Part 28B. Alvin!
TINNNNN
Rio segera mengerem sambil menekan
klakson panjang. Seorang bocah berkulit putih melintas di depannya begitu saja,
hampir saja tertabrak. Bocah itu menolehkan kepala. Wajahnya oriental dan
sekitar berusia sepuluh tahun. Ia menunduk takut memohon maaf, dan segera
berlari menyeberang lagi.
Rio terdiam. Entah kenapa melihat bocah
tadi langsung mengingatkannya pada seseorang.
"Apin..."
Rio meneguk ludah. Ia menggelengkan
kepala, mencoba mengenyahkan pikiran itu. Karena masih ada satu masalah yang
harus ia selesaikan. Namun entah kenapa, hatinya perlahan mulai merasa tak
nyaman. Dan bayang wajah Alvin terngiang dalam benaknya.
^^^
"STOPPP!!!! SION!!!! GUE MOHON STOP
GUE MOHON!!!" teriak Shilla tak bisa lagi menahan suaranya yang sedari
tadi histeris.
Sion tak mendengarkan. Ia kini duduk di
atas Alvin dan memukul pemuda itu brutal. Shilla terus-terusan mencoba menarik
lengan Sion namun dengan kasar Sion menepisnya membuat Shilla sering terjatuh,
namun berkali-kali segera bangkit lagi memisahkan Sion dari Alvin.
"Koko!" teriak Acha ikut
histeris dan refleks bergerak mendekat dengan cepat. Ozy juga ikut berlari
bersama Ray dan yang lain.
"Sion lepasin!" bentak Ozy mencoba menarik Sion tapi Sion lagi-lagi
mendorongnya menjauh.
Seperti kerasukan, Sion tak urung menghentikan
tangannya. Walau wajah Alvin sudah memar babak belur dan darah juga mengalir
dari pelipis ataupun bibirnya. Bahkan Alvin sudah terkapar tak berdaya. Ia
mencoba menepis dengan lemah, namun kedua mata sipit itu seperti tak mampu
terbuka lagi. Alvin mencoba mempertahankan kesadaran, tapi ia harus akui Sion
memang pertarung yang patut paling ditakuti di smanra.
"Sion gue mohon lepasin..."
Shilla makin menangis histeris sambil memegangi lengan Sion kuat. Acha dan Ozy
juga mencoba menarik Sion menjauh.
Ray dan yang lain masih membeku melihat
kondisi Alvin yang benar-benar K.O. Tapi mereka segera tersadar dan ikut
memisahkan keduanya. Sion masih mengamuk ketika Cakka, Dayat, Irsyad, serta
siswa lain menariknya menjauh dari Alvin. Mereka segera menyingkirkan Sion
jauh-jauh.
Shilla segera mendekat dan mengangkat
kepala Alvin yang sudah dipenuhi darah dan memar warna biru keunguan. Tangis
gadis itu makin deras tak bisa ditahan. Alvin sudah benar-benar hilang
kekuatan. Bukan hanya wajah, tubuhnya juga memar dan berdarahan. Matanya sayu
agak terbuka dengan mulut yang ingin berucap namun tak mampu bergerak. Acha
terduduk lemas di samping Shilla, ikut menangis melihat keadaan Alvin.
"Ambil kotak p3k! Handuk, sapu
tangan, air anget, atau apapun cepetan!" perintah Ozy panik pada tim
cheers yang terbungkam melihat kondisi Alvin. Tapi mendengar nada tinggi dari
Ozy membuat mereka refleks menurut dan berlarian panik.
"Kita bawa ke rumah sakit aja!"
kata Acha menangis panik, lalu kembali menoleh pada Alvin yang bernafas lelah.
"Koko bertahan ya, tahan sebentar."
Alvin memejamkan mata sekilas, dan
mencoba membukanya lagi. Badannya berdenyut semua, merintih sakit. Ia menatap
gadis yang menangis deras sedang memangku kepalanya. Alvin dapat melihat lengan
Shilla terluka karena terjatuh berkali-kali untuk melindunginya dari Sion.
