Rabu, 30 Januari 2013

Bintang Super Mario Part 3



Part 3: He's Back!

"Oh.... oke oke. Jadi... maksud lo, Gabriel itu, sahabat kecil lo?" tanya Acha setelah Ify selesai menceritakan hari kemarin bersama Gabriel.
Ify mengangguk sambil terus melangkah di koridor sekolahnya pagi ini. "Gue nggak nyangka banget deh. Padahal dulu ya, Bintang itu pendiam, kalem, nggak neko-neko gitu. Lah sekarang? Dia keren bangeeettt!!!" cerita Ify tertahan.
"Ya ampun Fy... lo udah kayak pilem-pilem deh. So sweet bener," kata Acha geleng-geleng.
Ify tertawa, "eh berarti, nanti kelanjutan ceritanya gue sama Gabriel bakal jadian ya? Ya kan?" tanya Ify berharap sambil nyengir lebar.
"Yeee maunya elo," kata Acha mendorong Ify.
Tapi karena Ify belum siap, gadis itu limbung seketika membuat Acha melotot. Ify menjerit dan hampir saja terjatuh, kalau tidak segera secepat angin bayang seseorang datang dan menahan tubuh Ify dengan sigap. Membuat Acha melongo seketika. Kini pemuda itu sudah menahan tubuh Ify layaknya film-film. Ya ampun... hidup Ify memang sudah diskenario kali ya? Persis kayak di film-film lagi nih!
Ify menoleh, tapi segera menegakkan tubuh kembali. "Eh, sorry Zy, sorry. Acha nih dorong gue!" kata Ify menunjuk Acha membuat Acha tersadar segera.
"Ya elo juga, gue dorong dikit aja udah loyo," balas Acha membela diri. Ify menggeram, dengan pipi yang sudah memerah karena tadi pemuda itu menangkapnya tepat.
Pemuda manis dengan behel biru tersebut, Ozy, tersenyum. "Nggak papa kok Sa. Tadi gue refleks nahan elo pas liat lo mau jatoh," jawab Ozy yang memang biasa memanggil Ify itu Alyssa.
"Thanks Zy. Hehe," kata Ify cengengesan tak jelas.
"OJIIII!!!"
Sontak, ketiga orang itu terkejut dan refleks menoleh. Seorang pemuda berlari cepat mendekat. Tapi karena terlalu cepat, ia sampai tak bisa segera mengerem larinya. Ify yang sadar dirinya tepat menjadi 'alur' lari pemuda itu, melebarkan mata.
"HUUAAAAHHH."
BUK
"ADUH!"
Pemuda itu sudah menubruk Ify sampai membuatnya terjatuh, dan kini menimpa tubuh kurus Ify. Ify menjerit keras, lalu menoleh ke arah pemuda itu.
"AARRRGGHHH!!!" teriak Ify menggelegar, lalu segera mendorong pemuda itu membuatnya terkejut dan pasrah terjatuh ke belakang.
"HE! ELO CARI MATI YA?! APA-APAAN SIH?!" amuk Ify emosi, sambil mengusap-usap lengannya, seakan-akan pemuda itu najis bagi tubuhnya.
"Gue nggak sengaja," sahut pemuda itu agak kesakitan karena dorongan keras Ify tadi. Dan agak kesusahan mengubah posisi jadi duduk.
"Kayak anak kecil sih! Ngapain coba lari-lari di sekolah? Lo pikir lagi lomba lari ya? Bego dasar," marah Ify mengumpat, membuat pemuda itu mendelik dan jadi tersulut emosinya.
"He! Cewek mulutnya kasar banget sih lo! Guekan nggak sengaja!" bentak cowok itu jadi marah.
"Emang lo bego! Ngapain pake' nimpa gue segala! Lo pikir badan lo itu ringan apa? Otak lo aja tuh yang ringan sangking kecilnya!" amuk Ify menunjuk kepala pemuda itu.
"He lo sapu lidi rese ya!" umpat pemuda itu melihat tubuh kurus Ify.
Ify melotot geram, "lo cari mati sama gue?!" amuknya sudah ingin maju.
"Eh eh Fy..." tahan Acha segera yang sebelumnya hanya bisa bengong.
Ozy yang sebelumnya juga bengong ikut melerai. Pemuda tampan sawo matang itu juga akan maju tak takut. Tapi karena ditengahi Acha dan Ozy, Ify dan pemuda itu hanya bisa saling mengumpat kesal satu sama lain. Beberapa orang mulai memerhatikan 'pertunjukkan' pagi itu.
"Aduh Yo, udah deh lo kayak anak kecil," kata Ozy sambil menarik paksa temannya itu berdiri kembali.
"Fy, udah Fy, ini di koridor," ucap Acha sambil juga menarik Ify berdiri.
Pemuda itu dan Ify berdiri, lalu menatap tajam satu sama lain.
"Sa, sorry ya. Temen gue emang gini nih," kata Ozy meminta maaf, membuat temannya itu mendelik sebal.
"Kalau bawa temen tuh yang bener dong Zy!" sahut Ify kesal, lalu melotot geram ke arah pemuda jangkung itu. Ia menghentakkan kaki keras, kemudian berbalik dan mulai melangkah pergi.
"Eeehhh.... Ozy duluan ya!" kata Acha segera menyusul, yang masih sempat pamit pada Ozy. Ozy hanya balas tersenyum.
"Bego tuh cewek," umpat pemuda sawo matang tadi kesal.
Ozy menoleh, lalu melengos. "Lo tuh baru hari pertama di sini. Malah bikin masalah lagi! Dan parahnya sama si bintang sekolah. Ah!"
"Ha? Bintang sekolah? Dalam hal apa? Tawuran sama sekolah lain?"
Ozy mendecak sebal, "dia itu kebanggan sekolah dalam musik. Namanya Alyssa."
"Beuh, nama kok nggak sesuai sama tingkahnya. Mukanya aja kayak kalem gitu, nyatanya? Yaelah..." Pemuda itu menghembuskan nafas keras sambil membuang muka, tapi tak lama ia jadi diam sendiri. "Tapi... kok tu anak mukanya familiar ya?" gumamnya tanpa sadar.
"Ha?" tanya Ozy yang mendengar samar.
Pemuda itu tersentak dan menoleh, "apaan? Ck. Ayo antar gue ke kantor sekarang! Lo main tinggal aja," kata pemuda itu mengalihkan pembicaraan sambil melangkah kembali.
"Eh, tunggu," ucap Ozy sambil mengejar, "Rio! Tunggu woi!"

