Part 26B. Playboy Insyaf
Oik sedang asyik membaca majalah di ruang tengah kala pintu
rumahnya diketuk seseorang. Gadis itu mengangkat alis. Apa itu Agni ya? Karena
tadi Agni pergi keluar bersama Irsyad. Minggu ini keluarga Oik memang sedang
pergi keluar kota. Dan Agni yang menemaninya tinggal beberapa hari di sini.
Gadis itu segera beranjak menuju pintu rumah dan membukakan
pintu begitu saja. Tapi nafasnya langsung tercekat. Tubuhnya membeku mendadak.
Melihat seorang pemuda tampan karismatik berdiri di depan pintu rumah dengan
agak gugup.
"Hei," sapa Cakka tersenyum tipis.
Oik terpaku sesaat. Tapi tak lama tatapannya langsung menajam.
"Cari siapa?" tanyanya dingin tak bersahabat.
Cakka menelan ludah. Merasakan hatinya berdesir pedih.
"Ya kamulah. Siapa lagi?"
Oik mengangkat sebelah alis, "kenapa?"
Cakka menghela nafas, "aku mau minta maaf," tegasnya
yakin. Membuat Oik tersentak.
"Emang lo ada salah apa?" tanya Oik ketus. Belum
juga mau bersahabatan.
"Ik..." Cakka menggaruk kepalanya yang tak gatal,
merasa kikuk. "Maafin aku..." ucapnya memelas.
Oik merapatkan giginya. Tapi gadis itu menggeleng pelan,
mencoba menguatkan diri tak mau luluh. "Sorry. Gue lupa elo ada
salah," ucapnya datar berniat menutup pintu kembali. Tapi Cakka segera
menahannya.
"Aku nyakitin kamu, aku nyiain kamu, dan aku ninggalin
kamu," kata Cakka mengaku membuat Oik tertegun. "Iya, Ik. Aku salah.
Dan aku nyesel," kata Cakka sungguh-sungguh.
Oik mengeratkan genggaman di kenop pintu rumahnya.
"Kamu mau aku lakuin apa? Aku bakal turutin," bujuk
Cakka serius.
Oik makin menajamkan tatapannya pada Cakka, "terjun ke
jurang? Kamu mau?" tanyanya sinis.
Cakka terdiam sejenak, tapi lalu meringis. "Kalau aku
terjun, kan aku mati. Ya gimana mau tahu kamu maafin aku atau nggak,"
ucapnya ngeles. Oik hanya mendelik.
"Ik, beneran aku nyesel. Sekarang juga aku udah
bener-bener insyaf! Gara-gara kamu aku tahu kalau selama ini aku tuh udah
sering nyakitin cewek," aku Cakka merasa bersalah.
Oik mendengus, "baru nyadar? Kemaren kemana aja?"
tanyanya masih sinis.
"Kemaren kena' virus playboynya Iyel," jawab Cakka
asal. "Sekarang bos ku udah insyaf. Ray juga. Mereka udah dapat satu cewek
idaman mereka. Nah, aku maunya sama kamu."
Oik mendelik lagi. Walau rasanya ada yang menggelitik, membuat
ia ingin tersenyum geli. Tapi gadis itu masih gengsi dan memasang wajah dingin.
"Ik, bentar lagi juga kita bakal ujian. Bakal lulus dari
smanra. Aku nggak mau kehilangan kamu buat kedua kalinya. Please, aku
bener-bener sayangnya sama kamu. Dan aku mau kamu yang terakhir di masa putih
abu-abuku," kata Cakka serius.
Oik makin mendelik, "oh. Jadi terakhir di masa putih
abu-abu aja?" ketusnya sebal.
Cakka langsung tersadar dan menempeleng pipinya sendiri.
"Maksudnya, sampai rambutku jadi putih abu-abu," ralatnya segera
sambil meringis.
Oik mencibir, walau bibirnya tersenyum kecil menahan tawa.
Pipinya mulai membara. Membuat Cakka mulai merasa agak melambung.
"Aku nggak tahu ada hubungan apa kamu sama Obiet. Tapi
aku tetep mau berusaha balikan sama kamu," kata Cakka kembali serius.
"Obiet sahabatku, kamu juga tahu, kan?" kata Oik
agak menunduk. Tanpa sadar nadanya mulai melunak.