Tangan Alvin perlahan bergerak, meraih jemari Shilla yang dingin memegang wajah
dan kepala Alvin. Shilla agak tersentak, dan menatap Alvin dengan mata nanar.
Alvin merasakan nafasnya terasa lambat. Sulit sekali untuk mendapatkan oksigen.
Ia menatap sepasang bola mata Shilla dalam, lalu menggerakkan kepala perlahan
sambil berkedip. Seakan memberi isyarat. Shilla mengerti. Gadis itu masih
sambil sesenggukkan mendekatkan wajahnya. Alvin memejamkan mata, dan dengan
lembut merapatkan bibir di pipi Shilla. Memberikan kecupan hangat. Shilla agak
terkejut, dan menoleh kaget. Alvin menatapnya sayu dan lelah. Dengan senyuman
tipis di wajah tampannya. Namun perlahan, kedua mata itu memejam. Shilla diam,
memandangi Alvin. Tapi Alvin tak bergerak lagi.
"Ko? Koko!!!" panggil Acha
panik sambil menggoyang kaki Alvin. Tapi kedua mata itu masih menutup rapat.
"BAWA ALVIN KE RUMAH SAKIT! SIAPAPUN
BANTU GUE BAWA ALVIN KE RUMAH SAKIT!" teriak Ozy panik dan histeris.
Para siswa yang awalnya menyiram Sion
dengan air untuk menyadarkan pemuda itu dari kekhilafannya, menoleh kaget. Para
anggota cheers yang tadi mengambil kota p3k dan lainnya juga makin berlari
mendekat mendengar teriakan panik Ozy itu.
Shilla masih membeku menatap Alvin yang
belum juga bergerak. Jantung Shilla mulai melemah dengan nafas tertahan. Tapi
tak lama tangis gadis itu kembali tumpah. Ia memeluk Alvin erat. Tak berkata
apapun lagi. Hanya menumpahkan tangis deras. Shilla seperti kehilangan akal.
Yang ia tahu ia hanya ingin memeluk Alvin seerat mungkin sekarang. Tak peduli
pada Acha yang terus memanggili nama Alvin, Ozy yang panik, tim cheers dan para
siswa yang berlarian, ataupun beberapa yang masih mengurusi Sion. Shilla tak
peduli. Ia hanya ingin memeluk Alvin sekarang juga.
Sore itu. Di lapangan basket SMA
Nusantara yang hanya dipenuhi sebagian muridnya. Kejadian tragis yang akan tak
pernah dilupa telah terjadi.
^^^
Sivia dan Gabriel berlari kalut di
koridor rumah sakit itu. Gabriel bahkan sampai menabrak seorang perawat tapi ia
tak memedulikan dan terus berlari dengan tangan menggenggam jemari dingin
Sivia. Wajah Sivia sudah pucat pasi. Ia melafalkan doa dalam hati dengan panik
dan terus berlari menuju ruangan itu. UGD.
Shilla yang bersandar di pintu UGD, masih
menangis sesenggukan. Ia sedari tadi diam tak mau berbicara dan terus menangis.
Acha wajahnya sudah kuyuh dan sembab, duduk lemas di deretan kursi depan UGD. Ozy
juga ada di sana. Berjalan bolak-balik dengan gelisah tak nyaman.
Mendengar suara derap langkah, mereka
menoleh. Sivia dan Gabriel segera mendekat.
"Sorry gue baru datang," kata
Gabriel terengah-engah. "Tadi gue ke smanra, dan udah tahu semua. Gue juga
udah beresin Sion. Gimana Alvin?" tanya Gabriel panik dan cemas.