^^^

Bel istirahat berbunyi. Pemuda sawo matang teman Ozy itu, yang bernama Rio, segera datang ke kelas 11 IPA 4, kelas Ozy. Karena ia harus masuk 11 IPA 3. Rio meminta Ozy menemaninya keliling sekolah. Ozy mengeluh karena padahal kemarin Rio sudah berkeliling sekolah ini. Rio tak mau tahu sambil memaksa Ozy pergi.
Mereka melangkah di koridor sekolah, sampai Rio berhenti dan tertarik pada satu ruangan.
"Zy, masuk boleh?" tanya Rio menunjuk ruangan itu.
Ozy mengerutkan kening, "ruang musik? Ngapain?"
"Berenang Zy!" sahut Rio sewot, "ya gue mau liat."
Ozy mencibir, lalu menoleh kanan dan kiri. "Em... boleh nggak ya? Selama ini gue masuk kalau pelajaran seni musik doang. Dan yang megang ruangan ini cuma anak musik."
"Yaelah sok imut banget deh. Mau liat doang!" kata Rio memaksa.
Ozy mendesah, "ya udah deh," ucapnya pasrah dan membuka pintu yang tak dikunci itu. Rio mengikuti.
"Waw. Akhirnya ada hal keren juga dari sekolah ini," kata Rio memandangi seisi ruangan, "bangunan bosenin, koridor dimana-mana, dan tadi pagi ada cewek galak. Gue pikir gue bakal nyesel pindah."
Ozy mendelik sedikit, "elo baru di sini, masih belum tahu apapun. Jangan langsung judge lah."
Rio hanya memajukan bibir bawahnya, lalu mendekat ke arah drum di pojok ruangan. Ia duduk di kursi drum, membuat Ozy membelalak.
"Yo, tadi lo ngomongnya cuma liat doang, kan?" kata Ozy mulai curiga.
"Ck, dikit doang kok," ucap Rio santai sambil meraih sepasang stik drum tepat di bawah kursi drum.
"Yo..." Ozy melotot dan melihat ke arah pintu.
Tapi Rio dengan cuek mulai menggebuk drum itu. Rio sebenarnya baru beberapa minggu ini -selama liburan tepatnya- belajar drum. Om Ozy yang kemarin mengantarnya yang mengajarkannya. Kata Ozy, dulu Omnya itu seorang drummer band.
Ozy jadi panik saat jendela yang tingginya sekepalanya mulai terlihat beberapa kepala mengintip. Pasti musik drum Rio kedengaran sampai luar!
"Yo, udah Yo. Nanti anak musik ngamuk loh!" kata Ozy memperingatkan. Tapi Rio tak mendengar dan sibuk bermain seenaknya.
BRAK
Ozy terkejut. Rio juga sontak menghentikan permainan dan menoleh. Mata mereka sontak membelalak melihat gadis berwajah tirus itu membanting pintu, Ify. Ify masuk dan melotot lebar.
"ASTAGAAA ELO LAGIIII!!!" teriak Ify melihat Rio duduk di belakang drum.
Rio mendesis, lalu segera berdiri dan mendekat.
Ify menatap Rio tajam, lalu melipat kedua tangan di depan dada. "Who do you think you are ha? Seenaknya masuk dan main musik!"
Rio terkekeh sinis, "emang lo juga siapa?" balasnya tak takut.
Mata Ify sedikit menyipit tajam menatap Rio. "Alyssa-Saufika-Umari," ejanya benar-benar.
Rio mengangkat sebelah alis, tapi jadi terdiam sendiri sejenak. "Umari?" gumamnya pelan.
"Gue ketua ekskul musik sekolah ini. Dan elo, seorang cowok dari antah berantah yang tiba-tiba berseragam sekolah ini seenaknya aja masuk tanpa ijin! Ini daerah tanggung jawab gue!" kata Ify meninggikan suara.
