Rio menoleh ke arahnya, “lo mau gue beliin kaca apa gimana? Kemaren juga lo ngajakin Keke harus konsultasi ke semua orang dulu,” ejek Alvin membuat garis wajah Rio langsung berubah.
Rio mendelik dan mendesis geram menyuruh Alvin diam tentang hal itu. Sementara Gabriel malah terkikik kemenangan.
“Hm… kalau diperhatiin sih, Kak Rio sama Kak Gabriel punya kesamaan kalau berhadapan sama cewek…” kata Acha mengelus dagu.
Shilla mengangguk-angguk setuju, “cowok yang garang dan dingin, ternyata bakal jadi super ciut dan bego di depan cewek yang dia suka.”
“Elo walau udah jadian tapi tetap ciut di depan Keke, Yo?” tanya Ozy setengah mengejek membuat Rio melemparkan tatapan dinginnya ke arah Ozy. Membuat Ozy langsung mengkerut dan meringis salah tingkah. “Ampun, kak… canda aja kak, canda…” kata Ozy tertawa kaku membuat Acha yang duduk di sampingnya menepuk kening sendiri dan menunduk geleng-geleng.
Mbok Ipah datang, menaruh masakan di atas meja. Shilla mengangkat alis melihat itu. Tapi kemudian segera berdiri membantu Mbok Ipah menyediakan makanan. Alvin tersenyum kecil melihat itu, lalu mencolek Rio membuat Rio menoleh.
“Pacar gue tuh,” kata Alvin bangga menunjuk Shilla.
Rio langsung mendengus geli, “lo bilang nenek lampir. Gimana sih,” kata Rio menyindir curhatan Alvin tentang Shilla beberapa hari lalu. Alvin langsung meringis saja.
“Tante nggak ikut makan?” tanya Shilla sopan pada Manda yang ingin melangkah ke taman belakang.
“Nggak usah, kalian aja dulu. Tante ada kerjaan,” tolak Manda tersenyum, lalu menekan tombol hape dan keluar ke taman belakang.
“Mentang-mentang calon mertua, manis amat lo kayak martabak,” ledek Ray ketika Shilla kembali duduk.
Shilla memicingkan mata ke arah Ray, “berisik lo. Jangan sampai gue guyur ya,” ancam Shilla menunjuk kuah sop ayam di atas meja pendek itu. Ray langsung nyengir ampun.
Gabriel melengos keras setelah sekian lama diam, “kalian bisa fokus nggak sih? Kita kesinikan buat bantuin gue, napa jadi acara piknik gini,” kata Gabriel belum mengambil piring dengan wajah tak bersemangat.
“Makan dulu kali, Yel. Siapa tahu otak jadi encer,” kata Ozy disambut anggukan Acha. “Lagian lo nggak bisa bedain makan lesehan sama piknik ya? Piknik itu di alam luar, tanpa meja. Otak lo bener-bener dirusakin Sivia ya,” ejek Ozy geleng-geleng. Gabriel segera menjitaknya geram membuat Ozy bersungut.
“Piknik itu juga enaknya sambil main gitar. Aduh, gue jadi pengen gitaran,” kata Ray sebelum melahap sesendok nasi kemulutnya.
“Nggak nyambung Ray,” kata Shilla dengan nada malas. Ray hanya mengedikkan bahu acuh.
Rio mengangkat alis tinggi. Seperti ada bohlam di atas kepalanya. “Vin…” panggilnya membuat Alvin menoleh. “Gitar…” kata Rio menatap Alvin penuh arti. “Lo pernah cerita, bukannya awal dekat itu…………”
Alvin melebarkan mata, ikut tersadar. Dengan kompak keduanya menoleh pada Gabriel, membuat Gabriel mengernyit tak mengerti sama sekali.
“Iya juga ya…” ucap Alvin mengangguk-angguk kecil sambil menatap Gabriel membuat Gabriel melongo tak mengerti.
“Ide gue hebat kan?” ucap Rio bangga dan juga tak mengalihkan pandangan dari Gabriel. Semua ikut bengong tak tahu menahu maksud dua orang itu.
“Ckckck. Walau pisah bertahun-tahun tapi cinta kalian masih kuat ya,” kata Ozy kagum tapi juga mengejek, “tanpa banyak kata aja kalian udah ngerti satu sama lain dengan pikiran sama. Kayak punya radar.”
Alvin nyengir sekilas, “cepetan makannya. Setelah ini kita harus latihan. Elo juga, Yel. Makan! Abis ini gue kasih tahu rencana kita berdua,” kata Alvin antusias.
Gabriel mengernyit. Tapi menyadari itu tentang misinya hari ini, ia menurut saja. Sementara yang lain penasaran ingin tahu.