Cakka menganguk pelan. Dari dulu ia juga tahu Oik dan Obiet
bersahabat dekat. Dan tak ada apapun antar keduanya.
"Eum... jadi..."
"Oik!?"
Cakka mendadak terdiam. Kalimatnya terpotong begitu saja. Oik
juga ikut terkejut. Keduanya menoleh. Dan tertegun. Melihat Agni baru datang
dan menatap Cakka tajam. Di belakang ada Irsyad yang ingin mengantarkan
kekasihnya itu. Splash hitam Irsyad terparkir di depan rumah Oik. Keduanya juga
kaget melihat Cakka sudah ada di teras rumah Oik.
Darah Agni mendidih seketika melihat tampang pemuda itu.
Dengan tergesa ia segera mendekat. Oik menunduk, sementara Cakka menelan ludah
dengan tegang.
"Ngapain lo di sini?" tanya Agni tajam.
"Gue... mau ketemu Oik," jawab Cakka pelan namun
serius.
Agni memicingkan mata, "mau ngapain lagi lo?"
tanyanya setengah membentak.
Irsyad segera mendekat dan berdiri di samping Agni. "Ag,
sabar dulu," katanya mencoba menenangkan.
Agni menoleh, "bilangin temenmu ini ya. Aku nggak suka
dia deketin Oik lagi! Belum puas dia nyakitin sepupu ku!?" marah Agni
meledak. Oik makin menunduk.
Irsyad mendesah. Tapi belum juga menjawab, Agni makin marah
dan kembali menatap Cakka.
"Stok cewek elo udah habis ya? Karena itu lo deketin Oik
lagi?!" marahnya tak terima.
Cakka menarik nafas dalam, dan membalas tatapan Agni serius.
"Gue sayang sama sepupu lo! Maaf atas perbuatan gue waktu itu. Gue
nyesel," tegasnya sungguh-sungguh.
"Cih. Playboy emang gitu ya? Mulutnya manis banget.
Ngomong maaf aja gampang," sindir Agni tajam.
"Agni, kamu dengerin Cakka dulu," bujuk Irsyad
membantu.
"Nggak perlu!" tegas Agni tak mau dibantah. Ia lalu
menoleh pada Oik yang terus menunduk. "Masuk, Ik," perintahnya tegas.
Oik mengepalkan tangan. Agni adalah sepupu terdekatnya. Yang
ia anggap sebagai kakak kandung sendiri. Ia selalu menuruti perintah Agni. Tapi
kenapa saat ini... rasanya ingin membantah ya?
"Oik, masuk," Agni makin menegaskan intonasinya.
Oik menggigit bibir, tapi segera berbalik dan berlari pergi.
Membuat Cakka langsung merasakan sesak amat dalam.
"Sana lo pergi! Enek gue liat muka lo!" usir Agni
membentak, kemudian menoleh pada Irsyad. "Kamu juga pulang. Udah mendung,
kayaknya bentar lagi ujan," kata Agni dengan nada yang langsung berubah
drastis.
"Gue nggak mau pulang sebelum Oik maafin gue!" tegas
Cakka ngotot.
Agni memicingkan mata, "elo emang batu ya! Terserah lo
pulang atau nggak. Tapi jangan lo injekkin kaki di sini!" marah Agni
membentak.
Cakka mengepalkan tangan. Mencoba menahan emosinya.
"Bilangin Oik, gue nunggu dia," tegasnya kemudian membalikkan tubuh
dan melangkah menjauh. Namun pemuda itu berhenti di perkarangan rumah Oik dan
berbalik kembali. Membuat Agni tersentak.
"Kalau elo nggak bolehin gue berdiri di teras lo, gue
berdiri di sini," tegas Cakka serius.
Agni terpana sesaat, tapi lalu tersenyum sinis. "Oh, elo
mau kayak di sinetron-sinetron gitu? Nunggu sambil hujan-hujanan? Elo pikir
ngaruh apa?" tanya Agni ketus.
"Gue nggak peduli. Gue bakal buktiin ke elo kalau gue
serius. Dan gue mau nunggu maaf dari Oik," kata Cakka tegas.
Agni tertegun. Ditatapnya Cakka tajam. "Terserah
lo," katanya datar. Ia lalu menoleh pada Irsyad. "Pulang gih."
Irsyad diam sejenak. "Cakka serius, Ag," katanya masih
mencoba membantu temannya itu.
Agni mendengus, "Aku nggak peduli. Aku cuma nggak mau ada
yang nyakitin saudaraku," tegasnya serius, dan lalu masuk ke dalam rumah
dan menutup pintu rapat.
Irsyad menghela nafas, lalu menoleh pada Cakka yang masih
berdiri tegak.
"Kka, udah mau ujan," kata Irsyad mengingatkan. Awan
hitam mulai mengumpul di atas rumah Oik.
"Gue nggak peduli, Syad," tegas Cakka masih ngotot.
Irsyad mendecak. Perlahan, tetesan dari langit mulai jatuh.
Membuat Irsyad terkejut. Cakka tak berkutik. Perlahan namun pasti, hujan mulai
menjadi deras.
Irsyad mendesah lalu melangkah mendekat dan berdiri di samping
Cakka membuat Cakka terkejut.
"Ngapain lo?" tanya Cakka di tengah hujan yan makin
menjadi.
Irsyad tersenyum sambil memasukkan kedua tangan di saku
celananya. "Kita sahabatan udah tiga tahun. Apa salahnya gue nemenin elo
ujan-ujanan? Kan bisa jadi kenangan kalau kita lulus nanti," jawabnya asal.
Cakka tertegun, tapi lalu tertawa. Ia meninju pelan lengan
Irsyad. "Elo emang sobat gue."
Irsyad tertawa, dan mengikuti Cakka berdiri tegak. Menemani
teman setim basketnya itu.
^^^
Agni membuka pintu, masuk ke dalam kamar Oik di lantai dua.
Gadis itu tersentak. Melihat sepupunya duduk di atas ranjang dan menangis.
"Ik..." Agni segera mendekat. Ia duduk di samping
saudaranya itu dengan cemas.
"Maaf, Ag...." ucap Oik bergetar, membuat kening
Agni berkerut. "Tapi... aku percaya Cakka," katanya menunduk dan
sesenggukan.
Agni tertegun. "Kamu masih sayang?" tanyanya dengan
nada datar.
Oik menarik nafas, dan mengangkat kepala menatap Agni.
"Selalu, Ag..." jawabnya bergetar.
Agni terdiam. Perlahan hati kerasnya mulai meluluh. Bertepatan
kala ia mendengar hujan deras yang turun. Agni dan Oik sama-sama tersentak.
Oik segera bangkit dari ranjang dan berlari ke jendela kamar.
Ia tersentak.
"Agni! Hujan!" kata Oik panik.
Agni menghela nafas, "gue udah ingetin kok. Dia aja
ngotot," jawab Agni cuek.
"Tapi..." Oik berbalik, menatap Agni. "Irsyad
juga kehujanan..."
Agni tersentak. Ia segera melesat ke samping Oik. Dan
terkejut. "Irsyad bego!" umpatnya lalu meraih payung dan berlari
keluar.
^^^
"Irsyad!!!" panggil Agni sambil membuka payung dan
segera berlari mendekat, memayungi kepala Irsyad yang sudah basah kuyup.
"Kamu ngapain sih?" omel Agni segera.
Irsyad tersenyum tenang, "nemenin Cakka."
Agni tenganga, "kamu tuh..." geramnya tertahan, tapi
masih memayungi Irsyad.
"Aku sahabatnya Cakka. Aku bakal bantu dan nemenin
dia," kata Irsyad serius. Membuat Agni tertegun. "Kamu aja bisakan
belain Oik? Nah sekarang giliran aku yang bela Cakka. Karena dia juga sahabat
aku. Ini gunanya sahabat, Ag."
Agni makin terpana. Cakka tersenyum berterima kasih pada
Irsyad walau masih kehujanan.
Tiba-tiba dari dalam rumah Oik berlari keluar dan membuka
payung. Ia melesat dan berhenti di depan Cakka, memayungi pemuda itu membuat
Cakka tersentak.
"Aku nggak mau kamu sakit cuma karena nunggu aku,"
kata Oik ngos-ngosan karena berlari, langsung berkata tanpa ditanya membuat
Cakka tertegun.
Agni makin terdiam melihat itu.
