Sabtu, 15 Februari 2014

Persahabatan Musuh Bebuyutan Part 28B



Part 28B. Alvin!

TINNNNN
Rio segera mengerem sambil menekan klakson panjang. Seorang bocah berkulit putih melintas di depannya begitu saja, hampir saja tertabrak. Bocah itu menolehkan kepala. Wajahnya oriental dan sekitar berusia sepuluh tahun. Ia menunduk takut memohon maaf, dan segera berlari menyeberang lagi.
Rio terdiam. Entah kenapa melihat bocah tadi langsung mengingatkannya pada seseorang.
"Apin..."
Rio meneguk ludah. Ia menggelengkan kepala, mencoba mengenyahkan pikiran itu. Karena masih ada satu masalah yang harus ia selesaikan. Namun entah kenapa, hatinya perlahan mulai merasa tak nyaman. Dan bayang wajah Alvin terngiang dalam benaknya.

^^^

"STOPPP!!!! SION!!!! GUE MOHON STOP GUE MOHON!!!" teriak Shilla tak bisa lagi menahan suaranya yang sedari tadi histeris.
Sion tak mendengarkan. Ia kini duduk di atas Alvin dan memukul pemuda itu brutal. Shilla terus-terusan mencoba menarik lengan Sion namun dengan kasar Sion menepisnya membuat Shilla sering terjatuh, namun berkali-kali segera bangkit lagi memisahkan Sion dari Alvin.
"Koko!" teriak Acha ikut histeris dan refleks bergerak mendekat dengan cepat. Ozy juga ikut berlari bersama Ray dan yang lain.
"Sion lepasin!" bentak  Ozy mencoba menarik Sion tapi Sion lagi-lagi mendorongnya menjauh.
Seperti kerasukan, Sion tak urung menghentikan tangannya. Walau wajah Alvin sudah memar babak belur dan darah juga mengalir dari pelipis ataupun bibirnya. Bahkan Alvin sudah terkapar tak berdaya. Ia mencoba menepis dengan lemah, namun kedua mata sipit itu seperti tak mampu terbuka lagi. Alvin mencoba mempertahankan kesadaran, tapi ia harus akui Sion memang pertarung yang patut paling ditakuti di smanra.
"Sion gue mohon lepasin..." Shilla makin menangis histeris sambil memegangi lengan Sion kuat. Acha dan Ozy juga mencoba menarik Sion menjauh.
Ray dan yang lain masih membeku melihat kondisi Alvin yang benar-benar K.O. Tapi mereka segera tersadar dan ikut memisahkan keduanya. Sion masih mengamuk ketika Cakka, Dayat, Irsyad, serta siswa lain menariknya menjauh dari Alvin. Mereka segera menyingkirkan Sion jauh-jauh.
Shilla segera mendekat dan mengangkat kepala Alvin yang sudah dipenuhi darah dan memar warna biru keunguan. Tangis gadis itu makin deras tak bisa ditahan. Alvin sudah benar-benar hilang kekuatan. Bukan hanya wajah, tubuhnya juga memar dan berdarahan. Matanya sayu agak terbuka dengan mulut yang ingin berucap namun tak mampu bergerak. Acha terduduk lemas di samping Shilla, ikut menangis melihat keadaan Alvin.