Sebelumnya Gabriel dan Sivia memang sudah ke smanra. Tapi yang ada justru para
siswa yang seakan sedang menjaga Sion yang sedang basah kuyup terduduk di tepi
lapangan. Para tim cheers sudah memutuskan pulang, karena ngeri membayangkan
kalau-kalau Sion kembali mengamuk seperti tadi. Benar-benar kalut, Sion seperti
kerasukan dan menjadi orang lain ketika ia memukuli Alvin dengan brutal. Ketika
diceritakan itu oleh Cakka, badan Sivia langsung melemas. Gadis itu dengan
emosi mendatangi Sion dan ingin mendaratkan tamparan keras. Namun Gabriel
segera menahannya. Pemuda jangkung itu tak berkata apapun, hanya menatap Sion
datar. Sion yang sejak disiram air oleh teman-temannya memang sudah sadar apa yang
dilakukannya di luar batas dan bisa saja membunuh Alvin, tak bisa berkata
apapun. Apalagi Gabriel satu-satunya murid smanra yang ia hormati. Gabriel
terlalu baik padanya. Gabriel selalu membantunya. Gabriel selalu melindunginya.
Dan Gabriel selalu mampu menahan gejolak emosi Sion. Bukannya tak bisa melawan
Gabriel, Sion hanya tak pernah mau. Jadi selama ini ia sangat setuju jika
Gabriel dinobatkan sebagai 'ketua' di sekolah. Dan saat Gabriel menatapnya
datar seperti sekarang, Sion benar-benar tak bisa berkutik. Justru kediaman
Gabriel tanpa perlawanan fisik menunjukkan jelas betapa marahnya pemuda itu.
"Gue nggak akan ngebela lo kali
ini," ucap Gabriel datar ketika Sion menatapnya, "dan gue adalah
orang pertama yang ngelempar lo ke penjara kalau nyawa Alvin hilang atas
kelakuan lo." Dan setelah itu Gabriel segera menarik Sivia pergi, menuju
rumah sakit. Tak berkata apapun lagi, tapi sudah mampu membuat Sion gemetar.
"Belum ada kabar, Yel," jawab
Ozy mendesah berat menjawab pertanyaan Gabriel tadi. Karena di depan UGD itu,
hanya Ozylah yang bisa menjawab.
"Memangnya separah apa? Gue tahu
Sion kalau emosi di luar kendali, tapi kenapa sampai masuk rumah sakit
gini?" tanya Gabriel mewakilkan Sivia yang makin memucat gelisah.
Ozy mendecak. Ia menggerakan kepala pada
Acha yang menunduk di bangku, lalu menoleh pada Shilla yang terus sesenggukan
dalam diam. Ozy memandang Gabriel lagi. "Mungkin sikap dua cewek ini bisa
wakilin jawaban gue..." kata Ozy tak sanggup menjelaskan rinci bagaimana
kondisi Alvin tadi.
Sivia menutup mulut dengan telapak
tangan. Gadis itu merasa shock seketika. Tapi ia tak diam saja. Dengan cepat
dan gemetar Sivia mengambil hapenya, segera menghubungi keluarga.
Gabriel menghela nafas panjang, lalu
perlahan mendekati Shilla yang terus menutup mulut. Merasakan bayangan di
depannya, Shilla mendongak perlahan. Mata bengkak dan basah gadis itu sudah
memerah nanar. Ia hanya diam saja. Terisak menatap Gabriel yang memandangnya
nelangsa. Gabriel mendesah pelan, tapi kemudian menarik kepala Shilla dan
merangkul sahabatnya itu hangat.
"Dia bakal baik-baik aja. Dia itu
kuat," kata Gabriel mencoba menenangkan.
Shilla tak menyahut. Namun air matanya
kembali pecah. Gadis itu menaruh kepala di dada Gabriel yang jangkung, dan
menumpahkan tangis di sana. Gabriel tak berkata apapun. Hanya mengusap rambut
panjang Shilla lembut, mencoba menenangkannya.
"Zy..."
Ozy terkejut dan menoleh. Sivia dengan
gemetar memanggilnya. Hidung gadis itu sudah merah. Ia menyodorkan hapenya ke
depan Ozy. Sivia seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi sepertinya
tenggorokannya tercekat hingga gadis itu hanya menatap Ozy penuh arti.
"Tolong..." pinta Sivia
bergetar.
Ozy menipiskan bibir, mengerti. Ia
menerima hape Sivia, dan mendekatkannya ke samping telinga. "Halo Om? Ee
ini Ozy," kata Ozy mewakilkan Sivia yang kini ikut mendekat ke pintu UGD.