^^^
Sivia yang duduk gelisah di ranjangnya terkejut ketika pintu kamar dibuka. Sang Oma tersenyum mendekat.
“Kamu kenapa? Seharian di kamar mulu. Galau?” tanya Oma menggoda.
Sivia tersenyum masam. “bentar lagi Via harus pulang, Oma… Padahal di sini Via udah punya banyak temen, bahkan bisa dibilang sahabat. Rasanya berat…”
Oma tersenyum sambil duduk di samping cucu terdekatnya itu. “Yaudah kamu pindah aja kesini, tinggal sama Oma. Nanti sekolahnya sama Alvin,” bujuk Oma membuat Sivia langsung mendesah.
“Nggak bisalah, Oma. Papa pasti nggak ijinin. Katanya pas Via kuliah aja,” jawab Sivia memajukan bibir bawah. “Awalnya Via pengen sebentar aja disini. Jenguk Oma sama Alvin karena Via liburan. Tapi sekarang malah jadi keterusan. Sivia udah betah…”
Oma diam sejenak, memandangi gadis itu yang menunjukkan wajah sendu. “Betah karena disini udah punya pacar ya?” goda Oma membuat Sivia tersentak dan melebarkan mata. “Oma sama Om juga udah tahu kok. Diakan sering main kesini. Temen deket Alvin toh? Alvin juga pernah bilang dia teman pertama Alvin di Jakarta juga teman sebangkunya. Bagus lah. Dengan begitukan dia segan kalau mau nyelingkuhin atau nyakitin kamu.”
Sivia langsung salah tingkah. Pipinya memerah dengan raut wajah panik. “Oma lagi ngomongin siapa sih? Via nggak pacaran kok,” kata Sivia gugup.
Oma menaikkan alis mendengar itu, kemudian mengangguk-angguk mengerti. “Owalah… pantes kamu ngundur kepulangan terus. Ada yang ditungguin toh,” kata Oma tersenyum menggoda membuat Sivia makin salah tingkah. “Jadi Gabriel belum ngajakin pacaran?”
“Omaaa!!!” rengek Sivia malu sambil menutup wajah dengan bantal membuat Oma tertawa geli.
Tapi tiba-tiba terdengar suara gitar mengalun membuat Sivia dan Oma terkejut. Mereka saling tatap, menajamkan telinga dan menyadari itu suara dari depan rumah mereka.
“Di perumahan sini pengamen boleh masuk ya Oma?” tanya Sivia polos.
“Seingat Oma sih nggak…” jawab Oma bingung. Keduanya jadi saling tatap dengan kening berkerut.
“Hei kau gadis cantik yang disana…”
Sivia terkejut. Garis wajahnya langsung menegang. Gadis itu terpaku sesaat. Langsung mengenali lirik lagu itu. Seperti tersengat, Sivia langsung melompat membuat Oma kaget. Ia segera membuka korden dan jendela kamar. Gadis itu terpana, melihat Ray dan Ozy ada di halaman rumah Alvin yang tepat berada di bawah jendela kamar Sivia. Ray membawa sebuah gitar dengan Ozy disampingnya nyengir lebar. Walau sejujurnya dalam hati Ozy merasa lega hanya Sivia yang membuka jendela, bukan tetangga lain karena tadi ia harus meninggikan suara (atau bisa dibilang berteriak) agar nyanyiannya terdengar sampai kamar Sivia. Ozy nyengir lebar, dan kembali melanjutkan nyanyiannya sambil mendongak memandang Sivia yang  terdiam di jendela kamar lantai dua.