"Ambil kotak p3k! Handuk, sapu tangan, air anget, atau apapun cepetan!" perintah Ozy panik pada tim cheers yang terbungkam melihat kondisi Alvin. Tapi mendengar nada tinggi dari Ozy membuat mereka refleks menurut dan berlarian panik.
"Kita bawa ke rumah sakit aja!" kata Acha menangis panik, lalu kembali menoleh pada Alvin yang bernafas lelah. "Koko bertahan ya, tahan sebentar."
Alvin memejamkan mata sekilas, dan mencoba membukanya lagi. Badannya berdenyut semua, merintih sakit. Ia menatap gadis yang menangis deras sedang memangku kepalanya. Alvin dapat melihat lengan Shilla terluka karena terjatuh berkali-kali untuk melindunginya dari Sion. Tangan Alvin perlahan bergerak, meraih jemari Shilla yang dingin memegang wajah dan kepala Alvin. Shilla agak tersentak, dan menatap Alvin dengan mata nanar. Alvin merasakan nafasnya terasa lambat. Sulit sekali untuk mendapatkan oksigen. Ia menatap sepasang bola mata Shilla dalam, lalu menggerakkan kepala perlahan sambil berkedip. Seakan memberi isyarat. Shilla mengerti. Gadis itu masih sambil sesenggukkan mendekatkan wajahnya. Alvin memejamkan mata, dan dengan lembut merapatkan bibir di pipi Shilla. Memberikan kecupan hangat. Shilla agak terkejut, dan menoleh kaget. Alvin menatapnya sayu dan lelah. Dengan senyuman tipis di wajah tampannya. Namun perlahan, kedua mata itu memejam. Shilla diam, memandangi Alvin. Tapi Alvin tak bergerak lagi. 
"Ko? Koko!!!" panggil Acha panik sambil menggoyang kaki Alvin. Tapi kedua mata itu masih menutup rapat.
"BAWA ALVIN KE RUMAH SAKIT! SIAPAPUN BANTU GUE BAWA ALVIN KE RUMAH SAKIT!" teriak Ozy panik dan histeris.
Para siswa yang awalnya menyiram Sion dengan air untuk menyadarkan pemuda itu dari kekhilafannya, menoleh kaget. Para anggota cheers yang tadi mengambil kota p3k dan lainnya juga makin berlari mendekat mendengar teriakan panik Ozy itu.
Shilla masih membeku menatap Alvin yang belum juga bergerak. Jantung Shilla mulai melemah dengan nafas tertahan. Tapi tak lama tangis gadis itu kembali tumpah. Ia memeluk Alvin erat. Tak berkata apapun lagi. Hanya menumpahkan tangis deras. Shilla seperti kehilangan akal. Yang ia tahu ia hanya ingin memeluk Alvin seerat mungkin sekarang. Tak peduli pada Acha yang terus memanggili nama Alvin, Ozy yang panik, tim cheers dan para siswa yang berlarian, ataupun beberapa yang masih mengurusi Sion. Shilla tak peduli. Ia hanya ingin memeluk Alvin sekarang juga.
Sore itu. Di lapangan basket SMA Nusantara yang hanya dipenuhi sebagian muridnya. Kejadian tragis yang akan tak pernah dilupa telah terjadi.