Sivia mendorong pintu yang tertutup rapat
itu. Namun tak bisa. Gadis itu merutuk dan mencoba menahan tangis.
"Aku mau masuk..." kata Sivia
bergetar dengan mata yang mulai berembun penuh.
Gabriel yang kini di sampingnya, menoleh.
"Sabar Vi..." ucapnya lembut, "berdoa aja..."
Shilla yang mendengar itu memejamkan mata
rapat, membuat bulir air matanya kembali menetes.
Sivia memegang pintu UGD dengan tatapan
kosong. Seakan bisa menembus dinding, hatinya berbisik kepada Alvin.
'Aku sudah larang kamu untuk berantem, kan? Berapa kali aku
marah karena perilaku burukmu ini? Kamu saudaraku, Vin. Kamu kakakku. Aku nggak
mau kamu kenapa-kenapa...' batin Sivia menahan agar
tangisnya tak tumpah. 'Kamu selalu bilang
kalau kamu pasti baik-baik aja. Kamu terlalu percaya diri! Liat sekarang, kan?
Karena nggak bisa nahan emosi untuk berantem, kamu malah masuk UGD...'
Sivia merasakan ada yang mengalir di pipi
bulatnya. Ia segera mengusap dan berusaha tetap tegar. Gadis itu menarik nafas,
mencoba menguasai diri. Tidak. Alvin pasti baik-baik saja. Tidak akan ada hal
buruk yang akan terjadi padanya. Sivia harus percaya. Sivia tak boleh berpikir
negatif. Alvin pasti baik-baik saja.
Perlahan, Sivia merasakan jemarinya
digenggam seseorang. Membuat gadis itu menoleh. Gabriel menatapnya lembut,
masih dengan satu tangan menenangkan Shilla. Gabriel tak berkata apapun. Hanya
menatap Sivia penuh arti.
Sivia juga tak berkata apapun. Ia menatap
Gabriel dengan mata basah. Tapi kemudian menunduk, menahan isaknya lagi. Dalam
hati gadis itu berdoa setulus hati. Semoga Tuhan memberikan kekuatan pada
sepupunya itu.
Berkilo meter dari suasana cemas dan
takut di depan ruangan UGD, sebuah Honda Jazz putih melaju kencang ke dalam
sebuah perumahan. Namun tak lama sang pengemudi menepikan mobil, dan menginjak
rem. Pemuda itu terdiam sendiri di dalam mobilnya. Ia agak mengernyit. Entah
mengapa perasaannya tak nyaman sedari tadi.
Rio menggerakan kepala perlahan ke arah
kanannya, menatap rumah cokelat bertingkat dua tepat di seberangnya. Pemuda itu
meneguk ludah. Firasat tak enak ini... karena ia akan memasuki rumah itu kah?
Atau ada hal lain yang lebih menakutkan akan terjadi?
xxxxx
Huahahahaha sorry to say ya. Setelah
ngaret yg sangat long long long time, eh datang malah part 'ginian'
berturut-turut. Hehehe semoga feelnya masih ada ya karena kan udah lama banget
ceritanya, pasti udah lupa deh hehe.
Kalau ada yang sering baca #bocorancerbung
PMB di ALders atau di twitku, pasti agak bingung. Hehe karena ceritanya diubah
dikit. Tepatnya ditambahin sih. Adegan Alvin masuk rumah sakit ini nih yang
beda. Awalnya GabrielSivia datang ke smanra dan ngelerai, udah kelar. Tapi
kayanya kurang aja gitu, jadi deh aku buat Alvinnya sekarat .-.v
Part 29 judulnya... "Rio!"
Hahaha kalau 28 judulnya
"Alvin!" next jadi nama Rio. Jadi makin drama gitudeyyyyy
Kalau waktunya kapan, doain aja cepet ya
aku nggak mau janji lagi deh nanti dicap macem2 lagi :p *ngelirikseorangalders*
And btw,
Happy #setahunALders !
@aleastri
semoga lanjutannya cepet di post kan...
BalasHapus