Kini bukan hanya kepala-kepala mengintip dari jendela, tapi ada juga yang berkumpul di ambang pintu melihat kejadian itu. Walau tak begitu ramai, karena sebagian besar murid pergi ke kantin di istirahat pertama ini. Ify tadi memang mendapat laporan dari murid kelas satu bahwa ada yang bermain drum di saat istirahat seperti ini.
"Sa, maaf ya. Dia anak baru, belum tahu apapun," kata Ozy membela Rio.
"Ck Zy. Lo ngapain minta maaf terus sih? Emang lagi lebaran ya? Ngapain takut sama jelangkung galak kayak dia!" kata Rio tak terima dengan sikap Ozy.
Ify makin melotot, "elo..." geramnya tertahan, lalu menendang keras tulang kering Rio membuat Rio merintih nyaring. Beberapa orang yang menonton itu terkejut sedikit, tapi lalu terkikik geli.
Tiba-tiba dari kerumunan di ambang pintu, seorang pemuda memaksa untuk masuk ke ruangan. Dan segera mendekat melihat Ify yang ribut dengan seorang anak baru.
"Ada apa sih?" tanya pemuda itu berdiri di samping Ify.
Ify menoleh, "Ini nih Yel, anak baru udah cari masalah. Masa dia main musik seenaknya?" adu Ify menunjuk Rio yang masih sedikit bersungut kesakitan.
"Udahlah, lo tenang dulu. Jangan emosi," kata Gabriel menenangkan, lalu menoleh ke arah Rio. "Lo ngapain?" tanyanya lebih sabar daripada Ify.
"Gue cuma pengen liat doang," jawab Rio ketus.
"Yang sopan dong! Anak baru belagu banget," sahut Ify tajam. Rio balas menatapnya tajam.
"Udahlah," Gabriel mencoba menengahi, Rio kembali menoleh padanya. "Siapa nama lo?"
"Ngapain lo nanya namanya sih? Namanya tuh rese! Yakin gua!" kata Ify memotong kala Rio baru saja membuka mulut.
"Lo jelangkung bisa diam?" tanya Rio sinis. Ify menggeram sebal ke arahnya.
"Kalian jangan berantem dulu deh. Kita seleseiin dulu baik-baik, nggak usah pakai emosi," lerai Gabriel dewasa. Ozy mengangguk-angguk setuju. "Nama lo siapa?" tanya Gabriel memandang Rio lagi.
Rio menghembuskan nafas keras, "Rio."
DEG
Ify dan Gabriel terkejut bukan main, dan terdiam. Raut wajah mereka berubah seketika. Ify melebarkan mata, menatap Rio dengan tatapan kaget. Gabriel membatu. Perubahan raut keduanya membuat Rio mendelik heran.
"Si... siapa?" tanya Ify tersendat.
"Lo nggak denger? Rio! Nama gue R-I-O. Rio," jawab Rio menekankan setiap huruf yang ia ucap.
Ify membuka mulutnya sedikit, tapi lalu menutupnya dengan telapak tangan, menatap Rio membelalak. Membuat Rio mengerutkan kening tak mengerti, begitu pula Ozy.
Gabriel hanya bisa terpaku. Entah mengapa mendadak sebuah perasaan muncul. Pemuda ini... si 'Bintang' yang telah pergi itukah?

*****

Syalalala~
Huahaha. Maaf ya kurang memuaskan. Ini udah usaha kasih yang terbaik kok.
Kayaknya yang suka cerbung ini dikit banget ya. Semua pada nagih PMB -_-
Mungkin cerbung ini bakal ku post di fb. Ada yang pesan tag ga?
Part depan judulnya "Perang!" Hahaha. Ayo dong komen. Di twitter juga ga papa kok (:
Jangan lupa promote ke yg lain juga ya!

@aleastri







Rabu, 23 Januari 2013

Di balik Idola Cilik: Gosip atau Fakta?