"Hei kau gadis cantik yang di sana
apa yang membuatmu jadi sangat menawan
Ku tak tahu apa yang terjadi
tapi kaki ini melangkah menghampirimu…"

Oma mendekat dan berdiri di samping Sivia, mengernyit melihat dua teman Alvin di bawah sana bernyanyi-nyanyi riang. Sivia juga terpaku walau masih tak mengerti. Namun lagu itu… Lagu yang tiba-tiba dinyanyikan seseorang ditelpon pertamanya kala itu. Lagu yang membuat hati Sivia luluh seketika.

"Maaf ku telah mengganggumu
dan merusak hari indahmu
Tapi izinkanlah kali ini
ku senandungkan lagu cinta untukmu,"

Sivia meraba pergelangan tangan kirinya, memegang gelang silver di sana. Gelang ‘spesial’ pemberian dari dia. Entah kenapa hatinya perlahan melambung. Untuk apa Ozy dan Ray menyanyikan lagu itu? Apakah… ini dari ketua mereka?

"Hei gadis manis yang di sana
bantu aku tuk pahami
jelaskan apa yang telah terjadi
kenapa aku jadi begini..."

Tiba-tiba dari arah dalam rumah yang tak terlihat Sivia, ada Alvin, Shilla, Acha, Rio, dan juga Cakka (yang setengah dipaksa harus ikut serta dalam misi mereka itu) bernyanyi mengikuti Ozy sambil membawa sebuah karton di tangan masing-masing. Mereka berdiri berjajar di belakang Ozy dan Ray, lalu dengan kompak mereka mengangkat tangan menunjukkan karton yang diangkat menghadap atas. Milik Rio adalah P, Alvin R, Shilla O, Acha M, dan Cakka adalah tanda tanya.
PROM?
Oma yang ada di sebelah Sivia justru bersorak gembira membuat Sivia agak terkejut dan tersadar dan keterkesimaannya. Oma langsung berbalik dan melangkah keluar, ingin mengetahui lebih dekat dengan cara turun ke bawah. Namun Sivia tetap di tempat. Entah kenapa pipi Sivia bersemu. Walau masih tak mengerti dengan semua ini.
Ketujuh orang itu berhenti bernyanyi. Lalu dengan serempak mereka mengangkat pergelangan tangan kanan mereka dengan kepalan tangan seperti pendukung capres. Tapi mata Sivia langsung menangkap maksud mereka. Di tiap tangan itu, ada gelang spesial….
Sivia menutup bibir dengan telapak tangan, tertegun. Pipi gadis itu makin merona. Ya Tuhan… Jangan-jangan benar dia….
“Sivia?”
Sivia terkejut setengah mati. Ia berbalik, dan makin membeku melihat seorang pemuda jangkung karismatik berdiri di ambang pintu kamarnya, Memegang sebuket bunga mawar merah dengan canggung dan wajah tegang. Ia perlahan mendekat, lalu dengan agak kikuk menyodorkan bunga itu ke hadapan gadis yang sudah berkeringat dingin ditambah jantung bertalu tak karuan.
“Prom with me?” tanya Gabriel tersenyum grogi.
Sivia terdiam. Ia mengalihkan pandangan gugup dan tersipu. Gadis itu menggigit bibir bawah gelisah. “Eung… aku…”
Gabriel menelan ludah. ‘Gue udah insyaf kok…’ batin Gabriel menatap gadis itu hopeless. ‘Gue udah berubah, gue nggak bakal mainin cewek lagi. Bahkan sekarang gue nggak mau natap cewek lain selain lo. Elo ngubah gue. Please percaya sama gue. Gue tahu awal ketemuan kita benar-benar berantakan dan kacau. Gue kurang ajar sama lo. Tapi kali ini gue bener-bener serius kalau gue berubah. Please… jangan tolak gue…’
Kalimat itu berkomat-komat dalam hati Gabriel. Namun bibirnya malah terkatup rapat. Untuk pertama kalinya, ia tak bisa dengan santai mengutarakan isi hati dengan penuh kata cinta di hadapan seorang gadis. Dan untuk pertama kalinya juga, Gabriel takut ditolak seorang perempuan. Kali ini, Gabriel benar-benar ‘kalah telak’.
Sementara di bawah, Rio dan yang lain saling pandang. Alvin melengos, tapi kemudian memberikan kode kepada yang lain. Detik berikutnya, mereka membuat keheningan di antara Gabriel dan Sivia terpecah dan menoleh ke bawah. 