^^^

Sivia dan Gabriel berlari kalut di koridor rumah sakit itu. Gabriel bahkan sampai menabrak seorang perawat tapi ia tak memedulikan dan terus berlari dengan tangan menggenggam jemari dingin Sivia. Wajah Sivia sudah pucat pasi. Ia melafalkan doa dalam hati dengan panik dan terus berlari menuju ruangan itu. UGD.
Shilla yang bersandar di pintu UGD, masih menangis sesenggukan. Ia sedari tadi diam tak mau berbicara dan terus menangis. Acha wajahnya sudah kuyuh dan sembab, duduk lemas di deretan kursi depan UGD. Ozy juga ada di sana. Berjalan bolak-balik dengan gelisah tak nyaman.
Mendengar suara derap langkah, mereka menoleh. Sivia dan Gabriel segera mendekat.
"Sorry gue baru datang," kata Gabriel terengah-engah. "Tadi gue ke smanra, dan udah tahu semua. Gue juga udah beresin Sion. Gimana Alvin?" tanya Gabriel panik dan cemas. Sebelumnya Gabriel dan Sivia memang sudah ke smanra. Tapi yang ada justru para siswa yang seakan sedang menjaga Sion yang sedang basah kuyup terduduk di tepi lapangan. Para tim cheers sudah memutuskan pulang, karena ngeri membayangkan kalau-kalau Sion kembali mengamuk seperti tadi. Benar-benar kalut, Sion seperti kerasukan dan menjadi orang lain ketika ia memukuli Alvin dengan brutal. Ketika diceritakan itu oleh Cakka, badan Sivia langsung melemas. Gadis itu dengan emosi mendatangi Sion dan ingin mendaratkan tamparan keras. Namun Gabriel segera menahannya. Pemuda jangkung itu tak berkata apapun, hanya menatap Sion datar. Sion yang sejak disiram air oleh teman-temannya memang sudah sadar apa yang dilakukannya di luar batas dan bisa saja membunuh Alvin, tak bisa berkata apapun. Apalagi Gabriel satu-satunya murid smanra yang ia hormati. Gabriel terlalu baik padanya. Gabriel selalu membantunya. Gabriel selalu melindunginya. Dan Gabriel selalu mampu menahan gejolak emosi Sion. Bukannya tak bisa melawan Gabriel, Sion hanya tak pernah mau. Jadi selama ini ia sangat setuju jika Gabriel dinobatkan sebagai 'ketua' di sekolah. Dan saat Gabriel menatapnya datar seperti sekarang, Sion benar-benar tak bisa berkutik. Justru kediaman Gabriel tanpa perlawanan fisik menunjukkan jelas betapa marahnya pemuda itu.
"Gue nggak akan ngebela lo kali ini," ucap Gabriel datar ketika Sion menatapnya, "dan gue adalah orang pertama yang ngelempar lo ke penjara kalau nyawa Alvin hilang atas kelakuan lo." Dan setelah itu Gabriel segera menarik Sivia pergi, menuju rumah sakit. Tak berkata apapun lagi, tapi sudah mampu membuat Sion gemetar.
"Belum ada kabar, Yel," jawab Ozy mendesah berat menjawab pertanyaan Gabriel tadi. Karena di depan UGD itu, hanya Ozylah yang bisa menjawab.
"Memangnya separah apa? Gue tahu Sion kalau emosi di luar kendali, tapi kenapa sampai masuk rumah sakit gini?" tanya Gabriel mewakilkan Sivia yang makin memucat gelisah.
Ozy mendecak. Ia menggerakan kepala pada Acha yang menunduk di bangku, lalu menoleh pada Shilla yang terus sesenggukan dalam diam. Ozy memandang Gabriel lagi. "Mungkin sikap dua cewek ini bisa wakilin jawaban gue..." kata Ozy tak sanggup menjelaskan rinci bagaimana kondisi Alvin tadi.
Sivia menutup mulut dengan telapak tangan. Gadis itu merasa shock seketika. Tapi ia tak diam saja. Dengan cepat dan gemetar Sivia mengambil hapenya, segera menghubungi keluarga.
Gabriel menghela nafas panjang, lalu perlahan mendekati Shilla yang terus menutup mulut. Merasakan bayangan di depannya, Shilla mendongak perlahan. Mata bengkak dan basah gadis itu sudah memerah nanar. Ia hanya diam saja. Terisak menatap Gabriel yang memandangnya nelangsa. Gabriel mendesah pelan, tapi kemudian menarik kepala Shilla dan merangkul sahabatnya itu hangat.
"Dia bakal baik-baik aja. Dia itu kuat," kata Gabriel mencoba menenangkan.