Heiho! Kali ini aku nggak bawa cerita seperti biasa. Tapi akan BERCERITA tentang opini aku. Just opinion pribadi ya. Ehem.
Readers pasti taulah kalau aku ICL (dari FF IC yang aku buat pastinya). Aku bukan bahas gimana bisa aku jadi bagian acara anak-anak itu. Tapi sekarang aku mau bahas gosip yang sering banget ku dengar dari IC1 dulu. Sebenarnya aku baru tahu di awal IC3, dan bener-bener kayak angin topan secepat kilat kabar itu berhembus ke ICL lain, tapi dengan cepat juga pergi tanpa jejak. Tanpa tahu itu benar atau nggak.
Jadi gini, dulu ada kabar bahwa Idola Cilik itu melakukan: manipulasi sms *jeng jeng jeng* (sound effect ceritanya)
Kata kabar yang beredar, ada sistem 'politik' di balik IC. Jadi, lima besar itu adalah yang punya vokal paling beda. Nah lalu, nanti juara 1 adalah yang kisah sedihnya paling pilu. Juara 2 yang teknik vokalnya paling bagus. Dan juara 3 adalah yang punya polling sms paling tinggi. Kalau juara 4 atau 5 aku belum tahu.
Aku sempat nggak percaya. Tapi waktu itu, awal pentas Idola Cilik 3, ada catatan facebook tentang sikap buruk Rio.  Katanya, Rio itu dulu susah diatur jadi lebih baik (aku nggak ngerti ya pokoknya gitu dah). Nah, terus crew IC tuh bilang "kalau kamu kayak gini terus, kamu nggak akan ada di grand final nanti sama Lintar." Nah loh. Menuju Pentas aja baru selesai kok udah ngomongin Grand Final?
Tapi itu ku anggap hoax aja. Walau kabar itu bener-bener nancap di otakku. Bahwa nanti di GFIC3, ada Rio dan Lintar.
Aku tetep kirim sms. Tetep dukung dan promosi idola di facebook. Sampai... enam besar idola cilik 3. Nah. Ini bener-bener ngejutin banget. Ada 'ramalan' yang bilang gini. Juara lima nanti akan diduetin sama juara lima. Juara 1 dengan juara 3. Waktu di IC2 dulu, Gabriel yang juara 3 IC1 diduetin sama Debo, yang akhirnya jadi juara IC2. Dan Dayat yang juara 5 IC1, diduetin sama Oik yang akhirnya jadi juara 5 IC2. Kejadian tu terulang. Rahmi, si juara 3 IC2 diduetkan sama Lintar, yang memang ternyata jadi juara IC3. Oik, diduetkan sama Ozy.
Karena ini, aku mulai percaya.
Sampai... Grand Final IC3. Sumpah! Aku nggak tahu harus apa. Satu, aku seneng banget Rio masuk Grand Final karena aku dukung Rio. Tapi di sisi lain, aku bener-bener kecewa.
Dan ternyata, salah satu alumni IC1, (ya you know siapa but aku ga mau sebut nama) nulis di status fbnya. Aku lupa apa, pokoknya intinya. Dia bilang acara yang besarkan dia itu sebenarnya sudah diatur. Dan ternyata dia juga posting di blog pribadinya. Sampai-sampai dia juga bilang, cerita sedih yang sering ada di IC itu beberapa hanya rekayasa aja. Shock banget men! Aku ga tahu siapa aja yang rekaya, ku harap bukan idolaku (walau hampir semua adalah idolaku)
Dari situ aku sakit hati banget. Karena Keke. Kenapa? Ya jelaslah aku nggak terima. Keke tuh suaranya bagus banget loh! Tapi masa cuma sampai 13 besar? Kalau emang diatur, harusnya para 'juri' itu tahu bahwa Keke punya potensi. Harusnya dia bisa masuk 5 besar. Ya seenggaknya 6 atau 7 besarlah. Bahkan beberapa ICL juga nerka dia salah satu finalis yang sampai lima besar. Terus juga waktu itu tentang Ray. Agak lucu sebenarnya. Padahal Ray masih ada di pentas, tapi katanya dia gabung sama Icil Band. Loh? Raykan masih harus berjuang, kok udah gabung sama grup IC? Aneh, kan? Dan ternyata, satu minggu setelah kabar itu, Ray out. Dan juga, tentang wildcard. Yang nonton pasti taulah, 'drama' yang terjadi hari itu. Aneh. Itukan acara anak-anak, masa' marah-marah waktu on air sih? Terus juga lebih nggak masuk akal. Dia udah keluar dari stage tapi miknya masih nyala. Kita emang masih kecil, tapi ya nggak sebego itu juga sih.
Tapi anehnya, itu nggak pengaruh sama kecintaan aku sama acara itu. Karena ya... kalau dipikir-pikir, ada baiknya sih. Sekarang gini deh. Kalau pakai polling sms, emang yakin yang lolos dengan kualitas bagus? Apalagi, alumni Idola Cilik kebanyakan bakal di kontrak sama management artis di RCTI. Mereka pasti cari yang terbaik, kan? Dan jangan lupa. Aura Bintang.