"Hei gadis manis yang di sana
bantu aku tuk pahami
jelaskan apa yang telah terjadi
kenapa aku jadi begini..."

Mereka kembali bernyanyi. Kini lebih nyaring dan riang. Bahkan Oma tiba-tiba datang menyeruak sambil mengacungkan dua jempol dan tersenyum lebar mengangguk pada Sivia. Alvin diam-diam menutup wajah melihat tingkah neneknya yang sudah berusia melebihi setengah abad itu.
“Prom?” tanya Oma semangat sambil menggerakkan tubuh meragakan dansa pesta. Membuat yang lain tertawa. Suasana kaku Sivia dan Gabriel menjadi cair, tertawa geli.
Tapi Alvin justru mendekat ke arah Rio dan bersembunyi di balik punggung sahabatnya itu. Rio malah tertawa dan kembali bernyanyi riang dengan kini ditambah Oma. Tanpa sadar Rio melepas topeng dinginnya. Ia malah tertawa sambil menarik Alvin agar menemani sang Oma yang antusias ikut membantu Gabriel. Alvin segera menarik diri kembali dan menggeleng cepat dengan mata melotot, membuat Rio makin tertawa geli.
Shilla mengomando yang lain mengitari Oma, -Alvin juga ditarik paksa walau sudah malas-malasan tak bersemangat-. Lalu dengan serempak mereka kembali mengangkat kepalan tangan mereka tinggi, menunjukkan gelang ‘spesial’ di tangan masing-masing.
“Prom?” tanya mereka kompak membuat Sivia tersenyum tertahan dengan malu. Gabriel meringis salah tingkah, walau sangat berterima kasih karena setidaknya kepercayaan dirinya kembali datang.
Sivia tersenyum tertahan dengan pipi membara, lalu menatap malu-malu Gabriel yang masih memegang sebuket bunga mawar merah. Sivia dengan perlahan mengangkat pergelangan tangan kirinya, menunjukkan gelang silver disana.
“Prom.” Ucap Sivia tersenyum kecil sambil mengangguk.
Mata Gabriel melebar, tapi sorakan heboh di bawah membuatnya bahkan tak sempat untuk tertegun. Shilla dan Oma justru sudah beriang gembira sambil berdansa bersama. Ozy dan Ray juga ikut bersorak heboh tak mau kalah. Cakka dan Acha hanya kebagian tertawa walau juga ikut bergembira  dengan berisik.
Rio tertawa, walau bingung juga kenapa ia harus membantu Gabriel, musuh bebuyutannya dari SMP. Tapi entah kenapa ada kegembiraan aneh ketika melihat Gabriel berhasil mengajak Sivia ke Prom.
Alvin melengos panjang, memandangi dua wanita di depannya yang sudah berdansa-dansa gembira menyambut keberhasilan misi mereka (walau sebenarnya Oma tak ikut-ikutan di awal). Alvin geleng-geleng saja. Dalam hati, pemuda itu membatin. Bagaimana bisa ia sangat mencintai dua wanita seperti ini?

6 komentar:

  1. Ini keren banget serius deh!!!!!!!!!!!!!! Aku udah baca semuanya. Walaupun partnya banyak yang bolong-bolong :( Kok partnya banyak yang ngilang, thor? Tapi serius deh ini bagus banget ceritanya!!!!!!! Penulisannya rapi banget udah gitu bahasanya ciamik, simple, tapi ngena!!! Keren!!!!!! SUKA BANGET SAMA ALSHILL NYA CIUS DEEEH!!! SO SWEET WALAUPUN SERING BERANTEM! SUKA BANGET DEH SAMA KARAKTERNYA SHILLA DISINI!! <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. yeay terima kasih yaaaaa
      jangan lupa beli versi novelnya ya :D

      Hapus
  2. Endingnya cma gtu aja -_- gk ada kelanjutannya lgi? Ya pdhal pingin berkelanjutan lgi.krna seru banget critanya :(

    BalasHapus
  3. Baru baca ini tahun ini, baca di blog itu memang seterusnya ini

    BalasHapus