"Ag..." panggil Irsyad membuat Agni menoleh.
"Sebagai sahabat, aku tahu Cakka gimana. Bukan maksud bela, tapi memang
ini kenyataan. Cakka ngerasa kehilangan setelah putus dari Oik. Apalagi waktu
kamu nentang dia. Cakka frustasi," jelas Irsyad membuat Agni, Oik, dan
juga Cakka tertegun. "Kalau kamu nggak percaya sama Cakka, seenggaknya
kamu percaya sama aku. Cakka sayang banget sama Oik. Dan aku jamin itu."
Cakka tertegun. Ia tersenyum berterima kasih pada sahabatnya
itu. Dan entah kenapa ada perasaan bergejolak dalam dadanya. Menyadari ia
beruntung mendapat sahabat-sahabat yang luar biasa. Termasuk Irsyad.
Agni menghela nafas panjang, "semua pilihan ada sama
Oik," katanya pasrah dan mengalah.
Wajah Cakka langsung merekah. Senyumnya melebar bahagia dan
lega.
Agni menoleh pada Irsyad, "ayo kamu masuk. Aku ambilin
handuk," kata Agni segera menarik tangan Irsyad dan memayungi Irsyad
menuju rumahnya.
Irsyad masih sempat menepuk pundak Cakka dan tersenyum penuh
arti.
"Thanks Syad!" ucap Cakka di tengah hujan.
Irsyad mengacungkan jempol dan mengikuti Agni.
Cakka diam sejenak, lalu menoleh pada Oik yang sedang menunduk
dan masih memayunginya.
"Mau masuk juga nggak? Ada baju abang aku, biar kamu
nggak masuk angin," kata Oik salah tingkah dan terus menunduk.
"Bentar lagi ujian, nggak lucu kalau kamu sakit."
Cakka tersenyum kecil, "Kan kalau sakit nanti
diperhatiin. Nggak papa deh," godanya membuat pipi Oik memanas.
"Nggak usah geer deh," elak Oik gugup. "Lagian
sejak kapan Cakka Nuraga bisa sakit karena hujan? Bukannya sering main basket
sambil hujan-hujanan?"
Senyum Cakka melebar, "masih ingat?"
Oik mencibir. Tapi ia lalu melepaskan payungnya begitu saja
dan maju, memeluk tubuh basah Cakka membuat pemuda itu agak terkejut.
"Kalau gitu aku aja yang sakit," bisik gadis itu
bersemu, membuat Cakka tertawa dan membalas peluknya erat.
Sementara itu di dalam rumah, Irsyad tertawa mengintip dari
tirai jendela yang terbuka. Bajunya sudah berganti menjadi baju kakak laki-laki
Oik.
"So sweet banget sih, pelukan di tengah hujan," komentar
Irsyad membuat Agni yang tadi baru saja mengambil handuk basah untuk rambut
Irsyad tersentak. Irsyad menoleh ke arahnya, "dingin-dingin gini emang
enaknya dipeluk sih," katanya nyengir lebar.
Agni mendelik, lalu dengan cepat melempar handuk mengenai
wajah Irsyad tepat. "Peluk tuh bantal!" katanya memeletkan lidah dan
pergi.
Irsyad mencibir saja.
xxxxx
HAI! Terima kasih atas 'BOM' kalian di mention. Maapin yak.
Banyak faktor coy. Ada aja kendala.
Tengkyu untuk yang masih nungguin PMB dan ngingetin ane buat
lanjut. Huahahaha. Maksudnya tuh post part berikutnya novel PMB udah tekirim.
Tapi novel PMBpun juga ngaret gak sesuai jadwal terbit. Ane nyesek to the max
bro.
Oh ya. Untuk pembeli PMB kalau novel udah sampai buruan
laporan ye. Dan jangan kasih tahu juga endingnya gimana :p Walau memang bakal
beda sama cerbung, ya tetep aja jangan bocorin. Karena nanti ada beberapa yang
sama.
next? Doakan cepet yak hahaha
bbye
@aleastri
mba alee aku udh nunggu lama sampe lumutan XD hehe akhirnya dilanjut jugaa,,,, sukses terus ya! ditunggu lanjutannya :D
BalasHapushehe oke thanks :D
Hapuslanjutin ya.....
BalasHapusiya okey :D
Hapus