Kalau misalnya ngandalin sms, terus yang menang ternyata nggak lebih baik dari yang udah out. Pasti orang berpendapat, 'juara lomba TV tapi kok biasa aja'. Nah, kan? Walau curang, tapi sebenarnya ya... em... ada baiknya (agak nggak ikhlas sih sebenarnya -_-)
Tapi... sekarang 'era' sudah berganti cuy! Ini bukan Idola Cilik yang dulu. Dua tahun vakum, semua berubah.
Aku masih inget banget ucapan Om Gub (bapaknya Cakka Idola Cilik 2) kalau IC mungkin nggak akan ada lagi, tapi kalaupun ada, pasti dengan orang-orang berbeda dibaliknya. Dan bakal banyak yang berbeda. Emang bener, kan?
Produsernya sekarang Opa Jahja (yang di dahsyat ituloh), terus jurinya juga yang tetap ya Mama Ira sama Kak Winda doang. Uncle Jo, Kak Uchie, Kak Tyas, Kak Eva, Kak Maria, dan yang lainnya udah nggak ada. Diganti orang baru. Bukan berarti 'politik'nya akan sama, kan?
Dan yang keliatan banget bedanya. Di IC4 ini lagunya memang benar 'anak-anak' nggak seperti IC-IC dulu yang kebanyakan ngambil lagu bukan porsinya mereka.
Walau sebenarnya, ada dua hal yang masih dicurigai. Manipulasi SMS seperti yang tadi ku jelasin, atau... em... apa ya namanya? Doktrinasi komentator? Eeeeee entahlah. Pokoknya, para komentator akan sengaja mengkritik yang memang harus pulang, dan memuji yang memang harus stay. Karenakan komentar mereka memang berperan dalam polling sms
Seperti aja, salah satu finalis menuju pentas IC4 kemarin, ada yang performnya biasa aja. Tapi kok dapat standing applause? Dan ada yang bagus banget, malah ditepukin biasa aja. Kak Winda bahkan bilang suara dia nyentuh banget. Walau masih dikritik sedikit. Tapi ya kita nggak tahu ya. Lagian para ICL, termasuk aku, hanya orang awam yang nggak ngerti teknik vokal. Ya yang kita tahu itu bagus, itu biasa, itu jelek. Udah itu doang.
Tapi juga ada satu hal lagi. Dulu setiap ada kisah sedih, pasti lebay banget. Dibesar-besarin sampai satu studio nangis. Tapi sekarang kayaknya nggak terlalu deh. Biasa aja. Justru kisah-kisah yang lucu dan gemesin yang dieksplor. Udah keliatan banget bedanya IC dulu dan sekarang.
Mungkin ya karena itu, yang dipilih memang benar-benar orang berbakat, berpotensi, dan punya aura bintang. Waktu audisi ada yang suara bagus, tapi mungkin nggak berpotensi jadi nggak lolos. Lagipula, suara bagus itukan biasa. Yang punya ciri khas baru yang berbeda. Right?
Walau aku masih banyak kecewa sih. Kayak Aren tuh. Padahal suara dia itu baguuuussss banget. Kalau nggak percaya, search di Youtube Aren Nadya yang The Greatest Love of All. Sumpah! Badai banget. Tapi kenapa nggak masuk Pentas IC3 ya? Aura bintang dia punya kok. Anaknya cantik, punya banyak fans. Bahkan waktu itu dia sudah punya Fansclub. Arenation. Lalu apa yang kurang?
Tapi ya... sekali lagi akukan emang cuma orang awam. Bukan pencari bakat seperti crew2 IC yang dulu. Lagian kerja mereka memuaskan kok. Buktinya, banyak pilihan mereka yang sukses, kan?
Jadi setahuku, dari semua alumni IC 1, 2, dan 3, ada beberapa yang punya kontrak panjang. Dari IC1 itu ada Gabriel, Angel, Kiki, Zahra, Ify, Sivia, dan Shilla. Kalau IC2, Debo, Patton, Cakka, Irsyad, Obiet, dan Agni. Di IC3 ada Lintar, Rio, Alvin, Ozy, Zevana, Keke, Ray, sama Deva. Lalu juga yang di kontrak SMN (management MNC) seingatku mereka itu Gabriel, Angel, Kiki, Debo, Patton, Cakka, Bastian, Lintar, Rio, Alvin, Ozy, Ray, Olivia. See? Mereka banyak yang udah sukses, kan? Ify sama Sivia ada di Blink. Shilla solo karier (dulu sempet jadi member Blink). Angel sama Zahra solo karier juga. Gabriel hampir keliling Indonesia karena pelayanan gereja. Debo jadi pemain sinetron dan juga penyanyi. Cakka punya The Finest Tree. Obiet udah ada album. Ray main sinetron. Bastian masuk coboy junior. Nah. Para crew IC dulu emang nggak salah pilih, kan?
Jadi ya... walau kecewa. Harusnya kita juga berterima kasih sih. Karena mereka kayak membuka jalan lebar untuk para idola itu. Dayat sama Sion juga loh. Walau mereka nggak dikontrak panjang tapikan dulu mereka juga bagian IC. Yang sekarang jadi anak boyband.
Kalau ada yang nanya kenapa aura bintang itu dibutuhin, ya karena ini nih alasannya. Para alumni Idola Cilik itu adalah enternaint.  Mereka harus punya aura bintang untuk selalu eksis. Ada yang bilang tampang nggak penting. Siapa bilang? Kita pilih Daud aja. Daud itu suaranya kece banget loh! Tapi apa dia dikontrak panjang? Nggak, kan? Apa fansnya membludak kayak Rio atau Alvin? Hm...
Nggak usah muna deh. Pasti kita liat artis tuh awalnya dari muka, penampilan, baru deh suara sama kualitasnya. Aku liat Gabriel awalnya juga gitu. Aku awalnya liat dia imut banget (dulu Gabriel di IC1 masih imuuttt banget, lah sekarang? --") baru aku tertarik mau denger suaranya sampai selesai nyanyi. Jadi ya, 'politik' IC yang dulu ada benernya sih.
Terserah deh sekarang kalian mau tetep sms atau nggak. Tapi ku saranin ya sms aja, dukung sebagai fans yang baik terhadap idolanya. Akunya sih... sampai saat ini belum sms. Ya... hehe. masih sakit hati masalah Keke cuy. Bener deh. Aku dulu sampai beli kartu baru, karena dulu katanya kalau pakai bonus dari kartu tr* bisa dikirim ke 6288, sementara bonus kartu lain nggak. Dulu aku pernah sms buat Keke, dan Keke out, aku gantian tiap Minggu sms buat Alvin. Kadang ke Rio sama Ozy juga. Tapi ternyata.... </3
Semoga sih IC kali ini nggak. Perasaanku sih bilang kayaknya nggak. Karena Alsa, si jagoannya Mama Ira, justru out. Padahal kalau emang pake sistem 'politik' harusnya Alsa stay, kan?
Nah. Ngomong2 IC4, aku cukup salut sama diriku(???) hehe. Ya karena, tiap hari di menuju pentas, feelingku bener terus men! Aku bahkan udah duga siapa aja yang masuk 15 besar. Dan benar. Ya... walau ada satu yang salah. Novi itu awalnya ku prediksi ditempati Arya. Waktu menuju pentas minggu terakhir grup2, ada Cindai, Ocha, sama Arya. Aku udah punya feel aja Arya bakal out karena Cindai tuh pasti lolos, sementara Ocha banyak yang suka karena gemesin. Walau aku masih berdoa semoga Arya masuk. Tapi... Hufffttt ya begitulah ya.
Ada yang nanya ke aku, apa tertarik untuk nulis FF dengan tokoh IC4? Hm... ada sih. Tapi temanya pasti persahabatan. Karena... mereka tuh masih kecil banget bro! Kalau IC yang dulukan, masih seumuran sama aku. Ya masih panteslah. Lah ini? Bedanya empat tahunan lebih -_- bahkan ada yang beda tujuh tahun ._.
Jujur sih, aku masih tetep nonton IC4 karena nunggu alumni IC hahaha. Agak beda ya sama menuju pentas IC3 dulu. Kalau dulu para alumni pada nongol, lah ini kaga ada. Cuma Angel, Cakka, sama Ray doang (itupun karena mereka dikontrak SMN --") Debo sama Patton aku yakin pasti nongol nanti. Lintar juga. Nah. Masalahnya ini si Rio. Angel udah nongol, Patton udah, terus runner up IC3 kok nggak? Tapi sih katanya Rio udah di Jakarta loh. Entah tampil IC atau kaga. Ya kita doakan aja.
Dan kalau ada yang nanya gimana nasib grup IC dulu... Hm... cukup mengenaskan(?) karena gini deh. Banyak sudah alumni IC yang putus kontrak dan gabung sama management lain. Ex: Icil Diva. Padahal Icil Diva semuanya dikontrak panjang, tapi yang masih kerja sama dengan management MNC cuma Zahra sama Angel. Dan yang nongol kayaknya ya emang mereka doang. Sivia, Ify, sama Shilla udah ada di management beda. Bahkan mereka jadi artis TV lain. Super Idola Band? Hm... Kalau Ray, Gabriel, Debo, sama Alvin mungkin bakal ada. Tapi yang lain? Entahlah. Ify ada di Blink, Cakka ada di Finest Tree. Zeva sama Agni nggak ada tanda-tanda bakal nongol di IC (walau ada kemungkinan juga sih). Kalau Icil Divo... Nah. Ini nih yang dinanti-nanti. Tapi ya gimana cuy? Mungkin Icil Divo emang cuma tinggal nama (KYAAAAAA TIDAAAAKK T___T) Ya kita berdoa ajalah semoga mereka bisa tetep ada di GFIC4 nanti. Semoga kayak GFIC3 dulu ya. Permintaan ICL diturutin. Rio sama Ify, Gabriel sama Sivia, dan Shilla sama Alvin. Di  GFIC4 nanti semoga ada couple kayak gitu juga. Misalnya, Gabriel sama Aleastri *eeeee
Untuk aku pribadi sih, aku mau Super Idola Band ada lagi. Udah itu aja nggak neko-neko kok. Ya pokoknya Gabriel sama Ify nongol gitu. Em... terus juga RODAR deh adain juga. Hahaha. Dan buat grup untuk CRAG pasti kece badai loh. Terus acapella idolanya jangan dianggurin. (hm... oke, ini mah bukan nggak neko-neko namanya ya haha) Si Keke juga harus ada di IC lagi nggak mau tahu!!!!
Kalau untuk ICL lain, maunya siapa yang nongol? mention opa_jahja aja :p

bbye ;)
@aleastri

Bintang Super Mario Part 2b


Seorang pemuda sawo matang melangkah memasuki sekolah yang terlihat elite itu. Tertulis, SMA Pelita. Pemuda itu memasukkan kedua tangan di saku celananya, lalu mengangkat sebelah alis melihat bangunan tinggi itu. Ini nih sekolahnya nanti? Biasa saja tuh. Kenapa si Ozy -tetangga sebelah rumahnya yang juga sekolah di sini- seperti sangat melebih-lebihkan sekolah ini? Please deh. Di Manado, asalnya dulu, sekolah begini juga banyak. Sekolah ibukota dan kota biasa sama saja ya.
"Keren, kan?"
Ozy tiba-tiba sudah ada di samping pemuda tersebut, nyengir ke arahnya.
Pemuda itu mendengus, "biasa aja," ucapnya singkat yang langsung merubah garis wajah Ozy.
"Luarnya emang mungkin biasa bro. Tapikan lo nggak tahu di dalamnya," kata Ozy.
Pemuda itu mencibir, "apa? Tentang guru musik muda yang lo ceritain itu? Yang lo suka diam-diam itu? Iya?"
"Gue sikat lo! Gue ngepens doang! Sejak kapan gue mau jadi brondong tante-tante," sergah Ozy menjitak kepala temannya itu.
Pemuda tampan itu terkejut kesal memegangi kepalanya, "lo bilang dia masih muda?"
"Iya, sekitar duapuluh tahunan gitu. Tapi ah sudahlah. Masuk yuk. Lo kan harus liat-liat dulu, dan sekalian beli baju. Jam segini koperasi masih buka kok," ajak Ozy merangkul pemuda itu dan menariknya ke dalam sekolah.
"Om ditinggal nih?"
Sebuah suara membuat keduanya menghentikan langkah dan menoleh. Seorang pria berusia sekitar 28 tahun melangkah mendekat, setelah sebelumnya memarkirkan mobilnya dan membiarkan dua anak ini pergi duluan.
"Ya nggaklah Om. Nanti yang bayarin baju siapa," kata pemuda sawo matang tadi sambil tertawa.
Ozy ikut tertawa, tapi lalu wajahnya jadi galak dan menjitak lagi kepala temannya itu, "kampret lo. Elokan bawa uang dari nyokap! Ngapain pake duit om gue?"
Pemuda itu bersungut memegangi kepalanya, "canda Zy. Elo kayak cewek PMS tahu! Galak."
Ozy hanya mencibir.
Pria tadi tertawa melihatnya, lalu mendekat. Ia kemudian berdiri di antara kedua pemuda tersebut, "Yuk masuk bareng," ajaknya merangkul keduanya, lalu berjalan masuk ke SMA Pelita.

^^^

"Dia... pergi."
Gabriel mengerutkan kening, dan mendekatkan diri. Merasa amat tertarik dan penasaran. Ia menatap Ify yang kini menunduk.
"Saat kita kelas dua SD, dia harus pindah. Gue nggak tahu kemana. Yang jelas gue cuma ngurung diri di kamar karena... marah, sedih, kecewa, semuanya," cerita Ify lirih. "Dia berkali-kali pengen ketemu gue, tapi gue nggak mau dengar apapun. Gue nggak mau dia pergi..."
Ify menarik nafas dalam, mencoba mencari oksigen sebanyak mungkin. Untuk mengisi kehampaan yang lagi-lagi ia rasakan dalam dadanya. Sosok yang sangat berarti itu kini tak ada, menyisakan ruang kosong yang luas dalam hati Ify. Membuatnya sering kali merasa sendiri, tanpa teman lagi.
"Sampai... waktu hari keberangkatannya, atas paksaan mama gue ikut ngantar. Dia... ngasih boneka super mario besar ke gue," kenang Ify sambil tertawa pedih. "Sampai saat ini gue nggak pernah lupa dia. Dia yang ngenalin gue pertemanan, yang ngajarin gue banyak hal, yang ngasih gue banyak pengalaman. Dia... yang udah jadi bintang bagi gue."
Gabriel ikut merasa sendu juga. Ia tak pernah tahu hal ini. Karena saat ia lulus TK juga, pemuda itu harus pindah rumah. Jauh dari taman biasa ia bermain dengan Ify dan Rio. Mereka hanya melakukan perpisahan biasa. Ify terlihat tak terlalu sedih. Tak seperti ini, Ify benar-benar merasa kehilangan. Rio memang sahabatnya sejak dulu, bahkan sebelum ia bisa berbicara lancar. Sejak kecil mereka sudah menjalin persahabatan.
"Elo... ninggalin gue. Dan dia... juga ninggalin gue. Dua bintang yang dulu selalu ada, kini malah hilang..." Suara Ify mulai terdengar bergetar. Mata gadis itu mulai menghangat.
Ify menghela nafas berat, lalu menoleh perlahan ke arah Gabriel. "Lo tahu? Gue sempet menyendiri. Nggak mau berteman sama siapapun. Karena ngeliat itu, mama masukin gue ke les musik. Dan di sanalah, hidup gue berubah."
Gabriel mengangkat alis, dan terus mendengarkan.
"Gue jadi kenal musik. Gue tahu piano, sampai juga latihan vokal. Di sana juga ada temen-temen baru. Perlahan gue mulai membuka diri. Dan... gue coba ngelupain kalian..."
Gabriel menggigit bibir. Merasa sedikit merasa bersalah karena dulu meninggalkan gadis ini sendiri.
"Gue bisa lupa. Tapi... entah kenapa kalau ingat dia, rasa sesak itu masih ada. Nyesek.... banget..."
Ify memejamkan mata, membuat setetes butiran bening meluncur ke pipinya. Ia membuka mata perlahan, dan mendesah panjang. "Dan entah kenapa, rasa rindu itu jadi rasa benci. Karena... gue capek nangisin dia terus. Gue capek selalu berharap dia bakal kembali. Gue benci dia!!!" Ify meninggikan suara, walau terdengar makin bergetar.
Gabriel mendekatkan diri lagi ke samping gadis itu, lalu mengusap pundak Ify lembut, mencoba menenangkan hati gadis itu. Mendadak, segala emosi yang tersimpan rapat dalam hati gadis cantik itu meledak. Seperti bom atom yang menunggu waktu. Perasaan rindu yang meluap-luap dan kekesalan tiada akhir itu memecah begitu saja. Di depan pemuda ini, semuanya ia ungkapkan. Perasaan yang tak pernah ia ceritakan pada siapapun, bahkan pada Mamanya sendiri, orang terdekatnya.
"Dia janji bakal selalu ada. Dia janji, kalau dia pergi dia pasti kembali lagi. Tapi nyatanya? Dia itu jahat! Dia emang selalu egois, keras kepala, nggak mau ngalah, seenaknya!" Ify mengumpat sebal Rio, walau air mata kini malah jadi berkejaran keluar dari sepasang mata indahnya. Gadis itu mencoba mengusap hidung bangirnya yang merah menahan isak.
"Gue benci dia! Gue benci diaaa!!!" Ify menjerit tertahan. Luka itu kembali terbuka, membuatnya perih. Rasa kecewa yang sempat berusaha ia kubur dalam, jadi berkumpul dalam dadanya. Membuat ia benar-benar merasa sesak.
Ify menutup wajah dengan kedua tangan, dan mulai terisak. Gabriel mendesah, lalu merangkul gadis itu dan mengelus pundaknya. Ia tak bisa berkata apapun lagi. Keterkejutannya karena gadis ini adalah sahabat kecilnya, dan ditambah ternyata gadis ini punya luka karena sahabat mereka telah pergi. Diam-diam, sebenarnya Gabriel sangat merindukan kebersamaan mereka. Tapi... waktu sepertinya telah mengubah segalanya. Ify berubah. Dan Rio -yang entah kini ada dimana- pasti juga berubah. Semua... tak akan sama seperti saat mereka kecil dulu.
Namun sebenarnya di sisi lain, entah mengapa Gabriel merasa justru ini kesempatannya. Yang sedari dulu hanya ia diamkan. Kalau keadaan ternyata seperti ini, mungkin Tuhan telah memberikan jawaban di setiap doa yang ia panjatkan. Bahwa kepergian Rio, dan kembalinya gadis ini, adalah jalan yang harus ia tempuh. Untuk menemukan kebahagiaan yang telah lama hilang darinya.
Ya... siapa yang tahu kepiluan di balik wajah tampan dan senyum maut itu?

******

Hem... entah mengapa aku berasa curhat ngetik part ini (??)
Oke oke. Kemaren udah ada yang nebak-nebak ya? Huahaha. Sengaja sih dipotong jadi dua part, karena... em... iseng aja(?) :p
Pokoknya kalau mau baca, cerbung ini antara dua hari, Rabu dan Minggu. Bisa dua kali seminggu, atau sekali seminggu di salah satu hari. Sorry part 1 ke part 2nya lama banget karena lagi asik liburan :p wkwkwk
Komen di blog atau twitter dong. Biar keliatan gitu (???) hahaha. Part depan judulnya.... "He's back" Hahaha. Sudah tahulah pastinya. So, wait aja ya ;) jangan lupa promote ke yang lain :p

twitter.com/aleastri