Shilla tak menyahut. Namun air matanya kembali pecah. Gadis itu menaruh kepala di dada Gabriel yang jangkung, dan menumpahkan tangis di sana. Gabriel tak berkata apapun. Hanya mengusap rambut panjang Shilla lembut, mencoba menenangkannya.
"Zy..."
Ozy terkejut dan menoleh. Sivia dengan gemetar memanggilnya. Hidung gadis itu sudah merah. Ia menyodorkan hapenya ke depan Ozy. Sivia seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi sepertinya tenggorokannya tercekat hingga gadis itu hanya menatap Ozy penuh arti.
"Tolong..." pinta Sivia bergetar.
Ozy menipiskan bibir, mengerti. Ia menerima hape Sivia, dan mendekatkannya ke samping telinga. "Halo Om? Ee ini Ozy," kata Ozy mewakilkan Sivia yang kini ikut mendekat ke pintu UGD.
Sivia mendorong pintu yang tertutup rapat itu. Namun tak bisa. Gadis itu merutuk dan mencoba menahan tangis.
"Aku mau masuk..." kata Sivia bergetar dengan mata yang mulai berembun penuh.
Gabriel yang kini di sampingnya, menoleh. "Sabar Vi..." ucapnya lembut, "berdoa aja..."
Shilla yang mendengar itu memejamkan mata rapat, membuat bulir air matanya kembali menetes.
Sivia memegang pintu UGD dengan tatapan kosong. Seakan bisa menembus dinding, hatinya berbisik kepada Alvin.
'Aku sudah larang kamu untuk berantem, kan? Berapa kali aku marah karena perilaku burukmu ini? Kamu saudaraku, Vin. Kamu kakakku. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa...' batin Sivia menahan agar tangisnya tak tumpah. 'Kamu selalu bilang kalau kamu pasti baik-baik aja. Kamu terlalu percaya diri! Liat sekarang, kan? Karena nggak bisa nahan emosi untuk berantem, kamu malah masuk UGD...'
Sivia merasakan ada yang mengalir di pipi bulatnya. Ia segera mengusap dan berusaha tetap tegar. Gadis itu menarik nafas, mencoba menguasai diri. Tidak. Alvin pasti baik-baik saja. Tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi padanya. Sivia harus percaya. Sivia tak boleh berpikir negatif. Alvin pasti baik-baik saja.
Perlahan, Sivia merasakan jemarinya digenggam seseorang. Membuat gadis itu menoleh. Gabriel menatapnya lembut, masih dengan satu tangan menenangkan Shilla. Gabriel tak berkata apapun. Hanya menatap Sivia penuh arti.
Sivia juga tak berkata apapun. Ia menatap Gabriel dengan mata basah. Tapi kemudian menunduk, menahan isaknya lagi. Dalam hati gadis itu berdoa setulus hati. Semoga Tuhan memberikan kekuatan pada sepupunya itu.
Berkilo meter dari suasana cemas dan takut di depan ruangan UGD, sebuah Honda Jazz putih melaju kencang ke dalam sebuah perumahan. Namun tak lama sang pengemudi menepikan mobil, dan menginjak rem. Pemuda itu terdiam sendiri di dalam mobilnya. Ia agak mengernyit. Entah mengapa perasaannya tak nyaman sedari tadi.
Rio menggerakan kepala perlahan ke arah kanannya, menatap rumah cokelat bertingkat dua tepat di seberangnya. Pemuda itu meneguk ludah. Firasat tak enak ini... karena ia akan memasuki rumah itu kah? Atau ada hal lain yang lebih menakutkan akan terjadi?

xxxxx

Huahahahaha sorry to say ya. Setelah ngaret yg sangat long long long time, eh datang malah part 'ginian' berturut-turut. Hehehe semoga feelnya masih ada ya karena kan udah lama banget ceritanya, pasti udah lupa deh hehe.
Kalau ada yang sering baca #bocorancerbung PMB di ALders atau di twitku, pasti agak bingung. Hehe karena ceritanya diubah dikit. Tepatnya ditambahin sih. Adegan Alvin masuk rumah sakit ini nih yang beda. Awalnya GabrielSivia datang ke smanra dan ngelerai, udah kelar. Tapi kayanya kurang aja gitu, jadi deh aku buat Alvinnya sekarat .-.v
Part 29 judulnya... "Rio!"
Hahaha kalau 28 judulnya "Alvin!" next jadi nama Rio. Jadi makin drama gitudeyyyyy
Kalau waktunya kapan, doain aja cepet ya aku nggak mau janji lagi deh nanti dicap macem2 lagi :p *ngelirikseorangalders*
And btw, Happy #setahunALders !

@aleastri




1 komentar: